Perkembangan teknologi merupakan hal yang sudah tidak bisa dielakkan lagi, sebab perkembangan ini telah merambah ke seluruh bidang. Salah satu bidang yang sangat erat dengan perkembangan teknologi saat ini adalah bidang Human Resources (HR).
Perkembangan teknologi di bidang HR dan rekrutmen tentunya sangat mempengaruhi banyak hal di dalamnya. Perusahaan tentu memahami dengan baik fakta bahwa untuk dapat memiliki daya saing yang tinggi di dunia kerja saat ini, perlu dilakukan penyesuaian dengan teknologi yang dapat membantu efektifitas dan efisiensi proses bisnis yang dilakukan oleh perusahaan.
Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 2020 ini, banyak perusahaan yang ‘dipaksa’ untuk melakukan perubahan besar-besaran yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Dengan adanya pandemi ini, banyak perusahaan yang sebelumnya masih menggunakan metode konvensional dalam melakukan operasional dan menjalankan proses bisnisnya ‘terpaksa’ harus mulai mengikuti tren terbaru dengan menggaet teknologi untuk memudahkan mereka beroperasi dengan maksimal namun tetap mematuhi aturan baru ataupun protokol kesehatan yang berlaku.
Perubahan dan kemajuan tren rekrutmen bukan semata-mata hanya karena perkembangan teknologi dan pandemi yang sedang terjadi, tetapi juga didorong oleh banyaknya jumlah pekerja aktif dari golongan generasi Z di pasar kerja. Pada umumnya, tenaga kerja aktif saat ini berasal dari empat generasi sekaligus, yaitu generasi baby boomers, generasi X, generasi Y, dan generasi Z. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi pergeseran generasi baby boomers yang mulai memasuki masa pensiun dengan generasi Z yang perlahan masuk dan mendominasi dunia kerja profesional.
Karakteristik dari generasi Z berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Perhatian khusus memang harus diberikan ke Gen Z. Menurut riset McKinsey dan Box, generasi ini dikenal sebagai digital natives, berpikiran terbuka, mengutamakan dialog, serta menghindari konfrontasi. Jika mendapat arahan yang baik, mereka bisa menjadi talenta-talenta berharga di perusahaan.
Baca juga: There’s more to work for Gen Z: Si Inovatif yang Bergerak Cepat dan Suka Kompetisi
Generasi Z juga merupakan generasi yang sudah didampingi oleh teknologi sejak mereka lahir, sehingga kehidupan sehari-hari mereka sangatlah erat dengan berbagai teknologi di sekitarnya. Generasi Z menganggap teknologi sebagai sesuatu yang dapat memudahkan hidup mereka. Maka dari itu, penting bagi perusahaan Anda untuk menarik generasi ini dengan menggunakan teknologi, yang merupakan senjata utama mereka.
Prediksi Tren Rekrutmen yang eksis di tahun 2021 mendatang
Rekrutmen di tahun ini sangat berbeda dengan rekrutmen di tahun sebelumnya. Tidak hanya mengikuti perkembangan teknologi dan zaman, tetapi hadirnya pandemi COVID-19 sangat mempengaruhi perubahan rekrutmen di tahun ini dan menyebabkan beberapa perubahan yang diperkirakan akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan justru terjadi hanya dalam hitungan bulan saja.
Mengacu pada Talentics survey 2020, inilah beberapa prediksi tren rekrutmen di tahun 2021 mendatang:
1. War for talent meningkat intensitasnya, didorong oleh pandemi
“Perang” untuk mendapatkan talenta alias war for talent semakin intens. Menurut survei Global Human Capital Trends dari Deloitte, 70% responden menyatakan bahwa strategi dan proses rekrutmen adalah hal yang penting, dengan 61% diantaranya setuju bahwa menemukan talenta yang kompeten, berkualitas, dan memiliki keselarasan dengan budaya perusahaan adalah tantangan terbesar yang dihadapi industri dalam proses rekrutmen.
Meningkatnya intensitas war for talent yang terjadi saat ini disebabkan oleh beberapa faktor yang memicu intensitas dari kompetisi tersebut. Secara garis besar, ada dua faktor yang terlihat cukup cepat mengubah perilaku karier dan turut mengubah lanskap pasar kerja.
Faktor pertama adalah akselerasi global open talent market yang didorong oleh pandemi dan work from home, dimana rekrutmen kini lebih global dan tanpa mengenal batasan wilayah. Berdasarkan observasi singkat tim Talentics melihat lowongan di beberapa job platform seperti Tech in Asia dan Indeed.com, cukup banyak perusahaan-perusahaan yang berbasis di Singapura yang merekrut talenta-talenta di Indonesia untuk pekerjaan-pekerjaan yang masuk kategori high-demand di bidang teknologi dan digital seperti product manager, software engineer, dev ops, data, dan security. Hal ini kedepannya akan semakin meningkat yang disebabkan oleh perubahan perilaku perusahaan dan talenta dalam menerapkan strategi remote working dan distributed team yang diakselerasi oleh pandemi.
Kedua, pandemi berkontribusi dalam mengubah pergeseran aspirasi dan prioritas para pencari kerja dalam berkarier. Apalagi kami melihat tren perusahaan-perusahaan di industri teknologi dan digital untuk menambahkan fungsi Outreach Recruitment Specialist dalam tim rekrutmen yang bertugas secara agresif untuk merekrut kandidat-kandidat pasif. Hal tersebut menghadirkan tantangan bagi perusahaan-perusahaan yang lambat dalam beradaptasi.
Kombinasi kedua hal ini memberikan tantangan yang besar bagi praktisi HR di perusahaan untuk dapat tetap menarik talenta-talenta terbaik.
2. Kecepatan dan efisiensi menjadi kunci memenangkan top talents
Jika beberapa tahun lalu praktisi HR masih mempercayai bahwa kunci untuk memenangkan top talents adalah dengan cara bersabar dan tidak terburu-buru, di era Covid-19 recovery ini justru sebaliknya. Proses rekrutmen yang berbelit dan memakan waktu lama adalah faktor utama yang menghambat rekrutmen talenta terbaik.
Di tengah pergerakan pasar kerja yang semakin global dan semakin cepat, kecepatan dan efisiensi berperan sangat penting. Mengapa? Karena talenta terbaik cenderung menerima banyak tawaran kerja, bahkan sebelum mereka mempertimbangkan untuk pindah kerja.
Selain itu, tidak hanya top talents, kandidat secara keseluruhan juga sangat mempertimbangkan efisiensi proses rekrutmen dalam memutuskan apakah ia ingin berkarier di sebuah perusahaan. Selain bertolak belakang dengan pola pikir generasi Millenial dan Gen Z, proses rekrutmen yang panjang dan berbelit adalah refleksi dari kultur dan birokrasi perusahaan. Berdasarkan survei Talentics di tahun 2020, proses rekrutmen yang cepat dan efisien menjadi salah satu faktor utama bagi talenta dalam mempertimbangkan suatu perusahaan untuk berkarir.
3. Melakukan virtual recruiting
Virtual recruiting bukanlah hal yang baru dalam skena HR dan rekrutmen, terutama bagi perusahaan dan praktisi HR yang sudah familiar dengan kemudahan dan kepraktisannya. Namun, sejak pandemi COVID-19 muncul, perusahaan lain yang belum pernah melakukan metode virtual recruiting pun terpaksa harus menggunakannya untuk mengimbangi kegiatan rekrutmen yang lebih aman namun tetap dapat memberikan hasil yang optimal bagi kandidat maupun bagi praktisi HR.
Jika sebelumnya perusahaan familiar dengan proses pencarian talenta dengan memasang iklan dan menyelami job boards, yang terjadi sekarang sudah sangat berbeda. Dari awal proses rekrutmen dilakukan hingga hired, semuanya dilakukan secara virtual.
Baca juga: Tips untuk Menjamin Kualitas Rekrutmen Online Perusahaan Anda
Selain itu, untuk menilai keterampilan kandidat yang diproses, perusahaan Anda akan membutuhkan tools penilaian digital atau tes keterampilan yang biasa disebut dengan online assessment. Online assessment sudah tidak lagi menjadi hal yang tabu dalam dunia rekrutmen. Sejak dulu sudah ada istilah assessment, tetapi dengan bentuk dan eksekusi yang berbeda dengan sekarang. Jika dulu kita mengenal istilah “tes psikotes” dan lainnya dalam proses seleksi, hal itu sama dengan assessment online yang kita kenal dalam proses virtual recruiting. Namun bedanya, sekarang semuanya sudah bisa dikerjakan secara online dan hasilnya pun dijamin lebih akurat berkat teknologi yang mampu meminimalisir berbagai kemungkinan bias serta kecurangan.
4. Remote work tetap akan berlanjut
Dewasa ini, istilah remote work sudah akrab didengar di dunia kerja. Bahkan istilah ini umum dicantumkan ke dalam benefit yang ada di dalam job description perusahaan ketika memasarkan iklan lowongan kerja untuk menarik talenta yang memprioritaskan fleksibilitas dalam bekerja. Artinya, bukan hanya menarik dalam praktiknya, tetapi remote work telah menjadi sesuatu yang dapat menarik kandidat untuk melamar ke sebuah perusahaan.
Untuk banyak pekerjaan, faktor geografis biasanya menjadi penghalang bagi banyak talenta mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Kandidat yang memenuhi syarat seringkali “kalah” dari kandidat lain yang jarak tempat tinggalnya cenderung lebih dekat atau kandidat yang bersedia pindah. Dengan adanya teknologi dan internet, pekerjaan yang tidak mengharuskan adanya kehadiran ataupun kontak fisik dalam operasional bisnisnya tentunya sangat memungkinkan mereka untuk menerapkan konsep remote work.
Jika sebuah perusahaan merangkul budaya remote work, maka kendala jarak bukanlah suatu masalah lagi. Itu berarti praktisi HR dapat melakukan penjangkauan yang lebih luas dalam proses mencari kandidat pasif yang mungkin tidak mau mengambil risiko dan pindah, tetapi akan cocok untuk posisi yang tersedia.
Remote work tidak hanya membawa keuntungan untuk kandidat yang tertarik mendaftar di perusahaan Anda, tetapi juga keuntungan untuk perusahaan Anda sendiri. Banyaknya kandidat yang mendaftar pada suatu posisi yang tersedia akan memperluas jangkauan talent pool di perusahaan Anda. Keragaman seperti yang telah disebutkan di poin sebelumnya pun akan terpenuhi dengan lebih mudah.
Sebagai praktisi HR, Anda harus dapat beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan tren rekrutmen agar proses rekrutmen yang Anda jalani dapat berjalan lebih baik. Munculnya tantangan dalam pandemi juga berarti bahwa perusahaan Anda harus bergerak dengan cepat dalam menyesuaikan diri dengan kondisi yang seperti ini.
Maka dari itu, mulai mengadaptasi teknologi akan menjadi salah satu cara terbaik untuk tetap memiliki proses rekrutmen yang optimal. Ditambah dengan bantuan online assessment Talentics yang mudah digunakan dalam proses virtual recruiting dengan hasil akurat berbasis people data & analytics, menemukan talenta terbaik di tengah kondisi seperti ini dan masa mendatang tidak akan sulit untuk dilakukan.
Article Editor: Nadia Fernanda
(Image by Pixabay and Unsplash)