Strategi perekrutan di masa pandemi sudah pasti berbeda dengan perekrutan yang biasa dilakukan sebelum pandemi. Untuk kembali memutar roda bisnis yang sempat terhenti, kini banyak perusahaan yang yang melakukan rehiring untuk mengisi banyaknya kekosongan akibat layoff besar-besaran yang tidak dapat terelakkan di awal pandemi.
Perbedaan signifikan ini menjadi cerminan bahwa strategi rehiring selama masa pandemi tidak bisa disamakan dengan kebutuhan biasanya di masa normal. Konektivitas dan keterlibatan temu fisik yang minim berakibat pada pola komunikasi kedua belah pihak. Proses komunikasi ini seringkali berlangsung tidak efektif dan efisien. Oleh karenanya, para praktisi HR harus peka membaca situasi. Perbedaan mendasar yang paling kentara adalah soal penggunaan teknologi tanpa mengharuskan talenta potensial dan pihak perusahaan untuk bertatap muka.
Baca juga: Mengapa Perusahaan Anda Sulit Menemukan Talenta yang Tepat?
Menetapkan Strategi Rehiring di Perusahaan Anda
Semua orang ingin bepergian, makan di luar, dan menghidupkan kembali aspek sosial kehidupan mereka akibat dilanda pandemi Covid-19. Pembatasan kegiatan sosial yang saat ini lebih leluasa meningkatkan aktivitas konsumen. Hal ini bergerak menuju peningkatan bisnis, yang akan membuka jalan baik untuk menambah talenta baru maupun mempekerjakan kembali talenta perusahaan baik yang terpaksa di-lay-off karena pandemi ataupun talenta baru.
Haruskah perusahaan mempekerjakan kembali talenta lama perusahaannya sebelum mempertimbangkan talenta baru? Jawaban sederhananya, tidak. Selama tidak ada kewajiban kontraktual yang mengharuskan talenta tersebut dipekerjakan kembali.
Ketika pandemi melanda pada tahun 2020, banyak perusahaan yang terpaksa memberhentikan talentanya karena pengurangan biaya dan waktu operasional. Oleh karena itu, strategi perekrutan perusahaan harus dievaluasi terutama untuk bisnis yang paling terkena dampak pandemi, yang mengalami pengurangan kapasitas konsumen sementara di sisi lain masih perlu mempekerjakan talenta dalam jumlah besar.
Dengan terus berubahnya kebijakan terkait pandemi, pertimbangan rehiring yang dilakukan perusahaan di antaranya dapat berupa:
1. Mematuhi protokol kesehatan dan kebijakan pemerintah
Pada Juli 2021, jajaran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta menutup 77 perusahaan karena melanggar aturan PPKM Darurat yang memberlakukan working from office melebihi kapasitas yang telah ditentukan meski bukan termasuk sektor esensial dan kritikal.
Kebijakan PSBB dan PPKM Darurat memang banyak menuai kontroversi dari berbagai elemen masyarakat. Pada kenyataannya, masih banyak perusahaan yang berani melanggar ketentuan protokol kesehatan dan kebijakan pemerintah. Hal ini amat disayangkan sebab salah satu kunci terpenting bagi perusahaan Anda dalam melakukan rehiring di masa pandemi adalah memastikan bahwa perusahaan tidak mengorbankan talentanya demi meraup keuntungan bisnis.
Selaku praktisi HR, Anda harus mempertimbangkan pedoman apa yang ingin Anda terapkan untuk talenta perusahaan agar mereka tetap aman jika harus bekerja di kantor seperti biasanya.
Perusahaan wajib memperhatikan aturan seputar penyesuaian layanan yang dapat ditawarkan, seperti kapasitas orang yang bekerja di kantor per hari hanya 50% dari total talenta perusahaan, menambah benefit asuransi yang menyediakan fasilitas bagi talenta perusahaan terdampak Covid-19, penyediaan layanan kesehatan mental, hingga mempelajari tiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah berkaitan perekonomian negara dan menerapkan sebaik-baiknya. Informasi ini sangat berguna dalam perencanaan rehiring yang dilakukan.
Baca juga: Menerapkan Inovasi Rekrutmen Virtual Guna Menyaring Talenta Berkualitas
2. Rekonstruksi ulang kebutuhan perusahaan
Evaluasi dan dokumentasikan alasan konkret dalam penentuan talenta perusahaan mana yang dipertahankan atau dipekerjakan kembali. Alasan ini dapat mencakup senioritas, kebutuhan operasional, reputasi, kontribusi, atau track record kinerja mereka di perusahaan Anda. Segala potensi risiko komplikasi Covid-19 tidak boleh mempengaruhi pengambilan keputusan ini.
Ingatlah bahwa melakukan proses rehiring tanpa dasar yang konkret dapat menimbulkan tindak diskriminatif dan opini negatif dari talenta perusahaan lain yang tidak dipekerjakan kembali. Oleh karena itu, Anda perlu merekonstruksi ulang kebutuhan perusahaan dengan bijak sehingga keputusan yang dibuat tidak menimbulkan friksi.
Perusahaan yang baik tentu membangun komunikasi yang transparan dengan talentanya. Begitu pula selama rehiring berlangsung. Pemutusan hubungan kerja tidak pernah mudah bagi kedua belah pihak. Ada baiknya jika perusahaan Anda melakukan percakapan terbuka dan transparan dengan talenta lama perusahaan Anda tentang bagaimana perasaan mereka dan bagaimana rencana mereka ke depannya. Perusahaan Anda dapat pula memberikan opsi untuk membantu mereka selama proses ini, misalnya dengan memberi pesangon yang sesuai dengan masa kerja mereka.
Talenta yang diberhentikan secara tidak terduga dapat terkuras secara emosional. Mereka mungkin juga menyimpan kebencian terhadap perusahaan Anda. Ketika memilih untuk mempekerjakan mereka kembali, komunikasikan nilai yang akan mereka bawa ke perusahaan dan konfirmasikan bahwa mereka merasa nyaman untuk kembali terlebih jika memang sesuai dengan apa yang dibutuhkan perusahaan.
Ingatlah pertimbangan bahwa talenta lama sudah mengetahui seluk beluk perusahaannya. Mereka akrab dengan orang di dalamnya, budaya, sistem, dan proses kerjanya. Dengan kata lain, mereka tahu apa yang diharapkan. Hal ini mengurangi risiko culture misfit dalam perusahaan.
Talenta lama yang di-rehire pun dapat mencapai OPL mereka lebih cepat. Karena talenta lama perusahaan sudah mengetahui pekerjaan mereka di perusahaan Anda, mereka membutuhkan lebih sedikit pelatihan dan waktu untuk mencapai Tingkat Produktivitas Optimum (OPL).
Mereka dapat pula membawa perspektif baru karena bisa saja mereka telah mempelajari keterampilan baru dan mengalami cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu. Ide-ide baru dan perspektif segar dapat datang dari mereka setelah bergabung kembali.
Mempekerjakan talenta lama bisa menarik dari sudut pandang keuangan karena mereka tidak hanya membutuhkan lebih sedikit pelatihan dan waktu untuk beroperasi secara penuh, tetapi juga lebih sedikit usaha yang diperlukan untuk rehire mereka, dengan catatan selama mereka bekerja di perusahaan Anda, employee experience yang mereka terima baik dan positif.
Selain itu, di luar keperluan pribadi untuk menafkahi keluarganya, secara tidak langsung, rehiring talenta lama perusahaan meningkatkan employer branding secara signifikan. Dengan kata lain, di antara banyak kemungkinan untuk bergabung dengan perusahaan lain, mereka masih memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan Anda.
Baca juga: Apa Itu Behavioral Based Interview dan Competency Based Interview?
3. Menerapkan teknologi HR dalam proses rehiring
Pasar kerja yang kompetitif menyebabkan proses mendapatkan kembali talenta perusahaan Anda, yang boleh jadi adalah pemain unggul di bidangnya, layaknya perang. Beberapa perusahaan yang memperlakukan talentanya dengan buruk bahkan dilaporkan mengalami labor shortage.
Daya saing perusahaan Anda pun dipertaruhkan. Perusahaan Anda perlu menyadari bahwa membangun model kapabilitas sebagai kerangka kerja dalam upaya mendukung pertumbuhan menjadi penting dilakukan dan korelasi antara kemampuan praktisi HR di perusahaan Anda berpengaruh pada employee retention dan employee experience.
Seorang praktisi HR perlu mampu membantu talenta perusahan dalam menangani masalah pribadi atau isu lingkungan kerja yang mungkin mempengaruhi kinerja mereka. Selain itu, HR perlu mampu mengidentifikasi dan memutus hubungan kerja dengan talenta yang kinerjanya buruk. Sebaliknya, HR perlu pandai mempertahankan talenta berkualitas yang mengajukan pemberhentian kerja dari perusahaan.
Dalam kasus rehiring selama masa pandemi, peran praktisi HR lebih fokus pada employer branding, employee engagement, penyesuaian upah, tunjangan, dan proses perekrutan yang luar biasa memakan energi, waktu, dan sumber daya. Oleh karena itu, diperlukan platform yang menjanjikan pengelolaan talenta dengan baik, yang dapat membantu mempermudah pekerjaan departemen HR.
Salah satunya adalah dengan menerapkan online assessment dan behavioral/competency based interview yang dilakukan secara online. Keduanya menggunakan teknologi HR, melakukan rekognisi talenta perusahaan berbasis data, sehingga tidak rawan bias dan subjektivitas.
Assessment yang cepat dan mudah dapat digunakan sebelum, selama, dan setelah proses rehiring. Data dari penilaian ini tidak hanya memprioritaskan talenta terbaik tetapi juga meningkatkan candidate experience dengan menyesuaikan onboarding untuk setiap talenta, menetapkan tujuan yang jelas dari rehiring yang dilakukan perusahaan.
Pengumpulan dan analisis data tidak berakhir setelah perekrutan. Sebaliknya, talenta yang akan di-rehire dapat diselidiki dari jejak data di seluruh pekerjaan mereka sebelumnya. Informasi dari tinjauan kinerja hingga angka penjualan dan penilaian kepribadian dapat membantu perusahaan membuat keputusan yang tepat.
Baca juga: 5 Teknologi HR Terbaik di Tahun 2021 untuk Mempermudah Proses Rekrutmen Perusahaan Anda
4. Memahami kompetensi talenta dalam penerapan remote working
Hal-hal mungkin berubah sejak talenta lama perusahaan terkena layoff, bahkan jika mereka meninggalkan perusahaan Anda untuk waktu yang relatif singkat. Terutama sejak krisis pandemi Covid-19, cara kerja baru mungkin telah menggantikan yang lama.
Remote working akhirnya mengganti cara kerja konvensional yang mengharuskan tiap talentanya bertemu secara fisik. Salah satu praktik ini diterapkan dengan working from home. Bekerja dari rumah secara remote akan menjadi poin penting bagi talenta perusahaan Anda setelah menjalani proses rehiring.
Ketika semua elemen perusahaan berkolaborasi secara remote, menjaga agar semua orang selaras dengan objektif perusahaan memang menjadi tantangan. Hal ini berarti perusahaan Anda pun perlu melakukan assessment, menentukan kira-kira pekerjaan apa saja yang bisa dilakukan secara remote. Apakah ada kompetensi tertentu yang harus dimiliki talenta perusahaan dalam bekerja remote agar performanya tetap maksimal?
Oleh karena itu, perusahaan Anda dapat berinvestasi pada platform atau teknologi yang tepat. Teknologi ini akan banyak berperan dalam otomatisasi yang tentunya menunjang keperluan perusahaan mulai dari segi assessment hingga pengawasan.
Misalnya, Anda dapat memanfaatkan penggunaan online assessment dan dokumen tracker dalam memantau attendance, live report, serta kinerja talenta secara keseluruhan demi mendukung sistem remote working yang berlaku.
Baca juga: Kompetensi Penting yang Harus Dimiliki Karyawan selama Work From Home
Article Editor: Nadia Fernanda
Image credits: Pexels