Budaya perusahaan merupakan suatu hal yang tidak kalah penting untuk suatu perusahaan, dimana budaya perusahaan terbentuk atas dasar kebersamaan dan setiap anggota harus dapat beradaptasi dengan budaya tersebut, demi tercipta lingkungan kerja yang harmonis dan sesuai.
Menurut penelitan Ethisphere, perusahaan dengan budaya perusahaan yang paling etis di dunia memiliki kinerja keuangan hingga 14.4% lebih baik selama 5 tahun. Ini berarti, akan lebih baik jika suatu perusahaan mampu menciptakan budaya perusahaan yang etis, untuk meningkatkan value dari perusahaan itu sendiri.
Di dalam bisnis, perilaku etis memiliki efek langsung yaitu untuk membangun motivasi, employee engagement, serta produktivitas. Terlebih lagi di zaman sekarang, kebanyakan dari generasi Milenial dan gen Z lebih terfokus pada budaya perusahaan dibandingkan dengan hal lainnya ketika mereka ingin mendaftar ke suatu pekerjaan. Hal ini terjadi karena generasi Milenial dan gen Z cenderung ingin bekerja dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka.
Ketika seorang kandidat melamar ke perusahaan, biasanya rekruter hanya memindai CV/Resume yang dikirim oleh kandidat. Namun, apa yang tertulis di CV/Resume tidak dapat menunjukkan bagaimana pola pikir si kandidat, sehingga harus menggalinya dengan cara lain, yaitu dengan memberikan assessment.
Assessment merupakan cara yang dilakukan oleh rekruter untuk menggali pengetahuan yang lebih dalam tentang kandidat yang sedang diproses. Biasanya, assessment diberikan bukan hanya untuk mengetahui kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilamar, tetapi juga kemampuan lainnya yang lebih terfokus pada kemampuan diri kandidat. Hal ini tentu dapat membantu rekruter menemukan kandidat yang sesuai dengan budaya perusahaan mereka.
Berikut adalah beberapa aspek yang perlu digali dengan assessment, untuk mampu menciptakan budaya perusahaan yang positif.
1. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif adalah konstruksi proses berpikir, termasuk mengingat, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Hal ini tentunya tidak tertulis di dalam CV/Resume, karena perlu dilakukan uji secara langsung untuk mengetahuinya. Dari sini, biasanya rekruter mendapatkan gambaran tentang seperti apa kandidat tersebut akan bertindak ketika dihadapkan pada suatu masalah.
2. Kepribadian
Kepribadian disini konteksnya lebih personal mengenai bagaimana cara pandang seorang kandidat mengenai suatu hal. Kepribadian juga dapat mencerminkan reaksi kandidat ketika harus ditempatkan dalam posisi yang kurang menyenangkan. Dari sini, rekruter dapat mengetahui bagaimana cara seorang kandidat menyalurkan emosinya ketika berhadapan dengan beberapa situasi. Kepribadian seseorang mungkin merupakan salah satu hal yang mempengaruhi cara seseorang untuk berinteraksi dan beradaptasi di lingkungan baru. Maka dari itu, aspek ini sangat penting untuk digali terutama untuk mencari kepribadian seperti apa yang akan cocok untuk perusahaan.
3. Motivasi
Motivasi dapat membantu membangun budaya perusahaan yang etis dan lebih positif, karena motivasi merupakan salah satu hal penting yang harus terus dijaga oleh suatu perusahaan. Ketika para karyawan memiliki motivasi yang tinggi, tentu perusahaan akan bergerak ke arah yang positif untuk mencapai visi dan misi dengan lebih baik. Namun, ketika ada karyawan yang tidak memiliki motivasi, pilar-pilar di dalamnya dapat goyah hingga menghambat perkembangan dari perusahaannya tersebut. Rekruter perlu melihat motivasi kandidat untuk bekerja di perusahaannya seperti apa, apakah motivasinya cukup membantu perkembangan perusahaan atau tidak.
4. Situational Judgement
Aspek ini juga merupakan aspek yang penting, dimana rekruter harus tau bagaimana seorang kandidat akan bersikap di dalam suatu situasi. Biasanya, aspek ini dapat dinilai dengan diberikannya case study dimana kandidat harus bertindak sesuai dengan rolenya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal ini juga diperlukan untuk melihat respon kandidat ketika dalam tim / perusahaan mengalami suatu masalah, judgement seperti apa yang akan diberikan.
5. Kemampuan beradaptasi (cultural fit)
Aspek terakhir yang paling penting untuk dinilai adalah kemampuan beradaptasi dengan budaya perusahaannya itu sendiri. Tidak semua orang merasa bahwa beradaptasi dengan lingkungan baru adalah hal yang mudah untuk dilakukan, maka dari itu, assessment sangat membantu untuk memberikan gambaran yang akurat tentang bagaimana seorang kandidat mengatasi hal tersebut. Seperti yang sudah tertulis di atas bahwa kebanyakan generasi Milenial dan gen Z lebih mempertimbangkan keadaan budaya perusahaan dibanding hal lainnya, maka aspek ini dapat dikatakan menjadi aspek terpenting untuk menciptakan budaya perusahaan yang etis.
Talentics sebagai platform assessment dan people analytics menawarkan teknologi dan alat ukur terbaik, untuk membantu meningkatkan kinerja bisnis melalui analisa mendalam terkait kinerja talenta dan calon talenta Anda. Bersama Talentics, proses pencarian kandidat akan terasa lebih efektif dan efisien dibandingkan sebelumnya.
Tunggu apalagi? Mari bergabung dengan kami sekarang!