Table of Contents

Jelajahi platform kami sekarang

Dapatkan Insights HR terbaru dengan berlangganan Newsletter Kami

Related Posts

Passion at Work

Apakah Passion at Work Menular?

Seperti yang telah dibahas pada artikel sebelumnya, ada dua jenis passion, yaitu harmonious passion dan obsessive passion. Harmonious passion adalah

10 Strategi Meningkatkan Employee Retention 2023

Tingkatkan retensi karyawan dalam era 'Great Resignation' dengan 10 strategi inovatif. Dari kompensasi bersaing hingga keseimbangan kerja-hidup dan membangun budaya kerja positif.

10 Strategi Meningkatkan Employee Retention 2023

Tren "Great Resignation" masih terus berlanjut di kawasan Asia Pasifik, dengan tingkat kepuasan kerja yang  bertahan pada angka 57% dibandingkan dengan survei tahun sebelumnya yang dilaporkan oleh PwC dalam "Asia Pacific Hopes and Fears Survey 2023".  Fenomena ini menjadi sorotan ketika jutaan karyawan dari berbagai sektor di seluruh dunia memutuskan untuk resign dari tempat kerja mereka.

Fenomena "Great Resignation" yang dipicu oleh pandemi COVID-19 telah mengubah dunia kerja menjadi pasar yang lebih menguntungkan bagi para pekerja. Situs berbagi video TikTok bahkan menciptakan frasa seperti "quiet quitting" dan "act your wage" karena para karyawan merasa tidak dihargai atau diapresiasi sepenuhnya oleh tempat kerja mereka.

Dalam situasi di mana bisnis menghadapi risiko kehilangan bakat-bakat terbaik atau telah mengalami perpindahan karyawan utama akibat "Great Resignation," penting untuk mengadopsi strategi retensi yang proaktif. Artikel ini akan membahas 10 strategi employee retention.

1.   Kompensasi yang Kompetitif dan Benefit yang Menarik

Kompensasi yang kompetitif dan berbagai manfaat yang menarik adalah fondasi yang kuat untuk strategi retensi karyawan yang sukses. Memberikan gaji yang sesuai dengan “value” dan kontribusi karyawan adalah langkah penting untuk memastikan mereka merasa dihargai dan termotivasi.

Selain itu, penyesuaian gaji secara berkala untuk mengikuti perkembangan inflasi dan pengalaman kerja juga dapat menjaga rasa adil dan kesejahteraan finansial karyawan. Manfaat kesejahteraan seperti asuransi kesehatan, cuti yang fleksibel, dan dukungan kesejahteraan mental juga memberikan dampak positif pada retensi karyawan. Kesejahteraan secara menyeluruh, baik fisik maupun mental, adalah kunci untuk menjaga produktivitas dan kepuasan karyawan.
Baca juga: 7 Strategi Merancang Compensation and Benefit yang Menarik

2.   Fleksibilitas Tempat Kerja dan Jam Kerja

Memberikan fleksibilitas dalam tempat kerja dan jam kerja dapat menjadi faktor penting dalam menjaga retensi karyawan. Dalam mengimplementasikan fleksibilitas tempat kerja, seperti memberikan opsi bagi karyawan untuk memilih waktu masuk dengan tenggat waktu yang lebih luas, misalnya, dalam rentang ± 90 menit, namun tetap mempertahankan total jam kerja mingguan yang telah disepakati dengan total 40 jam.

Selain itu, memberikan kesempatan bagi karyawan untuk bekerja secara hybrid antara kantor dan rumah dapat meningkatkan kepuasan dan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Strategi ini memungkinkan karyawan untuk memiliki kontrol lebih besar atas waktu kerja mereka dapat meningkatkan motivasi, produktivitas, dan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan. Dengan demikian, fleksibilitas tempat kerja dan jam kerja dapat menjadi poin penting dalam strategi retensi karyawan.

3.   Work Life Balance

Pentingnya keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi telah menjadi perhatian utama dalam menjaga retensi karyawan. Memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara tanggung jawab pekerjaan dan waktu untuk keluarga, rekreasi, dan diri sendiri dapat membantu mencegah kelelahan, kejenuhan, dan burnout.

Strategi ini salah satunya dapat ditempuh dengan menyediakan cuti yang fleksibel, termasuk cuti tahunan dan atau cuti keluarga. Misalnya, memberikan opsi cuti panjang untuk merayakan momen-momen penting dalam hidup, seperti pernikahan atau kelahiran anak, dapat memberikan dukungan dan penghargaan terhadap kebutuhan karyawan di luar pekerjaan.

Contoh lainnya adalah mendorong karyawan untuk memanfaatkan cuti yang telah dialokasikan, mencegah akumulasi cuti yang berlebihan yang dapat mengganggu produktivitas. Mengedepankan keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi juga bisa mencakup inisiatif seperti pengaturan jam kerja yang fleksibel atau mendukung karyawan untuk menjadi pribadi yang sehat secara fisik maupun mental.

4.   Mengapresiasi Karyawan

Mengapresiasi karyawan merupakan dasar penting dalam strategi retensi. Karyawan yang merasa dihargai dan diakui cenderung lebih terikat dengan perusahaan. Ini bisa berbentuk pengakuan atas pencapaian, pemberian umpan balik positif secara teratur, atau penghargaan formal seperti penghargaan "Karyawan Terbaik Bulanan" atau bonus kinerja.

Penghargaan juga tidak selalu harus materiil. Dalam beberapa kasus, memberikan ucapan work anniversary, peluang pengembangan atau peran lebih besar dalam proyek juga dapat dianggap sebagai bentuk penghargaan.

Penting untuk mengintegrasikan budaya penghargaan dalam lingkungan kerja untuk membangun motivasi intrinsik dan rasa bangga pada karyawan, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada tingkat retensi yang lebih baik.

5.   Branding Budaya Kerja

Branding budaya kerja merupakan faktor yang semakin signifikan dalam mempengaruhi retensi karyawan. Budaya kerja yang positif dan inklusif dapat menciptakan ikatan yang kuat antara karyawan dan perusahaan. Menjelaskan secara jelas nilai-nilai perusahaan, misi, dan tujuan dapat membantu karyawan merasa lebih terhubung dengan visi organisasi.

Menggunakan media sosial untuk membentuk citra budaya kerja telah menjadi langkah strategis bagi perusahaan modern. Salah satu pendekatan yang semakin populer adalah melalui pembuatan profil Instagram khusus, seperti @LifeAt[Nama Perusahaan], yang memberikan wawasan unik tentang kehidupan di dalam perusahaan. Hal ini membantu menyoroti berbagai aspek budaya kerja yang membedakan satu perusahaan dari yang lain.

Sebuah budaya yang memprioritaskan kolaborasi, inovasi, dan dukungan tim dapat menarik dan mempertahankan individu yang mencari lingkungan kerja yang memotivasi. Selain itu, transparansi dalam komunikasi tentang perkembangan perusahaan dan peluang pertumbuhan karir juga dapat memberikan keyakinan kepada karyawan tentang masa depan mereka dalam organisasi. Dengan membangun branding budaya kerja yang kuat, perusahaan dapat mengukuhkan ikatan antara karyawan dan tujuan bersama, sehingga mendorong retensi yang berkelanjutan.

6.   Perkecil Kemungkinan Employee Burnout

Mengutamakan kesejahteraan karyawan adalah aspek krusial dalam strategi retensi yang berhasil. Langkah penting dalam upaya ini adalah mencegah terjadinya "employee burnout" atau kelelahan kerja yang dapat merusak produktivitas dan komitmen karyawan terhadap perusahaan. Pendekatan komunikasi terbuka, pengaturan prioritas tugas yang jelas, penetapan batas waktu yang realistis, serta pemberian fleksibilitas waktu menjadi pilar-pilar yang dapat membentuk lingkungan kerja yang mendukung produktivitas dan kesejahteraan karyawan.

Tiga langkah ini secara efektif dapat mencegah timbulnya burnout atau kelelahan berlebih. Selain itu, memberikan ruang bagi karyawan untuk mengembangkan keterampilan baru juga mendukung peningkatan produktivitas secara bertahap. Ketika situasi mengharuskan peningkatan beban kerja, komunikasi yang jelas antara manajemen dan karyawan menjadi kunci. Penjelasan terperinci mengenai alasan dan durasi peningkatan beban kerja, ditambah dengan pemberian kompensasi yang adil, akan efektif mengurangi tingkat stres dan menjaga tingkat motivasi karyawan.
Baca juga: Mengenal Job Burnout, Cara Mengidentifikasi dan Menanganinya

7.   Program Employee Wellness

Mendukung kesejahteraan karyawan melalui program Employee Wellness yang holistik merupakan langkah penting dalam strategi retensi. Dengan menyediakan berbagai fasilitas dan dukungan, perusahaan dapat membantu karyawan menjaga kesehatan fisik dan mental mereka.

Program ini dapat mencakup beragam inisiatif, seperti menyediakan membership gym untuk mendorong gaya hidup aktif, mengadakan acara yoga di kantor untuk meredakan stres, atau memberikan akses ke profesional psikoterapis/psikolog untuk membantu karyawan mengatasi masalah mental.

Investasi dalam kesejahteraan karyawan ini bukan hanya mengurangi risiko burnout dalam waktu yang sama meningkatkan employee retention, tetapi juga meningkatkan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Selain itu, program ini memperlihatkan bahwa perusahaan peduli terhadap kesejahteraan individu, menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif.

8.   Profesional dan Personal Development

Selain fokus pada kesejahteraan fisik dan mental, memberi peluang untuk pengembangan profesional dan personal juga merupakan komponen penting dalam strategi retensi yang sukses. Karyawan yang merasa bahwa mereka memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam perusahaan cenderung lebih berkomitmen dan terikat.

Perusahaan dapat mengimplementasikan program pelatihan dan pengembangan yang beragam, termasuk pelatihan keterampilan baru yang relevan dengan pekerjaan mereka. Selain itu, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek menantang atau mentoring dengan manajer senior dapat membantu karyawan merasa dihargai dan memiliki tujuan yang jelas dalam perusahaan.

Investasi dalam pengembangan karyawan ini tidak hanya meningkatkan kompetensi dan produktivitas, tetapi juga menciptakan iklim kerja yang dinamis dan berinovasi. Karyawan yang merasa mereka memiliki peluang untuk meningkatkan kemampuan dan mencapai tujuan pribadi mereka di perusahaan cenderung lebih termotivasi untuk tetap tinggal dalam jangka panjang.

9.   Memahami bahwa Karyawan Memiliki Hak untuk Resign

Perusahaan perlu mengakui dan menghormati hak karyawan untuk memilih untuk pengunduran diri. Di hampir semua yurisdiksi, termasuk di negara ini, hak karyawan untuk mengundurkan diri diatur dan dilindungi oleh hukum. Oleh karena itu, perusahaan tidak boleh menghalangi atau menghambat karyawan yang ingin mengambil keputusan ini.

Sebaliknya, perusahaan harus menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa bahwa mereka dapat memilih pengunduran diri dengan terbuka dan tanpa tekanan. Memahami alasan di balik keputusan tersebut dan mengadakan wawancara keluar yang profesional dapat membantu perusahaan mendapatkan wawasan berharga untuk memperbaiki budaya kerja dan mempertahankan karyawan di masa depan.

Menunjukkan penghargaan terhadap keputusan pengunduran diri juga mencakup memberikan dukungan selama proses peralihan. Ini bisa termasuk memberikan referensi yang baik, membantu dengan proses administratif yang terkait dengan pengunduran diri, dan menjaga komunikasi yang terbuka. Mengakui hak karyawan untuk memilih untuk meninggalkan perusahaan dengan penuh penghargaan adalah tindakan etis dan mendukung citra positif perusahaan di mata para mantan karyawan dan masyarakat secara umum.

10. Merekrut Karyawan yang sesuai Budaya Perusahaan

Strategi retensi yang berfokus pada pencegahan termasuk dalam langkah-langkah preventif untuk memastikan karyawan tetap terikat dengan perusahaan. Salah satu pendekatan yang efektif adalah dengan memastikan bahwa proses rekrutmen memprioritaskan karyawan yang cocok dengan budaya perusahaan.

Ketika perusahaan merekrut karyawan yang memiliki nilai-nilai, sikap, dan tujuan yang selaras dengan budaya perusahaan, kemungkinan bahwa mereka akan merasa nyaman dan berkomitmen untuk tetap bekerja jauh lebih tinggi. Karyawan yang merasa sesuai dengan budaya perusahaan cenderung lebih bahagia, lebih terlibat, dan lebih mungkin bertahan dalam jangka panjang.

Proses rekrutmen yang mencari tahu nilai-nilai dan karakteristik pribadi kandidat, serta mengujinya dengan budaya perusahaan, dapat menjadi langkah awal untuk memastikan kecocokan yang lebih baik. Melibatkan anggota tim yang sudah ada dalam tahap wawancara juga dapat membantu memahami sejauh mana kandidat tersebut akan berintegrasi dengan tim dan budaya kerja yang sudah ada.

Dengan merekrut karyawan yang sesuai dengan budaya perusahaan, perusahaan dapat meminimalkan risiko konflik budaya dan meningkatkan peluang untuk mempertahankan karyawan yang berkinerja tinggi dalam jangka panjang.
Baca juga: Mengenal Employee Retention, Manfaat, Metrik, dan Cara Memperbaiki

Kesimpulan

Dalam era "Great Resignation," strategi retensi karyawan memainkan peran krusial dalam mempertahankan bakat-bakat berharga. Dengan tingkat kepuasan kerja yang tetap pada 57%, perusahaan di kawasan Asia Pasifik perlu mengadopsi pendekatan proaktif untuk memastikan karyawan tetap terikat. Sepuluh strategi tersebut menggambarkan langkah-langkah yang holistik dan inovatif untuk menciptakan lingkungan kerja yang menarik dan mendukung.

Mulai dari kompensasi yang kompetitif hingga fleksibilitas dalam tempat dan jam kerja, perusahaan dapat menunjukkan penghargaan terhadap karyawan. Penekanan pada keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi, bersama dengan program Employee Wellness yang holistik, membantu mencegah "employee burnout" dan meningkatkan kesejahteraan karyawan.

Mengapresiasi karyawan melalui pengakuan dan penghargaan, serta membangun branding budaya kerja yang kuat, menciptakan fondasi untuk retensi yang berkelanjutan. Menghargai hak karyawan untuk memilih pengunduran diri adalah tindakan etis yang dapat meningkatkan citra perusahaan. Terakhir, merekrut karyawan yang cocok dengan budaya perusahaan mencegah konflik budaya dan memastikan kelangsungan karyawan berkinerja tinggi.

Dengan mengadopsi strategi ini, perusahaan dapat membangun lingkungan yang mendukung, inklusif, dan produktif, mendorong karyawan untuk tetap berkontribusi dan bertumbuh bersama perusahaan.

References:

Forbes – 15 Effective Employee Retention Strategies In 2023
Nikei Asia – The post-COVID 'Great Resignation' comes to Asia: Hays CEO
PwC – Asia Pacific Workforce Hopes and Fears Survey 2023

Image © Moose Photos via Pexels

 

Apakah artikel ini membantu?
YaTidak

Share:

Leave a Reply

On Key
Scroll to Top

Talentics

PT. Semesta Integrasi Digital.