Table of Contents

Jelajahi platform kami sekarang

Dapatkan Insights HR terbaru dengan berlangganan Newsletter Kami

Related Posts

Mengupas Mitos Generasi Z di Dunia Kerja: Data, Fakta, dan Stereotip

Stereotip generasi di dunia kerja sering kali menciptakan ketidaksepahaman, terutama terhadap Gen Z yang baru beberapa tahun terakhir ini memasuki dunia profesional. Generasi ini sering diberi label kurang disiplin sampai bergantung pada teknologi secara berlebihan. Namun, data menunjukkan bahwa Gen Z justru memiliki openness to experience yang tinggi, mencerminkan keterbukaan mereka terhadap inovasi, serta conscientiousness yang semakin berkembang seiring tingginya jenjang pendidikan.

Gen-Z Kurang Disiplin

Gen Z sering kali dianggap kurang disiplin dan tidak memiliki etos kerja yang kuat, terutama karena gaya kerja mereka yang cenderung lebih fleksibel dan adaptif. Kedisiplinan seringkali diukur melalui tingkat conscientiousness, salah satu aspek dari big 5 Personality, yang mencerminkan kecenderungan seseorang untuk terorganisir, bertanggung jawab, dan berkomitmen terhadap tugas. Semakin tinggi tingkat conscientiousness, semakin besar pula kemungkinan seseorang untuk memprioritaskan pekerjaan, menjaga ketertiban, dan mengikuti prosedur dengan konsisten.

Source: Talentics Talent Data Lab, 2024

Data menunjukkan bahwa tingkat conscientiousness pada Gen Z, khususnya lulusan S1 dan S2, cukup kompetitif dan hanya terpaut 1-2 poin dari generasi sebelumnya, termasuk Generasi X yang dua kali lebih tua dari mereka. Meskipun skor ini masih sedikit lebih rendah dibandingkan dua generasi terdahulu, perbedaannya relatif kecil, menandakan bahwa kedisiplinan dan tanggung jawab Gen Z meningkat seiring pendidikan yang lebih tinggi.

Tidak dapat dipungkiri fakta bahwa tingkat conscientiousness pada Gen Z dengan latar belakang SMA dan sederajat masih berada pada level yang cukup lemah, sehingga membutuhkan analisis lebih lanjut dengan jumlah responden yang lebih besar untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas. Berikut adalah detail responden yang diperoleh tim ahli Talentics: 

Source: Talentics Talent Data Lab, 2024

Apabila pimpinan perusahaan merasa ragu memilih Gen Z menjadi bagian dari tim, tes Big 5 Personality dapat dilakukan untuk melihat potensi secara khusus untuk setiap individu, khususnya pada aspek disiplin dan mampu mengerjakan tugas dengan baik.

Gen Z Bergantung Pada Teknologi Secara Berlebihan

Gen Z yang umumnya berusia antara 12 hingga 27 tahun pada 2024, sering kali dianggap terlalu bergantung pada teknologi, yang menimbulkan kesan bahwa mereka tidak mampu bekerja tanpa bantuan digital.

Openness to experience merupakan salah satu aspek dari Big 5 Personality yang mencerminkan kecenderungan seseorang untuk memiliki imajinasi, kreativitas, serta minat pada ide-ide dan pengalaman baru. Semakin tinggi tingkat openness to experience, semakin besar pula kemungkinan seseorang untuk mudah beradaptasi, terbuka terhadap inovasi, dan tertarik pada eksplorasi hal-hal baru.

Source: Talentics Talent Data Lab, 2024

Bagi Gen Z, yang secara data memiliki tingkat openness to experience yang tinggi, kemampuan ini terlihat dalam kemahiran mereka mengadopsi teknologi dan berinovasi dalam lingkungan kerja yang terus berkembang. Adaptabilitas ini menjadi aset penting bagi perusahaan yang mengutamakan kreativitas dan fleksibilitas.

Data menunjukkan bahwa Gen Z, di semua tingkat pendidikan, unggul 2-6 poin dalam openness to experience dibandingkan dua generasi di atasnya. Keunggulan ini memberikan nilai tambah yang perlu diakomodasi perusahaan, terutama dalam mendorong semangat inovasi.

Gen Z memang tumbuh di era digital dan terbiasa dengan teknologi, namun hal ini lebih mencerminkan openness to experience yang tinggi. Keterbukaan mereka mendukung adaptasi cepat terhadap perubahan dan eksplorasi teknologi baru, menjadikan mereka unggul dalam mengadopsi alat digital serta proses kerja berbasis teknologi. Keahlian ini bukan hanya memenuhi tuntutan lingkungan kerja yang berfokus pada efisiensi dan inovasi, tetapi juga menjadikan mereka aset penting di organisasi yang menghargai keterampilan digital dan inovatif.

Strategi HR dan Manajemen dalam Menghadapi Gen Z

Data menunjukkan bahwa Gen Z memiliki tingkat openness to experience yang tinggi, mencerminkan keterbukaan mereka terhadap inovasi, serta conscientiousness yang semakin berkembang seiring dengan tingginya jenjang pendidikan yang mereka capai. Dalam konteks ini, penting bagi HR dan manajemen untuk memahami dinamika ini dan beradaptasi dengan strategi yang sesuai.

  1. Strategi Rekrutmen: Targetkan Talenta Terbaik dari Gen-Z

HR perlu menciptakan strategi rekrutmen yang dapat menarik dan mempertahankan talenta Gen Z yang potensial. Hal ini melibatkan pemahaman yang mendalam tentang keunikan Gen Z dan bagaimana mereka berkontribusi di tempat kerja. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menghapus stereotip negatif yang sering menghalangi penilaian yang adil terhadap kandidat. 

Misalnya, alih-alih melihat ketergantungan mereka pada teknologi sebagai kelemahan, perusahaan dapat menganggapnya sebagai keunggulan yang dapat meningkatkan efisiensi dan inovasi. 

Menggunakan metode seperti tes Big 5 Personality dapat membantu dalam memahami potensi individu secara lebih akurat, khususnya dalam aspek disiplin dan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas.

  1. Pentingnya Penyesuaian Budaya Kerja

Menciptakan lingkungan kerja yang responsif terhadap nilai dan motivasi Gen Z sangat penting untuk meningkatkan engagement dan produktivitas mereka. Generasi ini cenderung menghargai fleksibilitas dan kolaborasi, serta merasa lebih terlibat dalam organisasi yang memahami dan mendukung aspirasi mereka. Oleh karena itu, manajemen perlu mengadaptasi kebijakan kerja yang lebih inklusif dan mendorong suasana kolaboratif.

Integrasi dan pemahaman dari pihak pimpinan, manajer, dan team leader yang terbuka terhadap perubahan juga menjadi kunci yang tak kalah pentingnya. Perusahaan akan terus membutuhkan inovasi untuk tetap relevan, dan dengan menciptakan budaya yang mendukung keterbukaan serta kreativitas, mereka dapat memanfaatkan potensi penuh yang dimiliki oleh Gen Z.

  1. Pelatihan yang Sesuai Kebutuhan dan Berkelanjutan

Untuk memaksimalkan potensi Gen Z, perusahaan harus menyediakan pelatihan yang relevan dan berkelanjutan. Generasi ini memiliki keinginan tinggi untuk belajar, sehingga program pelatihan yang tepat sasaran dapat meningkatkan keterlibatan mereka.

Melakukan analisis kebutuhan pelatihan secara rutin dan melibatkan karyawan dalam proses ini akan memastikan program yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, menggunakan metode pelatihan fleksibel, seperti pelatihan daring dan program mentoring, akan memenuhi berbagai gaya belajar.

Dengan berinvestasi dalam pengembangan karyawan, perusahaan tidak hanya meningkatkan keterampilan Gen Z, tetapi juga menciptakan budaya pembelajaran yang mendukung inovasi dan daya saing di pasar.

Kesimpulan

Mitos mengenai Generasi Z di dunia kerja seringkali berakar dari ketidaksepahaman dan stereotip negatif. Data menunjukkan bahwa Gen Z memiliki tingkat openness to experience yang tinggi dan conscientiousness yang meningkat seiring pendidikan. Meskipun ada persepsi bahwa mereka kurang disiplin dan terlalu bergantung pada teknologi, kenyataannya generasi ini membawa potensi inovasi yang signifikan. Untuk menarik dan mempertahankan talenta Gen Z, perusahaan perlu mengadaptasi strategi rekrutmen, menciptakan budaya kerja yang inklusif, serta menyediakan pelatihan yang berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat memanfaatkan kekuatan Gen Z untuk mencapai kesuksesan.

Apakah artikel ini membantu?
YaTidak

Share:

On Key
Scroll to Top

Talentics

PT. Semesta Integrasi Digital.