Table of Contents

Jelajahi platform kami sekarang

Related Posts

Dapatkan Insights HR terbaru dengan berlangganan Newsletter Kami

Merekrut Fresh Graduate, Apa Kelebihan dan Kekurangannya?

Merekrut fresh graduate atau lulusan baru yang hendak memulai karier pertamanya tentu akan memberikan manfaat tersendiri bagi perusahaan. Namun, bukan berarti merekrut fresh graduate tidak memiliki kekurangan.

Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pertambahan lulusan baru dari perguruan tinggi atau fresh graduate di Indonesia mencapai lebih dari 1.000.000 jiwa setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sebagian besarnya telah mulai menjalani transisi memasuki dunia kerja.

Bagi praktisi HR, merekrut fresh graduate adalah suatu tantangan tersendiri dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Dengan strategi yang tepat dan persiapan yang memadai, praktisi HR dapat memaksimalkan potensi mereka.

Fresh graduate atau lulusan baru dikenal memiliki beberapa karakteristik positif yang membedakan mereka dari rekan kerjanya, seperti mudah beradaptasi ketika menggunakan teknologi terbaru, punya rasa ingin tahu yang tinggi, dan terbuka menerima masukan.

Karakteristik inilah yang menarik banyak perusahaan untuk mengadakan program trainee atau graduate program yang khusus ditujukan untuk lulusan baru. Program ini dirancang untuk membidik talenta fresh graduate yang memiliki potensi di atas rata-rata. Melalui bimbingan dan pelatihan yang diberikan dalam program ini, mereka berkesempatan menjalankan akselerasi karier untuk dapat langsung menempati posisi manajemen dan berkontribusi lebih kepada perusahaan.

Akan tetapi, tidak semua perusahaan bersedia untuk merekrut fresh graduate karena berbagai pertimbangan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan fresh graduate di dunia kerja. 

Kelebihan Merekrut Fresh Graduate

1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

Mengutip riset NEW dan Deloitte tentang Gen Z, atau generasi yang mendominasi lulusan baru perguruan tinggi dalam dua tahun terakhir, gaji dan fasilitas bukanlah satu-satunya prioritas mereka dalam mencari pekerjaan. Pekerjaan yang menarik dan menawarkan pengalaman baru bagi mereka menjadi prioritas utama mereka dibandingkan pekerjaan yang menawarkan kompensasi yang lebih besar, namun memiliki job description yang kurang menarik.

Baca juga: Mengenal Generasi Z: Generasi Tech-savvy dengan Karakteristik yang Unik

Oleh karena itu, sebagian besar karyawan fresh graduates dikenal memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pengalaman dan pengetahuan baru bagi mereka adalah hal-hal yang sama menariknya dengan kompensasi dan tunjangan yang diberikan oleh perusahaan.

2. Ingin selalu berkembang dan terus belajar

Selain keingintahuan mereka yang tinggi, fresh graduate juga memiliki keinginan untuk belajar yang juga tinggi. Karena pengalaman yang mereka miliki di dunia kerja masih minim, prioritas utama mereka dalam bekerja adalah untuk terus berkembang dan mempelajari hal-hal baru. Umumnya, lulusan baru lebih terbuka untuk mengeksplorasi minat dan kemampuan mereka dibandingkan karyawan yang telah bekerja lebih dari setahun.

Riset Lovell Corporation tentang generasi Millennial dan Gen Z di tempat kerja menunjukkan bahwa kedua generasi ini sama-sama memprioritaskan pekerjaan yang menarik dan continuous learning ketika memilih tempat untuk bekerja. Mengingat lulusan baru dalam tahun-tahun terakhir ini diisi oleh kedua generasi tersebut, tidak mengherankan bahwa keinginan mereka untuk belajar cukup tinggi.

Selain itu, lulusan baru saat ini juga sangat menghargai pendidikan. Mengutip riset NEW dan Deloitte, Gen Z menjadi generasi yang paling memprioritaskan pendidikan tinggi dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.

Jika diberikan sumber dan fasilitas yang memadai untuk belajar, perusahaan akan memperoleh manfaat yang banyak dari karyawan fresh graduates. Tanpa perlu mendorong mereka untuk mengikuti berbagai program training dan workshop, rasa ingin tahu dan keinginan mereka untuk belajar akan mendorong mereka untuk terus mengembangkan skill yang mereka miliki dan menambah skill pendukung.

3. Sumber ide-ide baru dan inovasi

Fresh graduate juga dikenal sebagai pemantik inovasi di perusahaan. Karena mereka terbilang baru dalam industri, mereka dapat membawa perspektif segar yang mendukung berjalannya pembaruan-pembaruan dalam perusahaan. Program-program trainee yang dibuat oleh perusahaan seringkali dirancang untuk dapat memaksimalkan potensi ini dari lulusan baru.

“Dari sisi teknologi, mereka [fresh graduate] kalau ada assignment… setidaknya di konteks di tempat saya, ada assignment dan diberikan guideline, mereka benar-benar researching effortnya luar biasa. Ada inisiatif-inisiatif yang mereka come up dengan satu konsep, framework yang luar biasa karena mereka studi, benar-benar studi. Mereka cari di jurnal, cari di textbook, dan itu jadi referensi mereka untuk come up dengan ide dan proposal. Dan saya pikir pola seperti itu sangat bagus.”

Miftahudin Amin, EVP & Chief HR Officer PT Paragon Technology & Innovation

Baca juga: Inilah Beberapa Cara Terbaik untuk Menarik Generasi Z ke Perusahaan Anda

Dengan pengembangan dan fasilitas yang optimal, karakteristik ini dapat mendukung perusahaan agar tetap kompetitif dan bisa dengan cepat mengenali peluang-peluang untuk berinovasi.

Kekurangan Merekrut Fresh Graduate

1. Perlu waktu untuk dapat beradaptasi ke dunia kerja

Karena mereka baru saja terjun ke dunia kerja, tentunya mereka juga membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi. Dikutip dari riset Harvard Business Review, tantangan terbesar fresh graduate untuk bisa beradaptasi di dunia kerja adalah terkait umpan balik, hubungan interpersonal, dan akuntabilitas.

Sebagian besar dari responden riset Harvard Business Review mengaku membutuhkan waktu lama untuk bisa beradaptasi di dunia kerja. Umpan balik yang kurang konsisten dan seringkali sulit dipahami, hubungan profesional yang berbeda dengan hubungan personal semasa kuliah, dan tanggung jawab yang besar terhadap tim dan perusahaan menjadi masalah terbesar mereka ketika perlu beradaptasi.

“Yang pertama harus dipersiapkan adalah mental mereka [fresh graduate] ketika masuk dunia kerja. Istilahnya, dunia tidak seindah impiannya dia. Kalau diibaratkan dengan melihat foto-foto tentang tempat wisata di Nat Geo atau di postcard, pasti yang ditampilkan hanya yang bagus-bagusnya. Ketika tiba di tempat, realitanya adalah bayarnya mahal, mau berfoto pun ada banyak orang. Kedua, kesiapannya untuk agile thinking. Yaitu adaptasi, adjust terus ke situasi dan lingkungan yang dia hadapi.”

Suryantoro Waluyo, HR Director Standard Chartered Bank Indonesia

Akan tetapi, hal ini tidak berarti fresh graduate tidak dapat beradaptasi sama sekali di dunia kerja. Dengan pengenalan yang cukup melalui magang dan bimbingan selama proses onboarding, mereka dapat mengatasi sebagian besar dari kesulitan mereka selama beradaptasi.

2. Loyalitas pada perusahaan cenderung rendah

Kecenderungan mereka untuk berpindah-pindah juga menjadi salah satu kekhawatiran praktisi HR ketika akan merekrut fresh graduate. Pasalnya, masih banyak dari mereka yang belum benar-benar mengenali letak minat dan kemampuan mereka dalam pekerjaan, sehingga mereka cenderung mengutamakan eksplorasi dibanding menetap di satu tempat.

…mereka [fresh graduate] juga harus sadar bahwa semuanya berproses. Semuanya ada waktunya, jangan juga tidak bersabar sehingga mereka juga akhirnya nggak betah. Kadang-kadang mereka akhirnya pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain dengan begitu cepatnya. Jika mereka bisa melihat bigger picturenya, purposeful work, pasti mereka juga akan enjoy. Karena anak-anak sekarang kan tidak hanya uang saja, mereka juga ingin melihat the reason whynya, kenapa mereka melakukan sesuatu, impactnya ke orang lain, ke lingkungan sekitar.

Miftahudin Amin, EVP & Chief HR Officer PT Paragon Technology & Innovation

Untuk mengatasi hal ini, perusahaan bisa memanfaatkan keterbukaan fresh graduate dalam mempelajari hal baru. Ketika mereka merasa kurang cocok dengan posisi yang mereka isi, berikan kesempatan bagi mereka untuk mengeksplorasi posisi lain dalam perusahaan dan mempelajari skill baru.

Fokuskan juga pada dampak dari pekerjaan yang mereka lakukan. Ketika mereka memahami makna dan dampak dari pekerjaan mereka, mereka cenderung akan lebih menghargai apa yang mereka lakukan.

3. Belum memiliki pengalaman kerja yang relevan dan memadai

Hal ini menjadi tantangan yang khas bagi praktisi HR ketika merekrut fresh graduate. Tidak seperti mereka yang sudah berpengalaman, seringkali lebih sulit bagi HR untuk menilai potensi yang dimiliki fresh graduate karena minimnya pengalaman mereka dalam konteks pekerjaan. CV mereka pun biasanya hanya diisi kegiatan magang yang terbatas dan pengalaman organisasi.

Baca juga: Temukan ‘Hidden Talents’ dengan Menggunakan Assessment!

Meskipun demikian, fresh graduate tetap memiliki potensi yang sama besarnya dengan karyawan yang sudah berpengalaman. Agar bisa memaksimalkan potensi yang mereka miliki, program magang atau apprenticeship bisa jadi pilihan bagi perusahaan. Praktisi HR juga perlu untuk fokus pada apa kompetensi yang mereka miliki, dan bukan pada pengalaman kerja semata. Dengan metode seleksi yang tepat seperti asesmen, praktisi HR bisa mengungkap hidden talents mereka tanpa berfokus terlalu banyak pada pengalaman dan riwayat bekerja.


Merekrut fresh graduate bisa menjadi tantangan tersendiri bagi praktisi HR. Oleh karenanya, penting sekali bagi HR untuk mengenali strategi yang paling tepat untuk dapat menggali dan memaksimalkan potensi yang mereka miliki.

Untuk bisa merekrut fresh graduate dengan kompetensi yang terbaik untuk perusahaan Anda, pastikan Anda memiliki talent pool yang tepat. Talentics dapat menghubungkan Anda dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi terbaik di Indonesia melalui campus network Rencanamu dan menjadi solusi terbaik untuk early talent recruitment di perusahaan Anda.

Article Editor: Nadia Fernanda

(Image by Shutterstock and Unsplash)

Apakah artikel ini membantu?
YaTidak

Share:

Leave a Reply

Scroll to Top

2024

Talentics

PT. Semesta Integrasi Digital.