Table of Contents

Jelajahi platform kami sekarang

Dapatkan Insights HR terbaru dengan berlangganan Newsletter Kami

Related Posts

Mengenal Pengukuran Job Fit untuk Seleksi dalam Proses Rekrutmen

Tidak hanya culture fit, pengukuran job fit atau person-job fit juga penting untuk diperhatikan praktisi HR untuk menyeleksi dan memetakan kandidat dalam proses rekrutmen demi manajemen sumber manusia yang efisien.

Proses seleksi dalam rekrutmen dirancang agar HR dapat memilih kandidat yang paling tepat untuk sebuah posisi. Untuk melihat kecocokan ini, ada banyak metode seleksi yang bisa dipergunakan oleh praktisi HR. Kecocokan yang dimaksud pun bisa sangat beragam, mulai dari kecocokan dengan budaya perusahaan (culture fit) hingga kecocokan dengan pekerjaan yang akan mereka tekuni (job fit).

Kecocokan seorang kandidat dengan posisi yang mereka pilih memiliki dampak yang sangat besar, baik bagi diri mereka maupun bagi perusahaan. Dikutip dari riset pada European Journal of Work and Organizational Psychology, ketika seorang karyawan punya keyakinan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan cocok dengan diri mereka dan skill yang mereka miliki, inisiatif mereka untuk mengembangkan diri mereka secara profesional juga akan meningkat. Hal ini juga dapat berdampak positif pada produktivitas perusahaan.

Melalui artikel ini, Anda akan memahami lebih dalam tentang apa itu job fit atau person-job fit, manfaatnya bagi perusahaan, dan metode-metode pengukuran job fit yang biasa digunakan oleh praktisi HR. 

Mengenal Pengukuran Job Fit dalam Pekerjaan

Job fit, atau yang juga biasa disebut dengan person-job fit, adalah cara untuk menilai kecocokan karakteristik kandidat dengan suatu posisi di perusahaan melalui kepribadian, soft skills, pengalaman, dan nilai-nilai (values) yang mereka miliki dalam bekerja.

Penilaian untuk kecocokan ini umumnya dilakukan untuk melengkapi penilaian kecocokan dari segi latar belakang pendidikan dan hard skills atau keterampilan/pengetahuan teknis. Penilaian ini didasarkan pada teori bahwa ada karakteristik tertentu yang paling cocok untuk posisi-posisi tertentu dan kurang cocok untuk posisi lainnya.

Sebagai contoh, seseorang yang cenderung lebih menyukai bekerja sendiri dibandingkan bekerja dalam kelompok akan cocok untuk posisi yang banyak bekerja sendiri, misalnya posisi accounting.

Apa Manfaat Pengukuran Job Fit bagi Perusahaan?

Bagi perusahaan, ada banyak manfaat yang akan didapatkan dengan menyeleksi kandidat berdasarkan job fit mereka. Berikut adalah beberapa diantaranya.

1. Meningkatkan Keterlibatan (Engagement) Karyawan

Karyawan yang merasa cocok dengan posisi mereka cenderung akan memiliki engagement atau keterlibatan yang lebih tinggi saat bekerja. Engagement ini ditunjukkan dengan adanya komitmen secara emosional terhadap organisasi mereka dan tujuannya, yang berarti mereka peduli terhadap pekerjaannya dan perusahaan tempat mereka bekerja.

Engagement yang tinggi memberikan berbagai dampak yang positif bagi perusahaan, diantaranya adalah dapat meningkatkan profit perusahaan hingga 22% dan produktivitas perusahaan hingga 21% menurut survei Gallup. Semakin tinggi engagement karyawan dalam pekerjaannya, maka perkembangan perusahaan secara keseluruhan pun akan semakin pesat.

Sebaliknya, engagement yang rendah akan berdampak pada perkembangan perusahaan yang stagnan. Menurut The Predictive Index, job fit yang rendah adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap rendahnya engagement karyawan. 

2. Meningkatkan Kepuasan Karyawan dalam Bekerja

Kecocokan yang tinggi juga berdampak pada kepuasan kerja atau job satisfaction yang lebih baik. Karena mereka merasa memiliki kemampuan dan kepribadian yang tepat untuk posisi mereka, mereka bisa bekerja lebih baik dan merasa lebih puas dengan hasil kerja yang mereka lakukan.

Kepuasan kerja juga berhubungan erat dengan tingkat engagement mereka dalam bekerja. Karyawan yang puas dan bangga dengan pekerjaan yang mereka lakukan juga cenderung menunjukkan komitmen yang lebih tinggi terhadap pekerjaannya.

3. Menurunkan Tingkat Turnover Karyawan

Selain untuk job satisfaction dan engagement yang lebih baik, menyeleksi kandidat berdasarkan job fit dengan posisi yang mereka lamar juga dapat menekan angka turnover. Data dari Hays menunjukkan bahwa karyawan yang keluar dari pekerjaannya seringkali bukan disebabkan oleh alasan keuangan.

Baca juga: Kiat Merekrut dan Mempertahankan Talenta Terbaik di Perusahaan

74% karyawan muda tidak keberatan pindah pekerjaan dengan gaji yang lebih kecil jika pekerjaan tersebut dirasa lebih cocok dengan apa yang mereka inginkan. Hasil ini menunjukkan bahwa bagi banyak kandidat, kecocokan pekerjaan dengan pribadi mereka lebih penting daripada gaji yang tinggi.

Apa Saja Metode Pengukuran Job Fit yang Dapat Digunakan oleh Perusahaan? 

Mengingat banyaknya manfaat yang bisa didapat perusahaan jika dapat merekrut kandidat dengan kecocokan terbaik dengan posisi yang dibuka, ada beberapa metode seleksi yang bisa digunakan untuk mengukur kecocokan tersebut.

Berikut adalah beberapa metode pengukuran job fit yang bisa digunakan praktisi HR dalam proses rekrutmen.

Situational Judgement Test (Tes Penilaian Situasi)

Situational judgement test adalah tes yang dibuat untuk menilai bagaimana kandidat akan merespon dalam situasi-situasi tertentu dalam dunia kerja. Dalam tes ini, kandidat akan diberikan sebuah skenario yang dirancang mirip dengan situasi yang akan dihadapi dalam pekerjaannya. Mereka kemudian dapat menilai tindakan seperti apa yang paling tepat untuk dilakukan sebagai respon terhadap situasi tersebut.

Baca juga: Tips Memanfaatkan Asesmen untuk Manajemen Sumber Daya Manusia yang Lebih Baik

Tes ini berguna tidak hanya untuk menilai seberapa paham kandidat tentang pekerjaannya, namun juga untuk melihat apakah perilaku yang biasa ditunjukkan kandidat dalam kehidupan sehari-hari cocok dengan pekerjaan yang akan ia lakukan. Kandidat yang memiliki pengalaman, nilai-nilai, soft skills, dan karakteristik secara keseluruhan yang tepat untuk suatu pekerjaan cenderung juga akan melakukan tindakan yang tepat dalam tes ini.

Karena situasi yang umum ditemui dalam satu pekerjaan akan berbeda-beda antar bidang pekerjaan maupun organisasi, tes ini umumnya dirancang secara spesifik khusus untuk satu bidang pekerjaan dan untuk suatu organisasi tertentu.   

Tes Kemampuan Kognitif (Cognitive Ability Test)

Dirancang untuk melihat kemampuan bernalar atau kognitif seseorang, cognitive ability test juga merupakan salah satu tes yang biasa digunakan praktisi HR untuk melihat job fit kandidat terhadap suatu pekerjaan.

Soft skill seperti problem solving dan critical thinking atau kemampuan berpikir kritis diperlukan untuk semua posisi dalam bidang pekerjaan manapun, namun pada tingkat dan konteks yang berbeda-beda. Sebagai contoh, bagi kandidat yang akan bekerja di bidang keuangan, kemampuan berpikir kritis akan dibutuhkan untuk dapat menginterpretasi hasil laporan keuangan dan mengenali tren dalam pemasukan dan pengeluaran di perusahaan.

Umumnya, posisi level manajerial akan membutuhkan kemampuan problem solving dan critical thinking pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan pekerjaan entry level. Disinilah tes kemampuan kognitif dapat berperan sebagai penilaian seberapa cocok seorang kandidat untuk posisi tersebut.

Tes Kepribadian (Personality Test)

Berbeda dengan tes kemampuan kognitif, personality test atau tes kepribadian dirancang bukan untuk menilai kemampuan seseorang, namun lebih kepada kecenderungan mereka untuk berperilaku. Meski tidak ada tipe kepribadian yang lebih baik maupun lebih buruk dibanding tipe kepribadian lainnya, tipe kepribadian seseorang bisa dilihat untuk menilai job fit mereka ketika ditempatkan pada bidang pekerjaan tertentu.

Baca juga: 4 Miskonsepsi Umum tentang Tes Kepribadian dalam Rekrutmen

Salah satu tes kepribadian yang biasa digunakan sebagai pertimbangan penilaian job fit kandidat adalah Big Five atau OCEAN. Tes ini membagi kepribadian seseorang ke dalam lima dimensi atau trait, yaitu openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism.

Setiap pekerjaan akan memiliki kecenderungan skor dimensi yang berbeda-beda, tergantung pada tipe, karakteristik, serta atribut dari pekerjaan terkait. Sebagai contoh, seorang kandidat yang punya tingkat conscientiousness yang tinggi dan openness to experience yang rendah akan lebih cocok bekerja di bidang administratif dibandingkan di bidang kreatif. Atau, pekerjaan dalam ranah sales dan public relation akan lebih cocok dengan kandidat dengan tingkat extraversion yang tinggi.


Menilai kandidat berdasarkan job fit, atau seberapa cocok karakteristik, pengalaman, dan soft skills yang mereka miliki dengan pekerjaan yang mereka lamar, memiliki banyak manfaat bagi perusahaan. Untuk dapat menilai job fit seseorang dengan posisi pekerjaannya, ada banyak metode pengukuran yang bisa dimanfaatkan oleh praktisi HR.

Talentics Online Assessment memiliki berbagai pengukuran yang bisa Anda gunakan untuk menilai kecocokan talenta dengan pekerjaan mereka, mulai dari tes kemampuan kognitif hingga tes kepribadian. Dirancang agar mudah digunakan baik bagi praktisi HR maupun kandidat, Talentics Online Assessment dapat membantu Anda mewujudkan proses seleksi yang lebih akurat dan efisien.

Article Editor: Nadia Fernanda

(Image by Shutterstock and Pixabay)

Apakah artikel ini membantu?
YaTidak

Share:

Leave a Reply

On Key
Scroll to Top

Talentics

PT. Semesta Integrasi Digital.