Teknologi HR saat ini semakin berkembang dan semakin lazim digunakan oleh perusahaan. Salah satu tujuannya adalah membantu proses perekrutan talenta potensial, terlebih dengan situasi pandemi yang tengah berlangsung. Proses asesmen yang kini dilakukan secara online dengan menerapkan sistem online proctoring dan fitur anti-cheating pun merupakan satu dari sekian banyak fitur teknologi HR.
Online Assessment vs Offline Assessment
Sudah menjadi rahasia umum jika berbagai platform dan teknologi digital bermunculan untuk mendorong digitalisasi. Konsep pengawasan ujian atau exam proctoring, pemantauan berbasis AI, dan inovasi LMS telah secara dinamis mengalihkan fokus penyelenggaraan asesmen tatap muka (offline assessment) ke online assessment berbasis website, aplikasi, maupun piranti lunak khusus yang didesain mendukung penilaian terhadap talenta potensial perusahaan selama perekrutan berlangsung.
Keadaan ini didukung dengan temuan Studi Tren Perekrutan di Asia Tenggara oleh JobStreet.com dan JobsDB di tahun 2017 yang melibatkan lebih dari 8000 kandidat dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam untuk memilih 3 saluran pencarian kerja pilihan mereka.
Hasilnya menunjukkan platform asesmen berbasis online menduduki posisi terfavorit para responden dari semua negara dibandingkan saluran-saluran konvensional seperti referral, job fair, surat kabar, perekrutan kampus, dan acara-acara industri. Peran digitalisasi pun semakin terlihat, terlebih di tengah pandemi yang membatasi pertemuan fisik untuk sementara waktu seperti saat ini.
Baca juga: Optimalkan Proses Rekrutmen dengan Menggunakan Online Assessment
Setidaknya ada beberapa perbandingan yang terlihat jelas dari offline dan online assessment. Selain mendukung kebutuhan sesuai zaman, offline assessment dinilai lebih berisiko karena bisa diikuti oleh oknum joki ujian dengan lebih mudah, rawan bias, dan rentan praktik KKN. Asesmen offline atau tatap muka pun tidak lebih aman dari online assessment karena mengharuskan talenta potensial perusahaan Anda untuk melakukan mobilitas.
Offline assessment dinilai memakan lebih banyak biaya, waktu, dan tenaga dalam penyelenggaraannya. Hal ini tentunya membebani kedua belah pihak yang terlibat, yang tak lain adalah talenta potensial dan perusahaan Anda. Online assessment hadir sebagai jawaban dari masalah-masalah yang timbul dari pelaksanaan perekrutan dengan asesmen tatap muka. Jadwal yang ditentukan dapat disetel otomatis sesuai kebutuhan perusahaan Anda dan dapat diubah sesuai perjanjian dengan talenta potensial.
Online assessment pun mempermudah pelaksanaan perekrutan talenta potensial yang berada di luar jangkauan wilayah perusahaan, sehingga tidak ada lagi talenta yang beralasan terlambat karena terkena macet di jalan atau terkendala huru-hara lainnya. Online assessment pun tidak membebankan biaya yang besar terhadap pengguna maupun penyelenggara. Cukup dengan koneksi jaringan internet yang stabil, maka talenta potensial dapat mengerjakan online assessment di manapun sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Di samping beberapa hal yang telah dipaparkan, online assessment menyediakan sekuritas dan validitas hasil akhir yang lebih tinggi dari asesmen tatap muka karena berbasis data, sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya kecurangan dan bias yang mengutamakan subjektivitas.
Baca juga: Menerapkan Inovasi Rekrutmen Virtual Guna Menyaring Talenta Berkualitas
Online Assessment Tidak Sama dengan Computer-based Assessment
Beberapa praktisi HR mungkin masih bingung dengan pengertian dan perbedaan dari keduanya. Hal ini karena keduanya sama-sama membutuhkan batas minimal spesifikasi gawai atau perangkat keras yang digunakan untuk mengikuti asesmen. Selain itu, keduanya memberikan keleluasaan karena dapat diakses di manapun.
Serupa dengan online assessment, computer-based assessment sebenarnya mengizinkan penggunanya, yaitu talenta potensial, untuk melakukan tes di manapun yang penting sesuai jadwal yang ditentukan. Namun penerapan sistem ini jelas berisiko talenta potensial dapat tetap mengakses tes tanpa koneksi internet. Proses ini menutup akses perusahaan untuk melakukan online proctoring yang menjadi celah dalam melakukan kecurangan.
Apa Itu Online Proctoring dan Teknologi Anti-Cheating dalam Tes Perekrutan?
Sangat mudah bagi kandidat untuk menipu dan meniru jika asesmen dilakukan tanpa online proctoring. Mencontek dengan meminta bantuan teman atau merujuk ke artikel di sebuah buku dapat dengan mudah dilakukan talenta potensial. Penggunaan smartphone pun dapat dengan mudah ditangkap menggunakan online proctoring yang memastikan keaslian hasil tes.
Offline proctoring sekali lagi sulit dipastikan dari segi kualitas pengawasan. Metode pengawasan offline tidak memiliki catatan untuk cross-check apakah pengawas melakukan pekerjaannya dengan benar. Pandemi global pun mendukung sistem online proctoring karena pada dasarnya perusahaan Anda tidak dapat melakukan tes offline.
Penerapan teknologi canggih dalam perekrutan perlu dipelajari lebih lanjut oleh perusahaan Anda, seperti mengenai online proctoring, online interview, automatic scheduling, dan masih banyak lagi. Fitur-fitur ini dapat menjamin kemudahan rekrutmen virtual yang dilakukan oleh perusahaan Anda.
Solusi menyeluruh, terintegrasi, teknologi virtual terbaik, inovasi, dan fitur anti-cheating. Kemajuan ini menghasilkan perbedaan mencolok antara penilaian yang dilakukan secara konvensional, yang mengharuskan adanya temu fisik dan tatap muka.
Teknologi online proctoring mengurangi kemungkinan-kemungkinan para talenta potensial melakukan kecurangan dalam asesmen. Beberapa perusahaan yang salah memilih metode seleksi tanpa Implementasi data-driven HR dapat mengalami bad hiring. Hal ini telah lama menjadi perhatian banyak praktisi HR di luar sana.
Baca juga: Tips untuk Menjamin Kualitas Rekrutmen Online Perusahaan Anda
Online proctoring sendiri secara harfiah berarti melakukan online assessment dengan pengawas yang mengawasi asesmen dan memantau talenta potensial secara online dengan menggunakan perangkat kompatibel melalui webcam, mikrofon, dan koneksi internet stabil. Online proctoring juga disebut sebagai remote proctoring yang merupakan bentuk penilaian digital di mana talenta biasanya dipantau dengan permintaan akses ke layar ujian di hadapan mereka.
Talenta dapat menyelesaikan online assessment dari mana pun sambil mempertahankan kualitas dan kredibilitas penilaian tersebut. Online proctoring telah dipakai berbagai macam keperluan seperti tes e-learning akademik dan tentunya online assesment pada talenta potensial yang melamar suatu posisi pekerjaan di perusahaan Anda. Biasanya untuk mengikuti online assessment yang menerapkan online proctoring, talenta pelamar membutuhkan hal-hal berikut:
- Perangkat yang cocok. Ini bisa berupa PC Desktop, laptop, atau bahkan tablet. Sering kali disarankan untuk tidak menggunakan perangkat seluler.
- Koneksi internet yang memadai.
- Webcam fungsional dan mikrofon untuk pengawasan audio dan video.
- Browser yang kompatibel untuk menjalankan platform.
Gerak-gerik talenta potensial dideteksi sejumlah teknologi anti-cheating canggih yang menggantikan pengawas fisik guna merekam aktivitas yang tidak diperlukan selama asesmen berlangsung. Ada 3 jenis online proctoring yang selama ini telah lazim digunakan:
- Live Proctoring
Pengawasan langsung memungkinkan perusahaan Anda memantau umpan audio-video dan berbagi layar secara real-time.
- Automated Proctoring
Pengawasan otomatis berbasis Artificial Intelligence secara real-time. Pengawasan ini menggunakan analitik canggih bersama dengan face recognition yang menandai aktivitas kecurangan selama pengujian. Sehingga sistem ini sama sekali tidak melibatkan manusia dalam melakukan pengawasan.
- Recorded Proctoring
Pengawasan ini tidak memerlukan pemantauan secara real-time. Sebagai gantinya, umpan audio dan video bersama dengan layar pada gawai talenta potensial direkam selama pengujian. Perusahaan pun melakukan cross-check terhadap hasil rekaman atau tangkapan layar.
Baca juga: 5 Teknologi HR Terbaik di Tahun 2021 untuk Mempermudah Proses Rekrutmen Perusahaan Anda
Adapun teknologi anti-cheating yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung online proctoring di antaranya adalah:
- ID Verification
ID verification dalam pelaksanaan online assessment memberikan perusahaan pilihan untuk memverifikasi dan mengaktifkan data talenta potensial saat pengawasan. Segera setelah talenta mengklik tautan tes, bukti identitasnya diverifikasi dengan mencocokkan seluruh detail pendaftaran saat mereka melamar.
Melalui pengawasan layar, pengawasan video, dan pengawasan audio yang biasanya ditandai dengan kemunculan pop-up permintaan izin akses, online proctoring yang tersedia 24/7 akan mendeteksi apakah ID yang dilampirkan memang sah milik mereka.
Agar otentikasi benar-benar efektif, maka prosesnya harus dikombinasikan dengan beberapa pemeriksaan seperti biometric scan, otentikasi keystroke, dan pertanyaan-pertanyaan untuk membuktikan bahwa mereka benar memang talenta potensial yang melamar. Pertanyaan ini biasanya membutuhkan keterangan detil seperti alamat tempat tinggal.
- Biometric Scan
Sistem biometric scan memastikan keaslian data kandidat selama proses rekrutmen untuk menghindari kecurangan. Biometric scan dapat membantu memastikan talenta tidak melakukan kecurangan karena online assessment dimulai dengan menggunakan face recognition.
Teknologi ini tidak akan mengizinkan peserta ujian atau joki untuk melaksanakan tes karena sudah tentu wajah mereka berbeda dengan foto yang terlampir pada data akhir pelamar saat mereka submit pendaftaran.
Teknologi biometrik adalah jenis keamanan yang mendeteksi fitur tubuh talenta potensial dan mengotentikasi identitas seseorang berdasarkan karakteristik fisik termasuk struktur wajah, pola iris, dan suara.
Salah satu cara paling umum dalam online proctoring dilakukan dengan pertama, pengguna mengambil foto wajah mereka secara real-time menggunakan webcam perangkat mereka. Selanjutnya, mereka diminta untuk mengambil gambar dari kartu identitas mereka seperti SIM atau KTP. Gambar di ID mereka kemudian dibandingkan dengan yang mereka ambil di awal. Talenta kemudian dipantau selama ujian.
Otentikasi dapat berlangsung sepanjang ujian sehingga jika perilaku mencurigakan memang terjadi, sistem dapat menandainya dan mengizinkan Anda untuk menindaklanjutinya.
- Camera Supervision
Didukung dengan teknologi untuk melakukan pengawasan jarak jauh menggunakan kamera, online proctoring dapat merekam atau menangkap layar ujian para talenta potensial perusahaan Anda.
Browser akan meminta izin untuk mengaktifkan kamera selama peserta melaksanakan asesmen. Sehingga selama ujian berlangsung, sistem akan otomatis merekam aktivitas mereka di depan kamera, seperti ketika mereka melakukan hal-hal mencurigakan atau bahkan hilang dari tampilan layar selama beberapa waktu.
Hasil akhir dari sistem yang otomatis menandai gerak-gerik tersebut disertai detil waktu mereka melakukannya dan detil keterangan yang dicurigai.
- Secure Browser
Teknologi anti-cheating lainnya adalah secure browser. Teknologi ini membantu mencegah kecurangan di layar talenta potensial. Teknologi ini dapat membatasi akses peserta tes terhadap laman atau tab yang telah ditentukan. Atau aplikasi dan situs web apa saja yang diizinkan untuk dibuka selama asesmen berlangsung.
Sistem secara otomatis mematikan aplikasi atau situs web lain yang berjalan di sistem sambil membatasi fungsi pada keyboard dan mouse talenta pelamar Anda.
Secure browser memberikan kontrol navigasi lengkap kepada perusahaan Anda dengan menonaktifkan perekaman layar, proyeksi layar, aplikasi berbasis desktop, dan aplikasi/halaman berbasis web (kecuali diizinkan), serta menonaktifkan fitur copy-paste. Dengan demikian, ini mencegah talenta dari kecurangan seperti mencari jawaban di Google.
Apabila perusahaan Anda ingin memulai proses rekrutmen yang lebih cepat dan hemat menggunakan online assessment, Talentics Acquisition Platform telah terintegrasi dengan Talentics Online Assessment untuk kebutuhan rekrutmen end-to-end dalam satu platform. Dilengkapi dengan fitur anti-cheat technology mulai dari camera supervision hingga secure browser, pastikan kandidat yang akan Anda rekrut tidak hanya memenuhi kualifikasi kompetensi dari segi pengukuran psikologis, namun juga dari segi behavior yang ditunjukkan selama pengerjaan tes.
Article Editor: Nadia Fernanda
Image credits: Pexels