Table of Contents

Jelajahi platform kami sekarang

Dapatkan Insights HR terbaru dengan berlangganan Newsletter Kami

Related Posts

Mengapa Psikotes Tetap Relevan dalam Setiap Proses Rekrutmen?

Psikotes dalam seleksi bukanlah “formalitas”, karena psikotes berperan besar untuk menilai kecenderungan perilaku psikologis seseorang untuk memprediksi kelebihan dan kekurangan talenta potensial

Ada berbagai macam metode seleksi dalam proses rekrutmen. Salah satunya adalah psikotes untuk menilai kecenderungan perilaku psikologis seseorang untuk memprediksi kelebihan dan kekurangan talenta potensial perusahaan Anda.

Menurut Cronbach, tes psikologi adalah sebuah prosedur yang telah terstandarisasi yang digunakan untuk mengukur potensi seseorang. Pendapat kedua datang dari Anastasi dan Urbina yang menyatakan bahwa tes psikologi merupakan sebuah alat ukur yang bersifat objektif dan baku dalam mengukur perilaku tertentu.

Oleh karena itu, sebenarnya psikotes merupakan prosedur valid dan reliabel untuk mengukur kemampuan dan kecenderungan berperilaku talenta potensial perusahaan Anda baik untuk menyaring talenta entry level hingga talenta yang levelnya sudah di tingkat mid/senior.

Psikotes tidak hanya hadir dengan tujuan formalitas saja karena ada hal-hal dan kecenderungan yang bisa diungkap lewat psikotes, yang tidak dapat Anda temui melalui metode seleksi lainnya seperti screening CV dan wawancara sekalipun.

Ambil contoh kasus jika Anda mendapatkan talenta yang pengalaman kerjanya related, secara technical skills memadai, menduduki jabatan manajer di pekerjaan terakhirnya, namun ternyata dari segi kompetensi dasar ia bukanlah orang yang pandai berkomunikasi secara efektif, sehingga menimbulkan banyak kesalahpahaman di dalam tim dan membuat output kerja tidak sesuai dengan harapan.

Atau, ada talenta potensial dengan prestasi dan technical skills yang dibutuhkan oleh perusahaan apabila mengacu pada pengalaman yang ia tulis di CV. Namun pada hasil psikotes, terungkap bahwa ia memiliki kecenderungan untuk kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan kesalahan yang pernah ia lakukan.

Baca juga: Apa Itu Technical Skills dan Bagaimana Cara Menilainya dalam Proses Rekrutmen?

Menurut Cary Cooper, profesor psikologi organisasi dan kesehatan di Universitas Lancaster, terlebih jika perusahaan Anda merekrut talenta potensial untuk level senior, serangkaian metode seleksi akan melibatkan wawancara, sampel portofolio, dan tentunya tes psikometri. Mengapa? Ia mengatakan bahwa wawancara tidak dapat diandalkan menjadi prediktor kesuksesan seseorang dalam karirnya.

Begitu juga metode-metode seleksi lainnya, jika berdiri sendiri-sendiri, misalnya, hanya  melihat kualitas pekerjaan seseorang tanpa mengetahui bagaimana mereka mengatasi pengambilan keputusan, tentunya sulit untuk mengetahui apakah mereka akan mampu bekerja di lingkungan kerja yang fast pace semacam perusahaan start-up.

Psikotes pun dapat menjadi acuan untuk mengevaluasi talenta potensial perusahaan Anda perihal level internal grading, menilai kebutuhan pelatihan, mengukur dan mengenali kepribadian, dan memprediksi performa kerja mereka. Dibandingkan dengan stigma dan kelemahannya, psikotes masih memiliki banyak manfaat yang bisa dipraktikkan untuk mempermudah proses rekrutmen perusahaan Anda.

Baca juga: Memilih Metode Seleksi Talenta Potensial yang Efektif dan Efisien Beserta Tipsnya Bagi Perusahaan Anda

praktisi hr menganalisa kandidat perusahaan

Aspek-Aspek yang Dapat Diukur oleh Psikotes dalam Proses Rekrutmen Perusahaan

Menjaring talenta potensial yang memiliki segudang kemampuan dan keahlian memanglah mudah. Dari segi kuantitas, banyak talenta di luar sana yang kualifikasinya di atas rata-rata. Namun, menemukan talenta yang memiliki kepribadian, soft skills, karakter, nilai-nilai, serta prinsip yang tidak berseberangan dengan kultur perusahaan merupakan tantangan tersendiri.

Dari psikotes, perusahaan Anda dapat memprediksi apakah seorang talenta potensial memang tepat untuk bekerja sesuai posisi yang ia lamar. Apakah memang merekalah talenta potensial yang dapat memenuhi kebutuhan perusahaan kini hingga di masa depan nanti?

Perusahaan dapat mengatur batas skor standar talenta potensial untuk dapat lolos ke tahapan berikutnya. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas kerja mereka di kemudian hari karena mereka bekerja sama dengan orang-orang yang dapat dikatakan “selevel” secara kemampuan psikologis. Mengetahui psikis talenta pun dapat membuat proses pelatihan atau onboarding yang dirancang lebih sederhana dan tepat sasaran.

Setelah mendapatkan hasil tes, perusahaan dapat mengembangkan program pelatihan yang komprehensif dengan mudah, karena pada dasarnya perusahaan telah mendapatkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan talenta potensial yang melamar.

Aspek-aspek penilaian yang dapat diukur psikotes menjadi acuan bagi Anda untuk memahami bahwa psikotes merupakan salah satu metode seleksi yang relevan digunakan untuk mempekerjakan talenta potensial. Aspek-aspek tersebut adalah kemampuan kognitif (intelligence), kompetensi soft skills, motivasi dan nilai (values), dan kepribadian (personality).

  1. Kemampuan kognitif (cognitive ability/intelligence)

Kemampuan kognitif, atau yang biasa dikenal dengan cognitive ability atau intelligence, adalah Kemampuan kognitif adalah keterampilan otak dan proses mental yang diperlukan untuk melakukan tugas apa pun dan lebih berkaitan dengan mekanisme bagaimana Anda belajar, mengingat, dan memperhatikan daripada pengetahuan yang telah dipelajari seseorang.

Dalam dunia kerja, tingkatan jabatan dan posisi yang berbeda akan membutuhkan kemampuan kognitif yang berbeda pula. Misalnya, posisi manajerial akan banyak melibatkan pengambilan keputusan (decision-making) rumit yang hasil akhirnya mempengaruhi banyak pihak. Berbeda dengan kemampuan kognitif yang dibutuhkan oleh posisi administratif entry level, di mana talenta potensial akan lebih membutuhkan kemampuan perceptual speed.

  1. Kompetensi (soft skills)

Menurut survei LinkedIn Learning tahun 2018, 57% pemimpin perusahaan menilai bahwa soft skills lebih penting dibandingkan technical skills. Soft skills yang merupakan keterampilan interpersonal atau keterampilan yang berfokus pada relasi manusia dan dapat digunakan dalam pekerjaan apapun dapat berupa kemampuan talenta potensial dalam berkomunikasi, kerja tim, leadership dan kemampuan beradaptasi.

Soft skills disebut juga dengan transferable skills karena dapat berkembang dan “berpindah” seiring perpindahan seseorang dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Tentu saja, yang dibutuhkan akan bervariasi berdasarkan pekerjaan yang dilamar. Terkadang ada beberapa posisi yang membutuhkan seperangkat technical skills yang dikombinasikan dengan soft skills atau disebut pula sebagai hybrid skills.

Dari berbagai macam kompetensi kerja ada lima di antaranya yang dapat diukur melalui psikotes:

  • Integritas

Talenta yang berintegritas artinya dapat bekerja meski tanpa supervisi dari atasan mereka. Integritas tidak hanya berbicara tentang kejujuran, dalam dunia kerja sendiri integritas adalah akar dari kepercayaan perusahaan terhadap talentanya. Peluang karir talenta yang berintegritas tinggi akan terbuka lebar dan tentunya akan berdampak pada kualitas capaian objektif perusahaan.

  • Problem solving

Problem solving adalah pengukuran kompetensi yang meliputi kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi permasalahan, melakukan analisa permasalahan melalui berbagai sudut pandang, menghasilkan solusi dan melakukan evaluasi terhadap penerapan solusi tersebut.

Problem solving sangat dibutuhkan dalam dunia kerja agar talenta perusahaan dapat memegang kendali dalam situasi dan kondisi yang sangat dinamis serta menciptakan proses kerja yang lebih efisien.

  • Adaptability

Adaptability adalah pengukuran kompetensi yang meliputi sikap keterbukaan talenta perusahaan Anda pada perubahan, bersikap fleksibel, menerima keberagaman yang ada, serta kemampuan menyesuaikan diri pada berbagai kondisi.

Karakteristik lain dari talenta dengan adaptability tinggi adalah mereka mampu bersikap fleksibel dan terbuka mempelajari hal-hal baru. Seseorang dengan adaptabilitas yang tinggi akan mempelajari cara penyelesaian tugas secara mandiri.

  • Kolaborasi dengan rekan kerja maupun pihak eksternal

Kemampuan individu untuk bekerja sama dengan orang lain demi mencapai tujuan yang sama, dengan mengesampingkan perbedaan pribadi. Talenta yang memiliki kemampuan kolaborasi yang tinggi akan mampu bekerja sama dengan maksimal untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan oleh organisasi/institusi.

  • Komunikasi

Komunikasi adalah keterampilan talenta untuk memberikan informasi kepada orang lain dan menerima informasi dari orang lain. Salah satu indikator seseorang memiliki kemampuan komunikasi yang baik adalah dia bisa menyampaikan pendapat mereka kepada lawan bicaranya secara jelas. Seseorang dengan kemampuan komunikasi yang baik sangat diperlukan untuk dapat mendukung kesuksesan kerja organisasi/institusi.

Baca juga: Sudahkan Talenta Anda Memiliki Kompetensi untuk Bekerja Secara Remote?

perusahaan menggunakan psikotes untuk menganalisa talentanya

  1. Motivasi dan nilai kerja (culture fit)

Menilai kecocokan talenta potensial dengan kultur dan nilai-nilai organisasi mengizinkan perusahaan Anda mendapatkan gambaran motivasi kerja, aspek motivasi dan nilai atau values yang dimiliki oleh mereka. Aspek ini perlu diukur melalui psikotes karena tanpa alat ukur, praktisi HR tidak mungkin mengetahui keyakinan seseorang yang menjadi prinsip dan motivasi mereka dalam berperilaku.

Misalnya dari segi apakah mereka memiliki nilai dan prinsip pribadi yang tidak berseberangan dengan visi, misi, nilai, serta semangat kerja perusahaan. Apakah mereka dapat berkompromi jika mendapati dirinya tidak sesuai dengan kultur yang selama ini berlaku? Atau pendekatan apa yang perlu dilakukan perusahaan Anda jika sebenarnya talenta tersebut dapat memenuhi kebutuhan perusahaan namun perlu dilatih atau penyesuaian?

Seorang talenta dengan jiwa yang terus tertantang dan pantang menyerah adalah modal berharga bagi perusahaan. Talenta yang memiliki motivasi dalam bekerja senantiasa memacu dirinya untuk menjadi lebih baik dan meyakinkan dirinya untuk melebihi ekspektasi.

Jika perusahaan dapat mengetahui apa yang menjadi dorongan seseorang dalam bekerja, maka akan mudah bagi Anda untuk menetapkan tujuan, mengenali cara-cara untuk mencapai tujuan dan berusaha mencapai tujuan tersebut. Di tempat kerja, aspek ini dikenal dengan istilah workplace values, yaitu nilai-nilai seseorang yang menentukan hal apa yang paling memotivasi bagi mereka.

  1. Kepribadian (personality fit)

Aspek lain yang juga penting untuk dinilai di dunia kerja adalah kepribadian mereka masing-masing. Personality fit menilai kepribadian seseorang dengan karakter persona posisi pekerjaan dan kultur perusahaan. Talenta dengan kepribadian ekstrovert lebih baik ditempatkan pada posisi yang mengharuskan mereka berkomunikasi dengan banyak orang, seperti bidang penjualan dan pemasaran. Untuk menilai personality fit, setiap perusahaan perlu mempelajari tes kepribadian.

Cohen dan Swerdlik mendefinisikan tes kepribadian sebagai penilaian dari karakteristik-karakteristik seseorang, yang mencakup sifat, nilai-nilai, minat, pandangan, identitas diri, dan sikap seseorang. Dengan menilai kepribadian talenta potensial, perusahaan dapat menentukan langkah selanjutnya dalam perekrutan, terutama bila kepribadian mereka cocok dengan apa yang dibutuhkan perusahaan.

Hasil penilaian kepribadian talenta memberi perusahaan Anda pemahaman tentang cara meningkatkan kualitas dan retensi talenta perusahaan, meminimalisir turnover rates yang dapat berdampak pada pendapatan perusahaan.

Kepribadian talenta yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan membuat hubungan berjalan secara mutualisme. Sehingga membangun loyalitas dan keberhasilan dalam mencapai target-target yang ingin dicapai perusahaan. Mengetahui kepribadian talenta potensial pun dapat memberikan prediksi kesuksesan talenta dalam pekerjaannya di masa depan.

Tidak ada yang dapat memanipulasi kepribadian seseorang, sehingga dengan melakukan tes kepribadian, perusahaan dapat memperoleh prediksi akankah talenta terkait sukses dalam pekerjaannya. Misalnya, seseorang yang memiliki kepribadian terbuka dengan hal-hal baru, suka bersosialisasi, dan result-oriented memiliki peluang lebih besar untuk sukses sebagai sales atau account executive.

Baca juga: Tes Kepribadian 101: Apa Itu, Jenis, dan Fungsinya dalam Rekrutmen untuk Menemukan Talenta Potensial

Article Editor: Nadia Fernanda

Image credits: Pexels

Apakah artikel ini membantu?
YaTidak

Share:

Leave a Reply

On Key
Scroll to Top

Talentics

PT. Semesta Integrasi Digital.