Table of Contents

Jelajahi platform kami sekarang

Dapatkan Insights HR terbaru dengan berlangganan Newsletter Kami

Related Posts

Awaldi: Employee Engagement Perlu Diimplementasikan Secara Holistik

3 Wawasan dan strategi bagi para praktisi HR untuk mengimplementasikan employee engagement sebagai upaya mendorong kesuksesan perusahaan.

Dalam lanskap dinamis manajemen sumber daya manusia (HR), sangat penting bagi praktisi HR di Indonesia untuk terus berkembang dan selalu mengikuti tren industri terkini. Hal ini penting karena banyak tantangan yang akan dihadapi oleh para HR seperti kompleksitas dalam pengelolaan bakat dan tuntutan untuk meningkatkan employee engagement karena pada akhirnya dipercaya akan mendorong kesuksesan perusahaan.

Dalam artikel ini, Awaldi berbagi wawasan dan strategi bagi para praktisi HR di Indonesia untuk terus berkembang namun dapat menjadi jembatan penengah dari berbagai kepentingan yang mungkin dapat muncul, baik dari perusahaan, karyawan, bahkan para karyawan yang sudah tidak lagi bekerja.

Awaldi telah berdedikasi selama lebih dari 30 tahun di dunia HR dengan mengemban tugas di posisi kunci beberapa bank terkemuka di Indonesia dan Regional Asia Tenggara. Posisi beliau yang terakhir dalam korporasi adalah sebagai Operation and Technology Director di Bank Muamalat Indonesia, yang diembannya dari tadi tahun 2018-2022. Sebelumnya beliau masuk ke bank itu tahun 2015 untuk melakukan transformasi fungsi HR sebagai sebagai Human Capital Director.

Awaldi sebelumnya pernah di beberapa Bank lain menjabat sebagai Head of HR, pernah menjadi Direktur HR Consulting di Towers Watson, dan menulis 1 buku sendiri dan 3 buku sebagai coauthor. Beliau masih aktif sebagai penulis kolom tetap setiap bulan di majalah Infobank, dan saat ini sebagai advisor dan konsultan HR di beberapa perusahaan.

Dalam hal pendidikan, beliau memperoleh gelar Sarjana Psikologi dari Universitas Gadjah Mada, kemudian melanjutkan gelar Master dengan mengambil double degree di IPMI dan Monash University mendalami bidang studi International Business. Awaldi tidak pernah berhenti membaca buku dan belajar, terbukti dengan statusnya sebagai calon Doktor dari Universitas Brawijaya mendalami Business Administration.

1.  Memperhatikan Tren Industri

Awaldi menyampaikan bahwa sebagai praktisi HR yang berkomitmen, sangat penting untuk terus memperbarui pengetahuan tentang tren terkini yang terjadi di dalam perusahaan. Hal Ini mencakup pemahaman tentang kebutuhan dan harapan organisasi, perubahan dalam industri, serta perkembangan terbaru di bidang manajemen sumber daya manusia untuk kemudian mendapatkan strategi terbaik untuk meningkatkan employee engagement.

Salah satu tren yang cukup berkembang akhir-akhir ini adalah karyawan Gen Z yang lebih tertarik pada perusahaan dengan “value” sosial yang baik. Mereka tidak begitu terpacu untuk bekerja pada perusahaan besar semata, namun lebih fokus pada mencari tempat bekerja yang berdedikasi untuk sustainability, memiliki tanggung jawab sosial, dan dampak positif pada masyarakat.

Tren lain yang tak kalah untuk diperhatikan adalah perubahan dalam teknologi. Meskipun kemajuan teknologi telah membantu meningkatkan efisiensi dalam banyak aspek bisnis, masih banyak pekerjaan manual yang belum didukung oleh teknologi terbaru untuk memberikan employee experience yang positif. Praktisi HR perlu mengidentifikasi area di mana teknologi dapat diterapkan untuk mengotomatisasi tugas-tugas rutin dan memberikan waktu lebih untuk fokus pada strategi pengembangan karyawan untuk meningkatkan employee engagement.

2.  Memahami Nature pekerjaan HR: Tidak selalu dalam Textbook

Awaldi menambahkan bahwa Praktisi HR juga perlu memahami bahwa pekerjaan dalam manajemen sumber daya manusia tidak selalu terpaku pada buku teks atau pedoman formal. Ada aspek seni yang terlibat dalam pengelolaan hubungan antara perusahaan dan karyawan. Artinya, tidak semua hal yang telah diperhatikan pada poin sebelumnya sebagai tren perlu ditelan secara mentah-mentah.

Buku teks dapat memberikan landasan teoritis yang penting, namun praktisi HR juga perlu mengandalkan kepekaan sosial mereka terhadap dinamika yang terjadi, kemampuan berkomunikasi yang efektif, serta pemahaman yang dalam pada industri yang dijalani perusahaan.

Contoh konkret di mana kombinasi pengetahuan dari buku teks dan kepekaan sosial diperlukan adalah ketika mantan karyawan memberikan review buruk tentang perusahaan di platform online seperti Glassdoor. Praktisi HR perlu menggunakan pengetahuan tentang manajemen reputasi dan komunikasi krisis dari buku teks untuk merespons ulasan negatif dengan strategi yang efektif. Mereka perlu mengelola komunikasi secara internal dan eksternal, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang muncul.

Namun, dalam menghadapi situasi ini, kepekaan sosial juga penting. Praktisi HR dituntut untuk mampu mendengarkan dengan empati terhadap kekhawatiran dan pengalaman mantan karyawan yang diungkapkan dalam ulasan tersebut. Dengan kepekaan sosial yang baik, mereka dapat menanggapi ulasan dengan empati, memberikan penjelasan yang memadai, dan menunjukkan komitmen perusahaan dalam memperbaiki masalah yang diungkapkan. Kombinasi pengetahuan dari buku teks tentang manajemen reputasi dengan kepekaan sosial yang tinggi memungkinkan praktisi HR untuk mengelola ulasan buruk secara efektif, melibatkan tim yang relevan, dan mengambil tindakan konstruktif untuk meningkatkan employer branding.

3.  Mengaplikasikan Employee Engagement secara Holistik

Sebagai praktisi HR, penting untuk mengetahui bahwa tujuan utama dibentuknya tim HR dalam perusahaan adalah menciptakan kondisi di mana perusahaan dapat mencapai profitabilitas yang optimal, sementara karyawan tetap loyal dan engaged secara aktif dalam pekerjaan mereka.

Perlu diketahui bahwa perusahaan yang mempunyai fokus pada penciptaan customer experience harus memulainya dengan membenahi customer experience untuk menumbuhkan karyawan yang engaged dan berkomitmen. Customer yang loyal dan fanatik terhadap suatu brand merupakan buah manis dari para karyawan yang berdedikasi tinggi atau engaged.

Hal ini didasari pengalaman Awaldi selama 20 tahun berkontribusi di dunia HR sampai akhirnya mendapati bahwa karyawan yang engaged akan secara otomatis menjadi aset berharga bagi perusahaan, membantu menciptakan pengalaman positif bagi pelanggan, dan pada akhirnya membuat perusahaan meraih profitabilitas serta sustain dalam waktu yang panjang.

Penciptaan karyawan yang engaged dan komit yang tidak hitung-hitungan dalam memberikan effort yang terbaik kepada perusahaan tidak akan terjadi jika karyawan tidak merasakan employee experience yang positif. Praktisi HR perlu memastikan bahwa setiap aspek dari perjalanan karyawan adalah moment of truth untuk menumbuhkan kepercayaan dan pengalaman yang menyenangkan.

Proses Ini meliputi bagaimana membuat proses yang sederhana dan simple dalam setiap tahap rekrutmen, onboarding, pengembangan karyawan, recognition dan penghargaan yang tepat, serta menjaga komunikasi terbuka dan hubungan yang baik dengan karyawan bahkan setelah mereka meninggalkan perusahaan. 

Jangan lupa juga penciptaan ruangan kerja yang nyaman dan fleksibel, dan pemberian fasilitas teknologi untuk membantu karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Semua teknologi terbaru dan strategik seperti AI, robotic, IOT, blockchain, augmented reality, harus dieksploitasi dalam rangka membantu karyawan meringankan tugas-tugasnya, sehingga bisa memberikan nilai tambah dalam hal lainnya.
Baca juga: Pengertian Employee Engagement dan Cara Meningkatkannya

Kesimpulan

Awaldi, seorang praktisi HR yang berpengalaman, menyoroti pentingnya menciptakan employee experience yang positif, sehingga menimbulkan employee engagement yang merupakan kunci rahasia dalam rumus mencapai kesuksesan perusahaan. Dalam perjalanan karirnya, Awaldi meyakini pentingnya untuk selalu mengikuti tren industri terkini, seperti preferensi karyawan Gen Z dan peran teknologi dalam rangka mengelola employee experience yang positif, yang menimbulkan trust dan komitmen tiada henti dari karyawan.

Praktisi HR juga perlu memahami bahwa pekerjaan HR tidak selalu mengikuti buku teks, melainkan juga membutuhkan kepekaan sosial dan kemampuan komunikasi yang efektif untuk memahami kebutuhan karyawan, dan untuk sensitif dalam membangun program dan intervensi HR yang relevan.

Pada akhirnya, karyawan yang engaged menjadi aset berharga, menciptakan pengalaman positif bagi pelanggan, dan berkontribusi pada profitabilitas dan keberlanjutan perusahaan.

Apakah artikel ini membantu?
YaTidak

Share:

Leave a Reply

On Key
Scroll to Top

Talentics

PT. Semesta Integrasi Digital.