Table of Contents

Jelajahi platform kami sekarang

Dapatkan Insights HR terbaru dengan berlangganan Newsletter Kami

Related Posts

Perbedaan Antara Milenial dan Generasi Z di Dunia Kerja

Angkatan kerja saat ini didominasi oleh Milenial dan Generasi Z. Siapakah yang dimaksud dengan generasi-generasi tersebut? Apa saja perbedaan signifikan antara keduanya di dunia kerja?

Komposisi penduduk Indonesia, berdasarkan hasil survei BPS di tahun 2020, menunjukkan penurunan jumlah generasi Baby Boomer dan generasi X yang signifikan. Dengan kata lain, angkatan kerja saat ini didominasi oleh generasi Milenial dan Generasi Z. Lalu, siapa saja yang termasuk dalam kategori generasi Milenial maupun Generasi Z dan apa perbedaan di antara keduanya di dunia kerja?

Perbedaan Antara Milenial dan Generasi Z di Dunia Kerja

Generasi Milenial dan Generasi Z Tidaklah Sama

Milenial dan terutama Generasi Z akan segera mendominasi angkatan kerja, para pemimpin perusahaan melalui divisi HR harus memahami gaya kerja mereka yang berbeda untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi keduanya.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2025, generasi Milenial (mereka yang lahir antara awal tahun delapan puluhan dan pertengahan tahun sembilan puluhan) akan mengisi tiga per empat pasar kerja—menjadi mayoritas angkatan kerja global. Seiring penelitian tersebut dan pertambahan usia tiap generasi, dinamika generasi baru tempat kerja tentunya tidak dapat dihindari.

Milenial dan Generasi Z adalah dua generasi yang masih sulit dipahami karakteristiknya oleh banyak pemimpin perusahaan. Banyak orang masih menyamakan keduanya, menyebabkan kesalahpahaman bahwa Generasi Z dan Milenial (juga dikenal sebagai Generasi Y) berasal dari generasi yang sama dan mereka sering digeneralisasi dengan stereotip yang sama pula.

Namun, jika dilihat dari klasifikasi tahun lahir, kebanyakan orang yang termasuk di kelompok generasi Milenial saat ini mendekati usia 40 daripada 14. Milenial dan Generasi Z adalah dua generasi yang terpisah secara nilai, tujuan, dan prioritas yang berbeda. Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk memperlakukan mereka dengan sesuai.

Meskipun karakteristik yang terkait dengan setiap kelompok generasi tidak selalu berlaku untuk setiap individu, tantangan dan inovasi yang dialami generasi Milenial dan Generasi Z saat tumbuh dewasa membentuk pandangan dunia dan perilaku mereka dengan cara yang berbeda.

Milenial dan Generasi Z sama-sama generasi muda yang tumbuh dengan perubahan teknologi, tetapi mereka memiliki beberapa perbedaan dalam cara mereka berpikir tentang pekerjaan dan pendekatan untuk menyelesaikan tugas-tugas penting.

Baca juga: Beberapa Manfaat Mempekerjakan Early Talents dengan Keberagaman yang Unik

Siapakah Milenial dan Generasi Z?

Menurut Pew Research Center, generasi Milenial lahir antara tahun 1981 dan 1996 dan siapa pun yang lahir antara tahun 1997 dan pertengahan 2010 termasuk dalam Generasi Z. Beberapa referensi mengatakan mereka yang lahir hingga tahun 2015 masih tergolong Generasi Z.

Anggota Milenial tertua mendekati usia 40-an dan yang termuda berusia pertengahan dua puluhan. Milenial terutama dikenal sebagai generasi pertama yang tumbuh bersama internet dan perangkat seluler. Mereka juga langsung dihadapkan tantangan ekonomi dunia yaitu The Great Recession. Milenial pun mulai lebih terlibat dalam kesetaraan ras dan gender. Lebih jelasnya, Milenial merupakan generasi:

  • Melihat banyak teknologi berbeda berkembang yang populer kemudian menjadi usang
  • Mengalami tekanan tinggi untuk kuliah
  • Menonton acara di televisi
  • Melihat penciptaan media sosial
  • Tumbuh terkena dampak terorisme dan perang di luar negeri
  • Menyukai kolaborasi

Sedangkan anggota tertua Generasi Z saat ini berusia 24 tahun dan baru sebentar memasuki dunia kerja. Tumbuh dengan akses ke ponsel dan internet, Generasi Z umumnya adalah generasi yang paling beragam dan menguasai teknologi dengan sangat baik hingga saat ini. Mereka mewakili 32% dari populasi secara global. Lebih tepatnya generasi ini:

  • Tidak mengalami masa-masa sebelum adanya internet dan media sosial
  • Memiliki smartphone sebagai perangkat seluler pertama
  • Lebih sadar akan isu-isu sosial, ekonomi, dan lingkungan di seluruh dunia
  • Menonton acara di layanan streaming
  • Pribadi yang sangat mandiri

Namun, ada area abu-abu antara mereka yang lahir pada pertengahan 1990-an, tepatnya dari 1991-1999, karena setelah diidentifikasi, mereka memiliki perpaduan perilaku Generasi Z dan Milenial.

perbedaan generasi milenial dan gen z di dunia kerja

Perbedaan Generasi Milenial dan Generasi Z di Dunia Kerja

Terkait dominasi kedua generasi di dunia kerja, sebuah penelitian oleh Robert Half menunjukkan bahwa 83% senior manager (dari 2.800 perusahaan/unit usaha yang tergabung dalam penelitian tersebut) berencana untuk mempekerjakan fresh graduate yang mana merupakan bagian dari Generasi Z.

Namun, generasi Milenial dianggap memiliki keuntungan karena mereka adalah generasi perdana “digital pioneers” atau generasi digital pertama yang telah mengenyam berbagai masa sebelum Generasi Z lahir.

Mereka lebih senang mencari tantangan baru dan dibesarkan dalam budaya di mana loyalitas terhadap perusahaan lebih penting dan relatif umum praktiknya. Dengan ini, mereka mengambil lebih menyukai pekerjaan yang job desc-nya sudah jelas dan workload-nya sesuai.

Oleh karena itu, Anda perlu mempelajari perbedaan keduanya lebih lanjut dengan menyimak pembahasan berikut ini:

1. Gen Z cenderung pragmatis, Milenial cenderung idealis

Milenial, dibesarkan oleh Baby Boomers, dikenal idealis dan optimis karena kebanyakan dari mereka merasakan kemakmuran ekonomi selama mereka tumbuh besar. Namun, Generasi Z tumbuh setelah The Great Recession, mereka masih anak-anak selama periode tersebut, yang berarti bahwa mereka mungkin telah melihat orang tua mereka mengalami masalah finansial yang rumit. Sebagian besar hidup mereka dipengaruhi oleh perjuangan yang terkait dengan peristiwa itu, karena itu mereka cenderung lebih pragmatis tentang kehidupan mereka secara umum.

Sementara Milenial lebih termotivasi oleh tujuan jangka panjang daripada gaji, Generasi Z lebih condong ke arah security and money. Sebanyak 77% Generasi Z percaya bahwa mereka perlu bekerja lebih keras dibandingkan generasi Milenial untuk mendapatkan kehidupan profesional yang sesuai ekspektasi dan memuaskan. Covid-19 telah membuat masa depan jauh dari kata pasti, oleh karena itu, saat ini Generasi Z banyak yang memiliki karakter on a survival mode.

2. Milenial tumbuh dalam kerja kolaboratif sementara Gen Z menyukai kemandirian

Milenial memiliki mentalitas kolaboratif dan berorientasi pada kerja tim, lebih suka bekerja bersama di ruang kantor terbuka. Mereka berorientasi pada kerja tim dan ingin bekerja di lingkungan di mana inklusi adalah prioritas. Kepentingan bersama dan semangat kolaborasi merupakan pedoman utama untuk memajukan perusahaan.

Di sisi lain, anggota Generasi Z sering memilih untuk bekerja secara mandiri, dengan 45% lebih memilih bekerja di ruang pribadi daripada di tempat kerja bersama. Mereka banyak akal, tumbuh dengan 24 jam akses informasi melalui perangkat seluler mereka, dan ingin dinilai berdasarkan kemampuan mereka sendiri.

Mereka lebih mungkin untuk bersaing dengan rekan-rekan mereka daripada generasi yang lebih tua. 72% dari Generasi Z mengatakan mereka kompetitif dengan talenta perusahaan lain yang melakukan pekerjaan yang sama. Kekuatan mereka ditentukan oleh daya saingnya.

Banyak juga yang ingin mengelola proyek mereka sendiri sehingga mereka mendapat spotlight dari perusahaan. Generasi Z adalah generasi yang tidak ingin bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.

3. Milenial ingin mengejar beragam job roles, sedangkan Generasi Z mengejar career paths

Milenial dikenal sebagai generasi 'job-hopping', karena mereka adalah generasi yang sering berpindah pekerjaan demi jabatan atau posisi tertentu. Sebaliknya, 61% Gen Z mengatakan mereka akan bertahan di perusahaan selama lebih dari 10 tahun jika organisasi itu selaras dengan nilai-nilai mereka.

Perbedaan utama lainnya antara Generasi Z dan Milenial, adalah bahwa Generasi Z bersedia melakukan banyak peran (multitask) dalam bekerja. Mereka mengikuti rekan-rekan kerja mereka di media sosial dan ingin memastikan mereka tetap unggul dibanding rekannya. Karena terbiasa multitasking, mereka dapat menyelesaikan 2-3 pekerjaan di waktu bersamaan.

Sementara Milenial mudah teralihkan fokusnya, karena harus berpindah-pindah antara gawai satu dan lainnya hanya untuk browsing dan membuka email, Generasi Z tumbuh di dunia yang terkoneksi internet. Mereka terbiasa dengan pembaruan terus-menerus dari berbagai macam aplikasi.

Beralih di antara tugas-tugas yang berbeda dan memberikan perhatian merata dan terus menerus secara alami pada masing-masing tugas yang dikerjakan. Pada kehidupan sehari-hari, Generasi Z sering ditemui masih mengerjakan pekerjaan mereka dalam perjalanan pulang kerja, membukanya di ponsel sambil mendengarkan lagu.

4. Milenial mengandalkan komunikasi digital, sementara Generasi Z lebih suka komunikasi tatap muka

Perusahaan Anda mungkin baru saja terbiasa dengan talenta perusahaan dari generasi Milenial yang lebih suka berkomunikasi melalui email atau Slack, tetapi bersiaplah untuk kembali melakukan penyesuaian karena meski dijuluki 'digital natives', Generasi Z sebenarnya lebih menyukai komunikasi tatap muka. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, 84% Generasi Z mengatakan tatap muka adalah cara komunikasi yang mereka sukai. Sebaliknya, Milenial mengandalkan alat dan platform komunikasi digital.

Hal ini terkait dengan pengamatan mereka terhadap efek negatif yang mereka lihat mempengaruhi 90% generasi Milenial, yaitu ketergantungan mereka pada teknologi sebagai ganti komunikasi tatap muka. Miskomunikasi yang terjadi pun menghambat pekerjaan, yang mana bertentangan dengan karakteristik Generasi Z yang kompetitif.

Generasi Z telah terpapar teknologi dalam berbagai bentuk sejak usia sangat dini. Mereka merasa nyaman dengan mengkonsumsi informasi di berbagai gawai (ponsel, tablet, dan laptop), yang membuat mereka menjadi peka terhadap informasi dari semua kelompok usia. Selain melek teknologi, Gen Z adalah pencipta, inovator, entrepreneur dengan pendapat yang kuat dan keinginan untuk didengar.

Meski etos kerja mereka kuat, seperti Milenial, mereka mengharapkan perusahaan memenuhi kebutuhan atas budaya dan lingkungan kerja yang sesuai dengan nilai pribadi yang mereka miliki. Dalam sebuah studi baru-baru ini oleh Forbes, 77% peserta Generasi Z mengatakan bahwa komitmen perusahaan terhadap diversity akan menjadi faktor penentu keputusan mereka melamar kerja di suatu perusahaan. Studi lain oleh Dynamic Signal menyimpulkan bahwa mereka lebih peduli pada keseimbangan kehidupan kerja dan kesejahteraan pribadi.

Bagaimana perusahaan melakukan employer branding juga sangat penting bagi Generasi Z dengan 70% talenta potensialnya pasti melihat ulasan online di situs seperti Glassdoor sebelum melamar pekerjaan tertentu dan menurut Forbes, berdasarkan review yang diperoleh, 69% dari mereka lebih mungkin untuk melamar pekerjaan jika perusahaan mengelola brand-nya dengan baik.

Keuntungan Perusahaan dengan Multigenerasi

Meningkatkan empati

Mampu berinteraksi secara teratur dengan rekan kerja yang lebih tua dan lebih muda menjadikan tiap-tiap talenta perusahaan terpapar perspektif yang berbeda on a daily basis, memungkinkan mereka untuk menjadi lebih berempati kepada orang lain dan merespons tantangan dengan lebih tepat.

Reverse Mentoring

Rekan-rekan yang lebih berpengalaman tidak hanya dapat memberikan bimbingan kepada kaum muda yang baru memulai karir mereka, tetapi generasi muda, yaitu Milenial dan Generasi Z juga dapat membantu mendidik generasi yang lebih tua tentang cara beradaptasi sesuai perkembangan zaman, terutama yang berkaitan dengan teknologi.

Kolaborasi yang beragam

Generasi yang lebih tua dan generasi muda yang bekerja sama dapat menciptakan kombinasi yang kuat antara pengalaman dan inovasi yang mengarah pada kesuksesan perusahaan. Workflow yang kolaboratif membuat setiap individu yang tergabung di dalamnya terus berkembang dan tumbuh. Perbedaan dalam pengalaman hidup mereka menambah keragaman pada pola pikir keseluruhan tim kerja.

Perusahaan-perusahaan, melalui divisi HR, perlu mempertimbangkan penggunaan beragam alat analisis untuk memahami dan membuka peluang konektivitas (connectivity) serta keterlibatan (engagement) dengan talenta muda yang akan direkrut, seperti melalui jejaring sosial maupun pendekatan personal melalui surel atau pesan singkat seluler.

Penting bagi perusahaan untuk memahami proses talent engagement yang tepat dilakukan selama pandemi berlangsung terutama strategi tepat yang dapat menarik talenta dari generasi Milenial dan Z yang banyak dibutuhkan oleh perusahaan Anda.

Baca juga: Strategi Talent Engagement: Bagaimana Menarik Talenta Generasi Z dalam Proses Rekrutmen Di Masa Pandemi?

Article Editor: Nadia Fernanda

Image credits: Pexels

Apakah artikel ini membantu?
YaTidak

Share:

Leave a Reply

On Key
Scroll to Top

Talentics

PT. Semesta Integrasi Digital.