Table of Contents

Jelajahi platform kami sekarang

Dapatkan Insights HR terbaru dengan berlangganan Newsletter Kami

Related Posts

Talentics Insight: IQ, Gender, dan Pengaruhnya terhadap Performa Individu Di Dunia Kerja

Benarkah secara IQ laki-laki lebih unggul dibanding perempuan? Lalu, apakah IQ memiliki pengaruh signifikan pada dan performa dan kesuksesan individu di dunia kerja?

oleh Lina Natalya, S.Psi., M.Si. (Head of Assessment Rencanamu & Talentics)

IQ, singkatan dari intelligence quotient, adalah IQ adalah skor kecerdasan yang dapat digunakan sebagai prediktor kemampuan seseorang atas kompetensi tertentu yang mengungkapkan kemampuan penalaran seseorang. IQ ini dapat melambangkan seberapa baik seseorang dapat menggunakan informasi dan logika untuk menjawab pertanyaan atau membuat prediksi.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Profesor Dimitri van der Linden dari Erasmus University pada tahun 2017 yang menguji 896 subjek menunjukkan bahwa volume otak pria lebih besar daripada wanita. Prof. Dimitri pun menemukan bahwa rata-rata IQ pria lebih tinggi 4 poin dibandingkan rata-rata IQ para wanita.

Talentics kemudian memverifikasi data yang ada dengan melakukan analisis mandiri yang mendalam. Berdasarkan pengujian terhadap 519 orang, ditemukan bahwa rata-rata IQ pria adalah 99.84 dan rata-rata IQ wanita adalah 94.15. Penelitian ini memvalidasi penelitian sebelumnya, bahwa rata-rata IQ laki-laki lebih tinggi 5.7 poin dibandingkan rata-rata IQ wanita. Namun, baik pria maupun wanita pada sampel penelitian ini sama-sama memiliki skor IQ pada kategori cukup (based on IST Score).

perbandingan iq dan eq berdasarkan gender

Analisis data lanjutan dilakukan agar kesimpulan yang didapatkan lebih akurat. Berdasarkan analisis ini, tidak ditemukan perbedaan kecerdasan yang signifikan antara pria dan wanita (sig = 0.385). Artinya, perbedaan 5.7 poin yang terkesan mengindikasikan pria lebih pintar dari wanita bukanlah hal yang valid karena tidak berhasil membuktikan temuan awal Prof. Dimitri yang menyatakan sebaliknya.

Data dari analisis lanjutan sejalan dengan pernyataan Dr. Joseph Devlin dari University College London yang menyatakan bahwa klaim volume otak berhubungan linear dengan kecerdasan membutuhkan banyak riset dan pembuktian secara ilmiah. Dengan kata lain, temuan Prof. Dimitri belum dapat dijadikan dasar dalam melakukan justifikasi terhadap kecerdasan.

Seorang penulis dan jurnalis ilmiah, Angela Saini, turut membantah temuan Prof. Dimitri. Ia menyatakan bahwa studi ini adalah bagian dari perilaku misoginis pria untuk melemahkan wanita. Saini mengatakan kepada The Sunday Times, secara ilmiah telah dibuktikan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata dalam kecerdasan umum antara wanita dan pria, terlepas dari volume otak pria yang sedikit lebih besar dari wanita, yaitu 1,2 L banding 1 L.

Baca juga: Talent Acquisition: Apa Itu, Bagaimana Prosesnya, dan Apa Manfaatnya bagi Kualitas Talenta Perusahaan Anda?

Lalu, muncul pertanyaan selanjutnya, apakah kesuksesan karir seseorang ditentukan oleh kecerdasannya?

Berdasarkan sampel data yang sama sebesar 519 orang, Talentics menemukan korelasi yang cukup signifikan antara IQ dengan performance keberhasilan kerja (dengan r=0.217 dan sig < 0.001). Namun, IQ hanya berperan sebesar 4.7% saja dalam mempengaruhi keberhasilan kerja. Temuan ini membuktikan bahwa IQ bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang.

Penelitian Talentics sejalan dengan hasil penelitian Thomas J. Stanley, Ph.D. yang meletakkan IQ sebagai faktor ke-21 dari 30 faktor yang menentukan kesuksesan seseorang. Psikolog ternama Indonesia, Dr. Rose Mini turut membuktikan secara ilmiah bahwa EQ (emotional quotient) memiliki peranan 4x lipat lebih besar dibandingkan IQ.

Forbes mengungkap sejumlah besar penelitian yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional (EQ) sangat penting untuk kinerja pria dan wanita di perusahaan mereka bernaung. EQ bertanggung jawab atas 58% kinerja di semua jenis pekerjaan dan 90% orang yang berkinerja terbaik memiliki EQ yang tinggi. Fakta menariknya, dibandingkan IQ yang bersifat konstan, serupa kemampuan kognitif, EQ lebih fleksibel dan dapat ditingkatkan meski telah menginjak usia dewasa.

Baca juga: Perlukah Menggunakan Tes IQ dalam Proses Rekrutmen?

Kesimpulannya, tidak ada perbedaan antara IQ pria dan wanita. Sebaliknya, performa dan hasil kerja mereka tidak akan berbeda ketika diberikan tanggung jawab yang sama. Sebagai praktisi HR profesional, sudah saatnya Anda berhenti menganggap IQ tinggi sebagai aspek yang paling penting untuk dimiliki kandidat dan menjadikan IQ sebagai prioritas bahkan pertimbangan satu-satunya dalam seleksi kerja.

Kompetensi kerja yang lebih relevan seperti EQ, integritas, kemampuan problem solving, dan masih banyak lagi akan lebih banyak berperan dalam keberhasilan talenta perusahaan di pekerjaannya. Oleh karena itu, Anda perlu memastikan metode asesmen rekrutmen yang digunakan tidak hanya bergantung pada tes IQ melainkan kombinasi dari beberapa metode sehingga hasilnya lebih menyeluruh.

Secara umum, ada 3K best practices yang perlu Anda perhatikan ketika melaksanakan perekrutan yang melibatkan asesmen:

  1. Ketahui persona posisi lowongan kerja yang tersedia

Tes yang berbeda akan mengukur aspek kecerdasan yang berbeda pula. Selaku praktisi HR, Anda perlu menentukan persona paling cocok untuk masing-masing posisi di berbagai departemen perusahaan Anda. Profil tersebut akan menjadi acuan untuk melakukan tes IQ dan mendapatkan talenta mana yang paling optimal untuk posisi tersebut.

  1. Kenali tes yang perusahaan akan gunakan

Pahami betul apa saja yang diukur, bagaimana validitas dan reliabilitasnya, kemudahan penggunaannya, dan apakah Anda mendapatkan hasil akhir yang diinginkan dengan tes tersebut.

  1. Kombinasikan metode asesmen sesuai kebutuhan

Tidak ada asesmen yang dapat mengukur semua aspek dalam diri talenta perusahaan Anda secara mandiri. Pastikan bahwa perusahaan tidak bergantung pada satu metode penilaian saja demi mendapatkan gambaran yang menyeluruh dari talenta potensial yang melamar. Dalam menerapkan tes IQ sendiri, akan lebih baik jika dibarengi dengan tes lainnya seperti tes kepribadian dan/atau tes kompetensi, disusul dengan proses wawancara terstruktur.

pengaruh EQ di tempat kerja

Dibanding mengutamakan gender dan nilai skor IQ talenta perusahaan, Anda lebih perlu memperhatikan 7 elemen kompetensi kerja talenta perusahaan sebagai berikut ini:

  1. Integritas

Talenta yang berintegritas artinya dapat bekerja sesuai meski tidak ada supervisi dari atasan mereka. Integritas tidak hanya berbicara tentang kejujuran, dalam dunia kerja sendiri integritas adalah akar dari kepercayaan perusahaan terhadap talentanya. Peluang karir talenta yang berintegritas tinggi akan terbuka lebar dan tentunya akan berdampak pada kualitas capaian objektif perusahaan.

  1. Stress management

Sama halnya dengan integritas, seorang talenta yang sukses juga perlu memiliki stress management yang baik. Dalam kaitannya dengan dunia kerja, stress management adalah kemampuan seseorang untuk bertahan terhadap stres dengan mengenali kapasitas terhadap stres dan mengetahui strategi coping yang tepat. Talenta yang memiliki stress management yang baik akan mampu bertindak profesional dan berpikiran jernih ketika berada dalam situasi yang menekan di pekerjaan.

  1. Achievement motivation

Jiwa yang terus tertantang dan pantang menyerah adalah modal yang baik bagi talenta Anda mencapai target impiannya. Talenta dengan kompetensi ini senantiasa memacu dirinya untuk menjadi lebih baik dan memotivasi dirinya untuk melebihi ekspektasi.

  1. Problem solving

Problem solving adalah pengukuran kompetensi yang meliputi kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi permasalahan, melakukan analisa permasalahan melalui berbagai sudut pandang, menghasilkan solusi dan melakukan evaluasi terhadap penerapan solusi tersebut.

Problem solving sangat dibutuhkan dalam dunia kerja agar talenta perusahaan dapat memegang kendali dalam situasi dan kondisi yang sangat dinamis serta menciptakan proses kerja yang lebih efisien.

  1. Adaptability

Adaptability adalah pengukuran kompetensi yang meliputi sikap keterbukaan talenta perusahaan Anda pada perubahan, bersikap fleksibel, menerima keberagaman yang ada, serta kemampuan menyesuaikan diri pada berbagai kondisi.

Karakteristik lain dari talenta dengan adaptability tinggi adalah mereka mampu bersikap fleksibel dan terbuka mempelajari hal-hal baru. Seseorang dengan adaptabilitas yang tinggi akan mempelajari cara penyelesaian tugas secara mandiri.

  1. Kolaborasi dengan rekan kerja maupun pihak eksternal

Kemampuan individu untuk bekerja sama dengan orang lain demi mencapai tujuan yang sama, dengan mengesampingkan perbedaan pribadi. Talenta yang memiliki kemampuan kolaborasi yang tinggi akan mampu bekerja sama dengan maksimal untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan oleh organisasi/institusi.

  1. Komunikasi

Komunikasi adalah keterampilan talenta untuk memberikan informasi kepada orang lain dan menerima informasi dari orang lain. Salah satu indikator seseorang memiliki kemampuan komunikasi yang baik adalah dia bisa menyampaikan pendapat mereka kepada lawan bicaranya secara jelas. Seseorang dengan kemampuan komunikasi yang baik sangat diperlukan untuk dapat mendukung kesuksesan kerja organisasi/institusi.

Baca juga: Data, Mesin, dan Sistem Sebagai Penunjang Emotional Intelligence

Article Editor: Cynthia Astari dan Nadia Fernanda

Image credits: Pexels

Apakah artikel ini membantu?
YaTidak

Share:

Leave a Reply

On Key
Scroll to Top

Talentics

PT. Semesta Integrasi Digital.