Juli 2020 – Banyak pembahasan menarik yang menyinggung tentang mempekerjakan penyandang disabilitas dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang di suatu perusahaan. Karena menurut Katadata (2019), sekitar 57% penyandang disabilitas telah memasuki usia produktif dan siap kerja. Mengingat fakta bahwa jumlah penyandang di Indonesia mencapai di angka puluhan juta (sekitar 25juta), ini berarti sangat banyak tenaga kerja produktif yang menyandang disabilitas.
Dengan fakta tersebut, telah ada UU yang mengatur kewajiban mempekerjakan penyandang disabilitas yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 2016. Pembahasan yang sangat menarik ini diulas dalam acara kolaborasi yang diselenggarakan oleh PMSM Indonesia dan Talentics dengan judul “Leveraging People With Disabilities as Company’s Added Value” dengan menghadirkan 2 narasumber yaitu Aditya Rikidaniel (Genius in Charge at Klobility) dan Richele Maramis (Senior Vice President, Head of Corporate Affairs at Permata Bank).
Acara dimulai dengan diberikannya sambutan dari salah satu perwakilan PMSM Indonesia, yaitu Harry Permadi. Ia mengatakan bahwa topik kali ini sangat menarik karena ketika perusahaan memiliki karyawan disabilitas, mereka akan lebih terekspos, open minded, serta memiliki language dan cara yang berbeda dalam berkomunikasi.
Kemudian acara dilanjutkan dengan pengenalan singkat yang diberikan oleh Romy Gustiansyah selaku perwakilan dari Talentics by Rencanamu yang menjadi sponsor dari acara kali ini.
Setelah sambutan selesai, acara diskusi dimulai. Pembicara pertama, Aditya Rikidaniel atau yang kerap disapa dengan Riki, bercerita tentang mengapa penyandang disabilitas perlu bekerja. Selain sebagai pemenuhan hak dasar, ternyata mempekerjakan disabilitas dapat meningkatkan kompetisi yang sehat di lingkungan kerja dan mendorong inklusi melalui interaksi sosial yang terjadi di dalamnya.
“Ketika seorang penyandang disabilitas dapat melakukan suatu hal/pekerjaan yang kita pikir mereka nggak bisa melakukan itu sebelumnya, otomatis non-disabilitas akan terpacu dalam bekerja.”, ujarnya.
Selain itu, Riki juga menjelaskan kenapa sebuah perusahaan perlu menjadi perusahaan inklusi atau perusahaan yang embracing diversity. Ternyata, beberapa alasannya tidak lain adalah untuk memberikan kesempatan yang sama, merangkul keberagaman, serta menarik pasar baru.
Ia mengatakan bahwa ketika sebuah perusahaan telah mempekerjakan penyandang disabilitas, otomatis akan menarik penyandang disabilitas lain untuk memperhatikan atau bahkan menjadi konsumen di perusahaan tersebut. Bukan karena memperhitungan “sama rasa”, tetapi ketika ada penyandang disabilitas dalam suatu perusahaan, otomatis perusahaan tersebut sudah memikirkan aksesibilitas yang nyaman untuk para penyandang disabilitas.
“Start to open your mind, start to open your organization, ada banyak penyandang disabilitas di luar sana.”, tutupnya.
Kemudian pembicara kedua, Richele bercerita tentang bagaimana perusahaannya, yaitu Permata Bank telah memberikan kesempatan kepada para penyandang disabilitas untuk bekerja, dengan program yang dibuat dengan nama Permata Hati. Didirikan sejak tahun 2010, program tersebut bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan ke semua segmentasi masyarakat.
Richele mengatakan bahwa program ini mendapat dukungan dan komitmen dari jajaran direksi dan karyawan. Bahkan, ada pula program volunteer dimana para karyawan Permata Bank diberikan cuti satu hari untuk melakukan volunteer social activities. Para karyawan yang mengikuti volunteer social activities tersebut telah membantu memberikan beasiswa kepada anak-anak disabilitas. Program ini dinamakan Permata Brave yang diluncurkan sejak tahun 2018 lalu.
Hingga pada akhirnya Permata Bank membuka program empowering disabilities people yang align dengan HR, yaitu membuka kesempatan MT/Magang, tetapi khusus untuk penyandang disabilitas. “Mereka mendapatkan kesempatan magang dengan program DAP (Disabilities Associate Program) selama 6 bulan. Setelah itu, mereka dievaluasi tentang apa saja yang mereka pelajari selama 6 bulan. Ini dilakukan sebagai salah satu proses sebelum mereka menjadi bagian dari Permata Bank secara permanen”, jelasnya.
Richele menutup sesinya dengan memberikan pesan “Apapun yang dijalankan, harus dijalankan dengan hati.”, yang sesuai dengan misi Permata Hati yaitu menjalankan semuanya dari hati.
Acara webinar ditutup dengan sesi Tanya jawab dan diskusi singkat dengan para narasumber. Dalam diskusi kali ini, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial sangat penting sebelum perusahaan mempekerjakan penyandang disabilitas, karena mempersiapkan karyawan lain untuk bekerja dengan karyawan disabilitas lebih sulit dibandingkan memperbaiki infrastruktur perusahaan untuk akses mereka agar lebih nyaman di perusahaan tersebut.
Namun walaupun demikian, why don’t we try it? Baby steps matter, be positive, and try to embrace them from now on!
Talentics akan terus mendukung tumbuh kembangnya komunitas HR di Indonesia melalui berbagai macam kegiatan dan event yang dapat memberikan insights mendalam serta mendorong pengembangan HR di Indonesia. Mari berkembang bersama Talentics untuk rekrutmen yang lebih baik lagi!