Table of Contents

Jelajahi platform kami sekarang

Related Posts

Kemampuan Bekerja dalam Tim

Salah satu keterampilan yang sering menjadi poin prioritas dalam deskripsi pekerjaan adalah kemampuan bekerja dalam tim. Sebagai bagian dari soft

Dapatkan Insights HR terbaru dengan berlangganan Newsletter Kami

Tren HR 2025: Penggunaan Artificial Intelligence di Sektor HR 

Tahun 2024 menjadi tonggak penting dalam perkembangan Artificial Intelligence (AI). Teknologi ini semakin sering digaungkan, dengan perusahaan di dalam dan luar negeri berlomba menunjukkan kemampuan AI dalam meniru pola pikir serta cara kerja manusia. Tujuan utamanya adalah mengotomasi tugas repetitif, mempermudah pekerjaan, dan memberi ruang bagi manusia untuk fokus pada human touch, seperti inovasi, pengambilan keputusan strategis, dan pengelolaan hubungan interpersonal.

Industri HR secara khusus menjadi salah satu sektor yang paling diuntungkan oleh kemajuan ini. Dengan kemampuan untuk menganalisis data secara cepat, mengurangi beban administratif, dan menciptakan pengalaman karyawan yang lebih personal, AI kini bertransformasi menjadi katalis utama dalam transformasi fungsi HR.

Riset terbaru dari DataIQ yang dirilis pada awal 2025 menunjukkan peningkatan signifikan dalam implementasi AI di berbagai organisasi, termasuk HR. Berikut adalah perbandingan tahapan adopsi AI pada tahun 2024 dan 2025:

Tahapan Penggunaan AI% 2024% 2025
Tahap Awal: Eksperimen, Perencanaan, dan Desain70.228.7
Tahap Awal: Implementasi Terbatas24.747.4
Penggunaan Secara Masif4.923.9

Implikasi Perubahan Penggunaan AI di 2025

Data di atas menunjukkan bahwa implementasi Artificial Intelligence (AI) dalam berbagai industri, termasuk HR bukan lagi sekadar konsep dan pengetesan, tetapi mulai memasuki fase yang lebih aplikatif dan strategis.

Penurunan Fase Eksperimen (70.2% → 28.7%)

Penurunan drastis pada tahap eksperimen dari 70.2% di tahun 2024 menjadi 28.7% di tahun 2025 menunjukkan bahwa semakin banyak organisasi yang lebih serius mengintegrasikan AI ke dalam lini pekerjaan mereka. Tren ini mencerminkan bahwa fase “coba-coba” sudah mulai terlewati, dengan fokus yang bergeser pada implementasi teknologi yang benar-benar memberikan solusi bisnis yang manfaatnya dirasakan.

Dalam konteks HR, hal ini dapat dilihat dari pergeseran penggunaan teknologi AI. Jika sebelumnya uji coba chatbot hanya berfungsi untuk menjawab pertanyaan dasar FAQ, kini chatbot semakin banyak digunakan secara sistematis dalam proses rekrutmen, termasuk memberikan update otomatis terkait tahapan seleksi.

Transformasi ini menunjukkan bahwa AI bukan lagi sebatas eksperimen teknologi, tetapi menjadi alat strategis yang membantu HR meningkatkan efisiensi dan daya saing dalam mengelola talent.

Peningkatan Implementasi Terbatas (24.7% → 47.4%)

Peningkatan yang signifikan pada tahap implementasi terbatas, dari 24.7% pada tahun sebelumnya menjadi 47.4% di tahun 2025, menunjukkan bahwa semakin banyak organisasi yang mulai mengadopsi AI di berbagai area kunci dalam operasional mereka. Hal ini mencerminkan pergeseran fokus, di mana AI kini diterapkan untuk menyelesaikan masalah yang lebih spesifik, memberikan nilai tambah dalam efisiensi operasional dan pengambilan keputusan yang lebih tepat.

Dalam konteks HR, kita mulai melihat penerapan AI untuk automasi proses yang lebih terfokus. Misalnya, dalam seleksi kandidat, algoritma berbasis machine learning kini mampu memindai dan menganalisis ribuan CV dalam hitungan detik, untuk berbagai posisi yang dibutuhkan perusahaan. Proses ini tidak hanya mempercepat, tetapi juga meningkatkan akurasi dalam memilih kandidat yang sesuai.

AI juga digunakan untuk menganalisis hasil employee engagement, dengan membandingkan data antara divisi seperti Marketing dan IT. AI dapat mengidentifikasi perbedaan tingkat kepuasan karyawan antara kedua divisi ini, serta faktor-faktor yang memengaruhi, seperti lingkungan kerja dan manajemen. 

Selain itu, AI memungkinkan HR untuk membandingkan hasil survey dengan benchmark industri. Wawasan ini membantu HR memahami area yang membutuhkan perhatian dan mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan.

Penggunaan Secara Masif (4.9% → 23.9%)

Lonjakan pada tahap implementasi skala penuh, dari 4.9% di tahun 2024 menjadi 23.9% di tahun 2025, menunjukkan bahwa AI kini mulai diterapkan secara lebih menyeluruh dalam operasional HR. Perusahaan  yang berada di tahap ini mengintegrasikan AI dalam keseluruhan siklus karyawan, mulai dari rekrutmen hingga pengelolaan karier.

Sebagai contoh, AI kini tidak hanya digunakan untuk seleksi awal kandidat, tetapi juga untuk pemetaan karier. Dengan menggunakan data kinerja dan potensi, AI dapat memberikan rekomendasi jalur pengembangan karier yang dipersonalisasi, meningkatkan peluang karyawan untuk berkembang dalam perusahaan. AI juga dapat mengoptimalkan pengelolaan kinerja, dengan memberikan umpan balik berbasis data yang lebih objektif, serta mendeteksi potensi masalah atau peluang untuk perbaikan yang lebih cepat.

Dalam hal retensi, AI kini dapat membantu memprediksi kemungkinan turnover karyawan dengan menganalisis berbagai faktor, seperti tingkat keterlibatan, kepuasan kerja, dan perubahan dalam pola kerja. Dengan wawasan ini, HR dapat mengambil langkah-langkah yang lebih proaktif untuk meningkatkan kepuasan dan mempertahankan talenta terbaik.

Dengan semakin banyaknya organisasi yang mengintegrasikan AI dalam HR secara menyeluruh, kita melihat bagaimana teknologi ini berperan sebagai mitra strategis dalam mengelola dan mengembangkan tenaga kerja yang lebih produktif dan terlibat.

Perlukah Perusahaan Beralih ke AI?

Bagi perusahaan yang masih bergantung pada proses manual, peralihan ke AI dan transformasi digital kini bukan hanya sekadar pilihan namun sebuah kebutuhan. Survei yang dirilis oleh the Society for Human Resource Management terhadap 650 pemimpin Global dan HR senior mengungkapkan bahwa 75% dari mereka menghadapi kesulitan menyelaraskan tujuan bisnis yang terus berkembang pesat dan tetap menjaga keseimbangan untuk memenuhi  kebutuhan para karyawan.

Hal ini menyebabkan ruang yang terbatas untuk fokus pada inovasi yang dibutuhkan untuk mengikuti tren yang ada, seperti tenaga kerja yang semakin digital, teknologi berbasis AI, dan perubahan kebutuhan bisnis. Berikut adalah beberapa manfaat bagi perusahaan.

Mengurangi Proses Manual dan Meningkatkan Efisiensi

Sebagai contoh, 64% pemimpin HR percaya bahwa AI dan otomatisasi akan memberikan dampak besar, membantu mengurangi proses manual dan meningkatkan produktivitas serta efisiensi. Proses-proses seperti seleksi kandidat, manajemen dokumen otomatis, penggajian, dan manajemen tunjangan, kini dapat diotomatisasi dengan AI, menghemat waktu dan mengurangi kesalahan manusia. Jika HR masih mengandalkan proses manual, tim HR akan terus merasa terbebani oleh tugas repetitif, yang menghambat mereka untuk fokus pada inisiatif strategis dan pengembangan karyawan.

Mengoptimalkan Pengalaman Karyawan dan Kesejahteraan

Selain efisiensi, 56% pemimpin HR juga menyoroti pentingnya meningkatkan pengalaman dan kesejahteraan karyawan. Dengan AI, HR dapat mengidentifikasi area yang membutuhkan perhatian lebih cepat, seperti melalui analisis survey keterlibatan karyawan yang lebih mendalam. Ini memungkinkan HR untuk merespons lebih cepat terhadap perubahan dalam kebutuhan karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat.

Memastikan Daya Saing dan Adaptasi Teknologi

Seiring dengan semakin meningkatnya adopsi teknologi di berbagai sektor, 61% pemimpin HR menekankan pentingnya reskilling atau pengembangan ulang keterampilan karyawan. AI dan otomatisasi memerlukan keterampilan baru yang tidak hanya relevan dengan teknologi itu sendiri, tetapi juga dengan cara kerja yang lebih terintegrasi dan efisien. Perusahaan yang tidak mengadopsi AI berisiko tertinggal dalam hal ini, karena mereka akan kesulitan dalam memenuhi tuntutan teknologi yang terus berkembang.

Meningkatkan Keputusan Berbasis Data

Dengan menggunakan AI, HR dapat membuat keputusan yang lebih berbasis data dan objektif, baik dalam hal pengambilan keputusan rekrutmen, manajemen kinerja, maupun pemetaan karier. 55% pemimpin HR menganggap penting untuk menunjukkan nilai yang terukur dari inisiatif HR mereka. AI memungkinkan pengukuran yang lebih akurat, bebas bias, dan terperinci atas hasil karyawan dan strategi HR, yang pada gilirannya memberikan gambaran yang jelas mengenai dampak inisiatif yang telah diambil.

Masa Depan AI di HR

Tren penggunaan Artificial Intelligence (AI) di HR terus berkembang pesat, dengan banyak organisasi yang kini mengadopsi teknologi ini dalam skala yang lebih besar. Seiring dengan penurunan fase eksperimen dan peningkatan implementasi terbatas, AI tidak hanya digunakan untuk otomasi tugas rutin, tetapi juga untuk pengambilan keputusan berbasis data yang lebih efisien.

Di sektor HR, AI mulai digunakan dalam proses seleksi kandidat, analisis keterlibatan karyawan, serta pengelolaan kinerja dan karier. Peralihan ke AI juga membantu perusahaan mengurangi proses manual, meningkatkan produktivitas, serta menyesuaikan diri dengan kebutuhan tenaga kerja yang semakin digital. Bagi perusahaan yang masih bergantung pada cara kerja manual, peralihan ini bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan untuk tetap kompetitif dan memenuhi kebutuhan karyawan di masa depan.

Apakah artikel ini membantu?
YaTidak

Share:

Scroll to Top

2025

Talentics

PT. Semesta Integrasi Digital.