Data terbaru dari survei PwC menunjukkan dinamika yang menarik di dunia kerja Asia Pasifik. Tingkat kepuasan kerja mengalami peningkatan signifikan, dari 57% pada 2022 dan 2023 menjadi 62% pada 2024. Namun, secara kontra-intuitif, keinginan untuk berganti pekerjaan juga melonjak, dari 19% pada 2022 menjadi 31% pada 2024.
The Great Detachment menjadi dipercaya menjadi salah satu penyebabnya setelah diberitakan oleh Forbes, Business Insider, sampai The New York Post. Hal ini merubah paradigma karyawan bahwa fokus utama dalam bekerja bukan lagi kompensasi gaji semata, namun bertambah dengan fleksibilitas kerja dan keseimbangan hidup.
Artikel ini bertujuan untuk menjadi panduan bagi para pemimpin perusahaan dan praktisi HR untuk menghadapi fenomena The Great Detachment secara lebih efisien sehingga bisnis perusahaan dapat terus berjalan secara produktif.
Apa itu The Great Detachment?
The Great Detachment adalah istilah yang menggambarkan fenomena di mana karyawan tetap menjalankan tugas mereka dengan profesionalisme tinggi dan memenuhi target yang ditetapkan, namun mulai menjaga jarak secara emosional dan psikologis dari pekerjaan.
Dalam situasi ini, pekerjaan cenderung dianggap sebagai tanggung jawab yang harus diselesaikan, bukan lagi sebagai panggilan atau sarana aktualisasi diri. Motivasi karyawan beralih dari loyalitas terhadap perusahaan ke fokus pada keseimbangan hidup dan pemenuhan kebutuhan pribadi.
Fenomena ini dipicu oleh beberapa faktor besar. Pandemi COVID-19, misalnya, membuat banyak karyawan yang merefleksikan nilai-nilai hidup mereka. Ketidakpastian ekonomi akibat resesi juga membuat perusahaan mengurangi tenaga kerja melalui Mass Layoff, yang sering kali menurunkan rasa percaya karyawan. Generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, semakin mencari makna di tempat kerja—tidak hanya dalam bentuk gaji tetapi juga fleksibilitas, keseimbangan hidup, dan dampak positif terhadap hidup secara keseluruhan.
Dampak The Great Detachment terhadap Perusahaan
The Great Detachment menyoroti perlunya pendekatan baru dalam memahami hubungan karyawan dengan pekerjaan. Meski data PwC menunjukkan peningkatan engagement rate di Asia Pasifik hingga 62% pada 2024, kenyataan lain mengungkapkan likelihood to change employers yang melonjak menjadi 31% pada tahun yang sama, dibandingkan 19% pada 2022. Fenomena ini mengindikasikan bahwa keterlibatan karyawan secara emosional belum tentu berbanding lurus dengan loyalitas mereka terhadap perusahaan.
Loyalitas karyawan tidak lagi ideal untuk hanya diukur dari kacamata engagement rate saja. Dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik melalui metrik tambahan, seperti employee turnover rate dan rata-rata masa kerja karyawan, untuk mendapatkan gambaran lebih utuh. Metrik-metrik ini membantu perusahaan mengidentifikasi potensi risiko seperti tingkat kepuasan yang semu atau kecenderungan karyawan untuk mencari peluang kerja di tempat lain.
Baca juga: 4 Metriks Utama HR dalam Proses Rekrutmen
Strategi Menghadapi The Great Detachment di Organisasi
Untuk menghadapi The Great Detachment, perusahaan perlu menerapkan strategi yang adaptif dan berfokus pada pemenuhan kebutuhan karyawan yang terus berubah. Berikut adalah tiga langkah kunci yang dapat diambil:
Perkuat Keterlibatan Karyawan dengan Pendekatan Holistik
Penting untuk memantau dan memahami sejauh mana keterlibatan karyawan dengan pekerjaan mereka. Selain melakukan survei engagement, perusahaan sebaiknya mengadakan tambahan sesi feedback secara rutin untuk mendapatkan data kualitatif dan menganalisis metrik tambahan seperti turnover rate dan masa kerja rata-rata untuk mendapatkan metrik kuantitatif. Dengan metode ini, perusahaan dapat menggali lebih dalam perasaan karyawan tentang peran mereka dan visinya terhadap perusahaan, serta melakukan validasi data terhadap berbagai metrik lain yang saling berkesinambungan.
Fleksibilitas dan Work-Life Balance
Memberikan kebijakan kerja yang fleksibel sangat penting untuk mendukung kesejahteraan karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan menawarkan opsi kerja dari hybrid, jam kerja yang dapat disesuaikan, serta peluang bekerja paruh waktu memungkinkan karyawan untuk lebih mudah mengatur keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepuasan kerja, tetapi juga menciptakan rasa keterikatan yang lebih kuat terhadap organisasi,.
Fokus pada Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan faktor penting yang memengaruhi keterikatan karyawan terhadap perusahaan. Menyediakan program dukungan mental, seperti konseling atau pelatihan mindfulness, dapat membantu karyawan mengelola stres dan tantangan emosional yang mereka hadapi. Selain itu, mengintegrasikan kewajiban pengambilan cuti dalam kurun waktu tertentu, seperti minimal sekali dalam satu kuartal atau semester, memberikan kesempatan bagi karyawan untuk beristirahat dan mereset diri. Langkah-langkah ini tidak hanya memperkuat loyalitas, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan perusahaan dalam jangka panjang.
Kesimpulan
The Great Detachment merupakan fenomena yang menggambarkan pergeseran sikap karyawan yang meski tetap bekerja secara profesional, mulai menjaga jarak emosional dengan pekerjaan. Perubahan ini dipicu oleh faktor-fakto baik dari perusahaan maupun faktor ekonomi secara global. Perusahaan perlu menyadari bahwa tingkat keterlibatan karyawan tidak selalu berbanding lurus dengan loyalitas.
Strategi yang adaptif dan berfokus pada pemenuhan kebutuhan karyawan sangat penting. Tiga langkah utama yang dapat diambil adalah memperkuat keterlibatan karyawan melalui pendekatan holistik, memberikan fleksibilitas untuk mendukung work-life balance, dan fokus pada kesehatan mental karyawan. Dengan cara ini, perusahaan dapat menjaga produktivitas dan loyalitas karyawan dalam jangka panjang.