Penggunaan Artificial Intelligence dalam berbagai sektor telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dalam ranah HR. Penerapan ini menawarkan rentang potensi yang sangat luas untuk meningkatkan efisiensi, inovasi, dan kemampuan manusia dalam berbagai bidang.
Namun, seiring dengan kemajuan ini, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah kurangnya regulasi yang memadai untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin timbul seiring dengan penggunaan AI yang semakin meluas. Hingga saat ini, belum ada regulasi yang cukup ketat untuk mengatur penggunaan AI secara menyeluruh, terutama di Indonesia.
Menarik beberapa langkah mundur sebelum penggunaan AI semakin tidak terbendung, mengidentifikasi kemampuan digital para karyawan yang didalamnya termasuk curiosity, belief, dan thinking dapat menjadi filter utama agar perusahaan dapat memfilter penggunaan AI lebih bermanfaat bagi perusahaan.
Artikel ini akan membahas hubungan antara digital mindset dengan artificial intelligence, disertai data digital mindset para jobseeker di Indonesia agar para HR practitioner dapat bermanuver lebih agile dalam menentukan keputusan penting perusahaan.
Apa yang dimaksud Artificial Intelligence?
Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh mesin atau komputer untuk meniru kemampuan manusia dalam berpikir, belajar, dan membuat keputusan. Dalam penerapannya, algoritma dan model matematika digunakan untuk menganalisis data, mengenali pola, dan menghasilkan output cerdas yang dengan harapan dapat mempermudah pekerjaan manusia.
Baca juga: Contoh Penggunaan AI di Bidang HR
Digital Mindset Sebagai Garis Start sebelum Menggunakan AI
Digital mindset merupakan kerangka berpikir yang penting sebelum memulai penggunaan AI. Kemampuan ini melibatkan sikap dan keyakinan yang memungkinkan individu atau organisasi untuk mengadopsi dan memanfaatkan teknologi digital secara efektif. Digital mindset mencakup tiga komponen penting, yaitu digital thinking, digital curiosity, dan digital belief.
Digital thinking merujuk pada kemampuan individu atau organisasi untuk secara kritis mempertimbangkan implikasi dan risiko penggunaan teknologi digital, termasuk AI. Skill Ini melibatkan kemampuan untuk memahami bagaimana teknologi bekerja, menganalisis data dengan cara yang tepat, dan mengidentifikasi peluang serta tantangan yang mungkin timbul.
Digital curiosity mengacu pada rasa ingin tahu yang kuat terhadap teknologi digital, termasuk AI. Individu atau organisasi dengan digital yang tinggi senantiasa terbuka untuk belajar dan menggali lebih dalam tentang potensi teknologi, menjaga diri mereka tetap mutakhir dalam perkembangan terkini, dan mencari solusi inovatif yang dapat dihasilkan melalui penggunaan teknologi tersebut.
Digital belief mengacu pada keyakinan bahwa penggunaan teknologi digital, termasuk AI, harus didasarkan pada prinsip etika, keadilan, dan tanggung jawab dapat menunjang pekerjaan. Komponen Ini melibatkan pemahaman akan dampak sosial, privasi, dan keamanan dalam konteks penggunaan teknologi.
Baca juga: Manfaat Digital Mindset
Penerapan Digital Mindset sebagai Pondasi AI
Kemampuan adaptasi dan pembelajaran secara terus-menerus sangat penting dalam konteks penggunaan AI. Dengan teknologi AI yang terus berkembang, praktisi HR dan semua karyawan lainnya harus mampu beradaptasi dengan perubahan dan terus meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mereka dalam mengimplementasikan dan memanfaatkan AI secara efektif. Hal ini sejalan dengan digital thinking, di mana kemampuan ini membuat individu dapat secara kritis mempertimbangkan implikasi dan risiko penggunaan AI serta terus memperbarui pengetahuan mereka untuk menjaga keberhasilan penggunaan teknologi tersebut.
Kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan baik menjadi kunci penting dalam mengintegrasikan AI di lingkungan kerja HR. Praktisi HR yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik dapat menjelaskan manfaat penggunaan AI secara jelas kepada berbagai pihak, memahami kekhawatiran atau resistensi yang mungkin muncul, dan bekerja sama dengan tim teknologi untuk memastikan integrasi AI yang sukses. Hal ini mencerminkan kemampuan kolaboratif dan digital curiosity, di mana praktisi HR senantiasa terbuka untuk belajar dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengoptimalkan pemanfaatan AI.
Terakhir, etika dan kesadaran akan dampak sosial juga menjadi fokus utama dalam penggunaan AI di bidang HR. Praktisi HR harus memastikan bahwa keputusan yang diambil oleh sistem AI tidak mengandung bias atau diskriminasi, serta menjaga privasi dan keamanan data karyawan. Mereka harus memastikan bahwa penggunaan AI tidak menggantikan faktor-faktor manusiawi dalam pengambilan keputusan, tetapi digunakan sebagai alat bantu yang bertanggung jawab untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan digital belief, di mana praktisi HR memiliki keyakinan bahwa penggunaan AI harus didasarkan pada prinsip etika dan keadilan.
Dalam penerapannya di dunia kerja, baik bagi HR practitioner maupun karyawan pada umumnya, penggunaan AI yang bermanfaat dalam bidang HR membutuhkan pondasi skill digital yang kuat.
Talentics Insight: Data Digital Mindset Indonesia
Salah satu produk Talentics bernama General Competency Test merupakan solusi pendekatan berbasis data bagi berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia yang tengah mencari individu dengan kompetensi terbaik. Salah satu aspek yang dianalisis adalah kemampuan Digital Mindset.
Berdasarkan hasil tes yang telah diambil oleh hampir 40.000 individu dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sebanyak 57% dan 43%, terdapat beberapa kesimpulan yang menarik dari data tersebut:
1. Skor Digital Mindset: 67
Ditemukan bahwa skor rata-rata Digital Mindset yang didapatkan adalah 67/100. Poin tersebut mencerminkan tingkat kemampuan individu dalam memahami dan mengaplikasikan teknologi digital dalam konteks pekerjaan yang cukup.
Meskipun masih terdapat ruang untuk peningkatan, skor ini memberikan gambaran secara umum bahwa rata-rata peserta tes yang merupakan jobseeker memiliki pemahaman dan keterampilan dasar dalam Digital Mindset dan siap untuk dikembangkan lebih lanjut.
Baca juga: Tips Membangun Kultur Digital Mindset di dunia kerja
2. Pendidikan Formal Mempengaruhi Skor Digital Mindset
Peserta dengan latar belakang pendidikan tingkat SMA/SMK memiliki skor 62, sementara peserta dengan latar belakang pendidikan diploma memiliki skor 65, pendidikan S1 sebesar 69, dan peserta dengan latar belakang pendidikan pasca sarjana memiliki skor tertinggi yaitu 72.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula kemampuan individu dalam memahami dan menerapkan teknologi digital. Pendidikan formal memainkan peran penting dalam mempersiapkan individu untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin digital.
3. Laki-Laki Lebih Unggul dalam Digital Mindset
Ditemukan bahwa laki-laki memiliki skor rata-rata Digital Mindset yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki memiliki skor 69, sedangkan perempuan memiliki skor 64. Dengan perbedaan sebesar 5 poin, secara umum dapat disimpulkan bahwa laki-laki cenderung memiliki pemahaman dan keterampilan yang sedikit lebih baik dalam skill digital mindset.
Namun, penting untuk dicatat bahwa kesimpulan ini didasarkan pada data yang terbatas, dan tidak dapat digeneralisasi secara menyeluruh. Pengidentifikasian secara individual untuk melihat kemampuan secara lebih menyeluruh akan diperlukan. Sehingga individu yang ditemukan tidak hanya baik dalam segi digital mindset namun dalam keseluruhan fit and proper bagi posisi dan perusahaan.
Baca juga: Mengenal Pengukuran Job Fit untuk Seleksi dalam Proses Rekrutmen
Kesimpulan
Penerapan Artificial Intelligence (AI) dalam HR memiliki potensi besar, namun penerapannya harus dilakukan secara hati-hati agar manfaat positifnya dapat membantu tumbuh kembang perusahaan. Sebelum melangkah lebih jauh, penting untuk memahami Digital Mindset sebagai pondasi utama untuk penggunaan AI yang efektif.
Data Digital Mindset dari para jobseeker di Indonesia menunjukkan skor rata-rata 67/100 dengan perbedaan berdasarkan tingkat pendidikan dan gender. Dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki pemahaman dan keterampilan dasar dalam Digital Mindset yang cukup dan siap untuk dikembangkan lebih lanjut dengan program yang dirancang oleh HR Practitioner.
Baca juga: Merencanakan Jenjang Karier Karyawan
Image copyright: Fauxels via Pexels