Rata-rata time-to-hire yang diperlukan sebuah perusahaan dalam melakukan rekrutmen adalah 30 hari. Oleh karena itu, waktu adalah salah satu metrik yang paling berpengaruh dalam sebuah proses rekrutmen. Praktisi HR perusahaan Anda perlu memetakan strategi mana yang paling efektif dan efisien agar dapat menemukan talenta potensial yang tepat. Dalam rangka mengakomodasi kebutuhan ini, collaborative hiring menjadi metode rekrutmen yang sering diterapkan.
Apa itu Collaborative Hiring?
Biasanya perekrutan secara konvensional beroperasi top-down dan karenanya keputusan akhir selalu ada di tangan pimpinan. Mereka mungkin mendengarkan pendapat lain, tetapi merekalah yang berwenang membuat keputusan utama.
Collaborative hiring adalah metode rekrutmen yang melibatkan seluruh lini perusahaan, di mana tim dari departemen yang berbeda dan lintas tingkat mengambil bagian di dalamnya. Metode ini pun populer dipakai perusahaan-perusahaan di Silicon Valley, seperti Google dan Apple, bahkan dijuluki Steve Jobs sebagai cara terbaik merekrut talenta potensial.
Praktiknya membuat sistem perekrutan menjadi lebih strategis karena melibatkan anggota tim dari departemen pekerjaan terkait untuk berkolaborasi dalam proses perekrutan. Sehingga semua berhak untuk chip in ide atau saran dalam menentukan talenta mana yang kemudian direkrut. Praktisi HR dalam hal ini dapat memilih menyertakan karyawan maupun pimpinan perusahaan selama proses wawancara atau seleksi talenta potensial untuk mengidentifikasi talenta potensial yang sesuai secara kultur kerja perusahaan (culture fit) maupun kepribadiannya (personality fit).
Lalu, siapa saja yang biasanya terlibat dalam proses collaborative hiring ini?
Sebenarnya semua tergantung pada perusahaan Anda dan posisi yang Anda miliki. Biasanya, tim rekrutmen dalam collaborative hiring mencakup orang-orang di berbagai posisi seperti:
- Recruiter
- Hiring manager
- HR manager
- Eksekutif (C-level)
- Karyawan lain/anggota tim departemen terkait yang akan banyak bekerja sama langsung dengan talenta potensial (user).
Collaborative hiring bukan sekadar metode rekrutmen biasa, karena pada praktiknya, metode ini telah diinternalisasi oleh banyak perusahaan besar dalam menilai kandidat dan membuat keputusan perekrutan. Tidak hanya perusahaan, dalam hal ini berarti praktisi HR dan pihak yang akan dikenal sebagai user, namun sebaliknya, talenta potensial pun dapat melihat dan menilai langsung siapa saja yang akan menjadi rekan kerja mereka. Atau setidaknya, bertemu atasannya langsung.
Baca juga: Peran Data & Teknologi Dalam Kecocokan Karir
Dua Best Practice Collaborative Hiring
Dua praktik collaborative hiring terbaik yang cepat dan mudah diterapkan sehingga dinilai menghasilkan ROI tertinggi adalah program referal karyawan dan rekrutmen internal.
Dalam program referal, talenta perusahaan Anda dapat merekomendasikan kandidat yang memang mereka percaya akan memenuhi kebutuhan perusahaan karena mereka mengenalnya secara personal. Sebagai imbalannya, perusahaan Anda dapat menawarkan bonus atau benefit lainnya bagi mereka atas rekomendasi yang diberikan. Proses ini tentunya memangkas waktu dan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan perekrutan.
Program ini pun dipercayai meningkatkan employee engagement dan employee retention karena lebih dari separuh talenta perusahaan yang direkrut dari program referal akan bertahan lebih lama di perusahaan tempatnya bekerja.
Talenta perusahaan yang telah lama bekerja di perusahaan Anda pun termotivasi untuk membuat rekomendasi yang sesuai, hal ini akan berpengaruh pada kemungkinan perusahaan menemukan talenta yang tepat. Dengan demikian, semua pihak pun diuntungkan.
Sedangkan praktik rekrutmen internal adalah collaborative hiring yang sumbernya berasal dari talenta perusahaan yang telah ada. Membantu mengisi posisi yang baru saja kosong, jabatan tinggi, maupun after effect dari resign talenta lainnya. Rekrutmen ini dapat mempersiapkan struktur organisasi yang baru dan pemimpin berikutnya. Talent war merupakan salah satu alasan penting mengapa praktik rekrutmen internal ini sebaiknya dipilih.
Boleh jadi talenta terbaik untuk suatu posisi sudah bekerja di dalam perusahaan. Untuk mendukung ini, pimpinan perlu memiliki kejelian dalam membangun dan mendukung kultur di mana talenta perusahaan didorong untuk mencari tantangan karir baru secara internal. Praktik ini dapat membantu meningkatkan retensi talenta perusahaan karena semua mereka dapat melihat bahwa perusahaan benar-benar menghargai dan mempertimbangkan career advancement masing-masing talentanya.
Baca juga: Mengubah 'Gut Feeling' Menjadi 'Good Feeling'
Manfaat Collaborative Hiring dalam Rekrutmen Talenta Potensial
1. Meningkatkan quality of hire
1. Peningkatan kualitas perekrutan
Talenta perusahaan Anda telah menjadi bagian dari perusahaan dan memahami kultur, visi, dan misi perusahaan. Dengan demikian, mereka adalah garda terdepan dalam merekomendasikan orang-orang yang sangat cocok untuk perusahaan. Karena kandidat pasif merupakan 70% dari tenaga kerja global, menjangkau mereka dapat membuat perbedaan besar dari segi quality of hire.
Semangat kolaborasi tentunya akan menciptakan rasa kepemilikan. Ketika talenta perusahaan di sekitar Anda memiliki andil dalam perekrutan talenta baru, mereka juga menanggung rasa tanggung jawab dan hal ini akan membangun mentalitas gotong royong demi kepentingan bersama, saling membantu, melatih, dan mendukung orang baru dalam menjalani pekerjaan mereka.
Talenta potensial yang onboard pun akan memiliki rasa percaya diri dibanding jika mereka sama sekali tidak mengenal siapapun, karena mereka tahu orang yang menyetujui proses perekrutan, menunjukkan dukungan dan persetujuan. Semua ini melahirkan proses transisi yang mulus bagi semua pihak yang terlibat.
2. Mencegah hiring bias
Collaborative hiring berbasis tim adalah solusi yang membatasi dampak bias yang tidak disadari. Setiap tim dalam sebuah rekrutmen cenderung memiliki preferensi dan bias mereka sendiri, namun, proses collaborative hiring membatasi dampaknya.
Dengan lebih banyak pemangku kepentingan yang terlibat, kemungkinan ada beragam pendapat pada setiap pelamar dan karenanya kemungkinan kelompok orang tertentu didiskualifikasi tanpa alasan jelas dari proses perekrutan jauh lebih rendah.
42% talenta potensial di tahap wawancara mengalami kegagalan karena bias yang tidak disadari yang dapat berdampak signifikan pada kualitas kinerja perusahaan ketika pengambilan keputusan diserahkan kepada satu orang. Collaborative hiring di sini pun berperan mengendalikan efek bias tadi karena dapat meningkatkan keadilan selama perekrutan dan seleksi.
3. Better culture fit bagi perusahaan maupun talenta potensial
Setiap kali perusahaan Anda melakukan collaborative hiring, berarti secara signifikan Anda mendukung kuat persatuan, membangun ekosistem kerja yang kondusif, transparan, dan membuat semua orang merasa dihargai. Mereka memiliki suara dan merupakan bagian penting dari visi yang sedang perusahaan upayakan.
Dengan lebih banyak anggota tim yang terlibat dalam menilai kandidat, kemungkinan besar Anda akan merekrut talenta potensial yang gaya dan nilai kerjanya konsisten dengan perusahaan Anda. Menumbuhkan rasa kebersamaan ini akan sangat membantu dalam menarik dan mempertahankan yang terbaik dari yang terbaik. Siapa yang tidak menginginkan bekerja di perusahaan yang memiliki kultur kerja yang sehat?
Oleh karena itu, besar kemungkinan bahwa Anda akan merekrut kandidat dengan culture fit kuat yang akan bekerja profesional dan berpotensi lebih besar untuk berkembang dalam peran baru mereka. Hal ini tentunya meningkatkan potensi kesuksesan jangka panjang bagi perusahaan dan pada akhirnya menghemat waktu dan uang yang Anda kelola.
4. Memperoleh retention rate tinggi
Employee turnover di banyak industri selalu memakan banyak waktu dan biaya perusahaan. Rata-rata waktu talenta perusahaan berusia 25 hingga 34 tahun tinggal di perusahaan adalah 3,2 tahun. Artinya, jika Anda meningkatkan kualitas perekrutan, pada akhirnya Anda akan meningkatkan tingkat retensi Anda.
Mempekerjakan seseorang yang direkomendasikan oleh talenta perusahaan Anda memungkinkan perusahaan akan memperoleh higher retention rate, karena mereka akan bertahan lebih lama.
5. Meningkatkan candidate experience
Talenta perusahaan Anda adalah aset berharga. Proses collaborative hiring memungkinkan pertemuan antara mereka dan talenta potensial yang melamar. Perbincangan yang terjadi di antara kedua belah pihak memberi talenta potensial gambaran yang lebih jelas tentang peran dan kultur perusahaan yang menjadi dasar keputusan mereka.
Seperti bagaimana sistem pengajuan ide bekerja, urusan benefit, hingga ke hal-hal yang bersifat personal growth seperti adanya kegiatan ekstra di luar jam kerja (bisa berdasarkan hobi, bakat, maupun tren masa kini). Pada akhirnya, tentu ini semua mengarah pada candidate experience yang lebih baik dan lebih transparan.
Article Editor: Nadia Fernanda
Image credits: Pexels