Akhir tahun merupakan saat yang tepat untuk merefleksikan apa yang telah dilakukan selama setahun ke belakang. Dalam proses pembelajaran di organisasi, refleksi adalah hal sentral, di mana seorang karyawan dengan sadar mengevaluasi pengalamannya sebagai panduan untuk bertindak di masa depan. Pembelajaran reflektif tersebut melibatkan kegiatan seperti mencari dan memproses informasi secara aktif, mempertanyakan pengetahuan yang ada, mengkaji dan menilai ulang pengalaman masa lalu, serta mengusulkan penjelasan alternatif.
Berdasarkan riset-riset sebelumnya (Li et al., 2020; Rolfsen et al., 2014; Høyrup, 2010), pembelajaran reflektif sangat penting bagi pengembangan karyawan, tim, dan organisasi. Melalui pembelajaran reflektif, karyawan dapat memahami kekuatan serta kelemahan mereka dari evaluasi terhadap proyek-proyek yang berhasil maupun gagal, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja di masa depan. Di tingkat tim, pembelajaran reflektif membantu anggota tim menganalisis hasil dan proses sebelumnya serta beradaptasi dengan perubahan. Di tingkat organisasi, pembelajaran reflektif mendorong inovasi dengan mempertanyakan asumsi yang ada dan menantang praktik-praktik yang saat ini berlaku.
Pentingnya pembelajaran reflektif mendorong satu penelitian di Inggris yang menginvestigasi pengaruh kepribadian proaktif terhadap pembelajaran reflektif karyawan (Yang et al., 2022). Kepribadian proaktif sendiri di sini berarti kecenderungan kepribadian yang relatif stabil untuk mengambil inisiatif dalam mengubah lingkungan dan biasanya terasosiasi dengan conscientiousness serta extraversion dalam Big 5 Personality. Hasil analisis pada penelitian yang diterbitkan di Journal of Organizational Behavior ini menunjukkan bahwa kepribadian proaktif berhubungan positif dengan pembelajaran reflektif hingga titik tertentu. Setelah titik infleksi, efek positifnya berhenti meningkat alias menjadi plateau.
Penelitian yang melibatkan 154 partisipan yang berasal dari 37 tim di 5 perusahaan ini juga menginvestigasi peran dukungan tim dalam hubungan antara kepribadian proaktif dan pembelajaran reflektif. Dukungan tim di sini berarti perilaku saling berbagi informasi unik dan kompleks dalam tim. Secara umum dan tanpa memedulikan faktor dukungan tim, kepribadian proaktif tinggi terasosiasi dengan pembelajaran reflektif yang lebih tinggi. Secara khusus ketika faktor dukungan tim dicek, ada temuan yang menarik. Pada waktu kepribadian proaktif rendah dan dukungan tim rendah, pembelajaran reflektif juga lebih rendah dibandingkan ketika dukungan tim tinggi. Namun, pada waktu kepribadian proaktif tinggi, dukungan tim tidak memengaruhi tingkat pembelajaran reflektif. Dengan kata lain, ketika kepribadian proaktif rendah, dukungan tim menjadi sangat penting.
Temuan-temuan dari penelitian di atas memiliki setidaknya dua implikasi praktis sebagai berikut:
1. Penerapan ambang batas seleksi karyawan
Pembelajaran reflektif terbukti terasosiasi dengan banyak outcomes penting. Penelitian yang dibahas dalam artikel ini menunjukkan bahwa kepribadian proaktif merupakan salah satu prediktor dari pembelajaran reflektif tersebut. Oleh karena itu, penting untuk menyeleksi karyawan berkepribadian proaktif supaya pembelajaran reflektif dalam organisasi meningkat secara kolektif. Dan karena hubungannya nonlinear, di mana sampai titik tertentu kepribadian proaktif tidak menambah pembelajaran reflektif, maka HR dapat menerapkan ambang batas tertentu untuk menyeleksi karyawan berkepribadian proaktif. Tidak perlu memilih karyawan dengan kepribadian proaktif yang sangat tinggi.
2. Peningkatan dukungan tim
Para manajer dapat meningkatkan dukungan tim untuk melengkapi efek kepribadian proaktif terhadap pembelajaran reflektif pada karyawan yang memiliki kepribadian proaktif rendah. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengevaluasi sistem kerja tim. Singkirkan atau setidaknya pertimbangkan kembali hal-hal yang dapat menghambat anggota-anggota tim saling berbagi informasi dan saling membantu, seperti misalnya insentif individual. Intervensi seperti ini penting agar sistem kerja tim optimal sehingga karyawan tetap termotivasi untuk terus belajar dan berkembang.
Referensi utama
Yang, H., van der Heijden, B., Shipton, H., & Wu, C. (2022). The cross‐level moderating effect of team task support on the nonlinear relationship between proactive personality and employee reflective learning. Journal of Organizational Behavior, 43(3), 483-496.