Recruitment analytics memainkan salah satu peran penting dalam proses rekrutmen, baik untuk recruiter maupun hiring manager. Recruitment analytics dapat membantu recruiter untuk membuat pilihan atau mengambil keputusan rekrutmen yang lebih baik dengan memanfaatkan data-data untuk sourcing, selection, dan hiring.
Sebelum membahas lebih dalam lagi, mari kita mencari tahu apa sebenarnya recruitment analytics itu?
Recruitment analytics adalah proses analisa dan interpretasi terhadap pola rekrutmen baik untuk sourcing, selection, dan hiring. Ini artinya, semua proses dalam proses rekrutmen mulai dari sourcing hingga hiring akan dianalisis dalam bentuk data, sehingga datanya dapat digunakan untuk melakukan evaluasi proses rekrutmen dengan lebih baik lagi. Misalnya, jika ada karyawan baru yang memutuskan untuk tidak melanjutkan kariernya di suatu perusahaan dalam waktu 3 bulan, mungkin ada ketidakcocokan dengan deskripsi pekerjaan yang dilakukan, kesalahan saat proses pemilihan, ketidakcocokan dengan budaya perusahaan atau pun proses onboarding yang buruk. Ini adalah contoh dari recruitment analytics dan hal-hal yang dapat dianalisis di dalamnya.
Baca Juga : Hindari Drama Personal Tidak Sesuai Branding!
Recruitment analytics juga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan terhadap masalah yang mungkin muncul dalam proses rekrutmen, seperti:
- Sourcing channel mana yang memberikan kandidat terbaik?
- Berapa cost-per-hire untuk satu posisi lowong yang terbuka?
- Apa saja kesamaan karakter dan basic skills yang dimiliki oleh top talents?
- Dalam bagian proses rekrutmen mana yang paling banyak membuat kandidat gagal?
- Seberapa efisien konversi antara kandidat yang melamar dengan yang dishortlisted?
- Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk si kandidat mulai dari melamar kerja hingga dihire oleh perusahaan?
Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting untuk meningkatkan pengambilan keputusan dalam proses rekrutmen. Beberapa sumber data umum untuk analisis rekrutmen meliputi Applicants Tracking System (ATS), Customer Relationship Management (CRM), Online Assessment Platform, Human Resources Information System (HRIS), satisfaction surveys, brand data, dan data dari advertisement platforms yang digunakan untuk mengiklankan lowongan pekerjaan & branding.
Baca Juga : Data-Driven HR Organization: Haruskah?
Ada 3 tingkatan dalam recruitment analytics yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan proses rekrutmen, yaitu:
Level 1: Operational Reporting
Di dalam tingkatan pertama ini, recruitment analytics bersifat deskriptif. Data-data yang diperoleh mewakili beberapa recruitment metrics inti yang sudah tidak asing didengar dalam proses rekrutmen. Recruitment metrics yang dimaksud tersebut meliputi cost of hiring, source of hire, applicants per job opening, selection ratio, time to fill, time to hire, hiring manager satisfaction, dan masih banyak lagi.
Semua pengukuran tersebut akan menjadi lebih mudah ketika dilakukan dengan memanfaatkan Applicants Tracking System (ATS). Jika perusahaan Anda merupakan salah satu perusahaan yang sudah menggunakan ATS dalam proses rekrutmen, biasanya akan cukup mudah untuk mengecek beberapa hal yang telah disebutkan sebelumnya untuk kemudian menentukan recruitment metrics apa yang ingin dianalisis, dan melaporkan hasilnya kepada hiring manager.
Level 2: Advanced Reporting
Pada tingkatan kedua, mewakili advanced reporting atau pelaporan tingkat lanjut. Pada tingkatan ini, belum diperlukan alat statistik canggih, melainkan membutuhkan kombinasi dari beberapa sumber data untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih luas dan beragam.
Contohnya seperti candidate experience. Untuk menilai seberapa baik atau positif candidate experience yang dirasakan oleh kandidat selama proses rekrutmen berlangsung, recruiter harus memperhatikan beberapa fase yang berbeda dalam siklus perekrutan sehingga data-data untuk mengukur candidate experience tersebut dalam diperoleh untuk selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut. Untuk mengumpulkan data-data tersebut, Anda dapat memperolehnya melalui survei yang diberikan kepada setiap kandidat yang mengikuti proses rekrutmen di perusahaan Anda. Dengan begitu, data-data beragam yang diperoleh dari kandidat dapat dianalisis dengan baik.
Beberapa metrics lainnya yang membutuhkan analisis dalam tingkatan kedua ini yaitu recruitment metrics seperti cost per candidate, sourcing channel conversion, recruitment funnel conversion, employer branding, dan sebagainya.
Baca Juga : 9 Recruitment Metrics yang Perlu Diperhatikan Dalam Proses Rekrutmen
Level 3: Analytics
Dalam tingkatan ketiga ini, analisis yang dilakukan meliputi analisis strategis dan prediktif. Keduanya sama-sama memegang peran penting dalam proses rekrutmen. Dalam analisis strategis, beberapa hal yang diukur adalah segmentasi penyebaran lowongan pekerjaan yang diiklankan baik melalui website perusahaan, social media, maupun medium lain seperti job board berbayar. Kemudian, pada tahap ini diperlukan analisis statistik yang mendalam dibandingkan dengan dua tingkatan sebelumnya. Maka dari itu, biasanya dalam tahap ini memerlukan alat statistik canggih yang dapat digunakan untuk mengukur secara lebih akurat dan mendalam.
Dalam analisis prediktif, yang termasuk di dalamnya adalah prediksi people model atau prediksi top talents yang cocok dengan posisi yang akan dibutuhkan oleh perusahaan di masa depan seperti apa. Selain itu, ada pula analisis perencanaan strategis yang sekaligus di dalamnya meliputi penerapan evaluasi dari hasil rekrutmen yang sudah dilakukan sebelumnya, sehingga proses rekrutmen dapat berjalan dengan lebih baik lagi dibandingkan yang sebelumnya.
Talentics hadir untuk membantu mengoptimalkan proses rekrutmen dengan proses yang berjalan 42% lebih cepat. Terbukti dengan menggunakan assessment Talentics, rekruter tidak perlu lagi menunggu hasil terlalu lama yang dapat membuat proses rekrutmen berjalan lama. Dengan menggunakan Talentics, dapat mengurangi Time-to-Hire yang merupakan salah satu recruitment metrics terpenting, karena hasil assessment dapat diperoleh dalam waktu yang cukup singkat dan validasi yang lebih akurat dibandingkan dengan assessment konvensional.