Tidak hanya di Indonesia, fenomena kekurangan tenaga kerja atau talent shortage telah menjadi permasalahan serius di berbagai negara di seluruh dunia. Data dari survei yang dilakukan oleh Manpower Group mengungkapkan bahwa hampir 4 dari 5 perusahaan di seluruh dunia mengalami kesulitan dalam mencari tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Dalam artikel ini, Talentics akan mengidentifikasi wawasan hasil analisis mengenai perbandingan calon High Performing Employee pada 5 jenis pekerjaan dilengkapi dengan informasi tes yang digunakan agar para pemangku kepentingan di perusahaan dapat mengatasi talent shortage dan menemukan karyawan yang tidak hanya kompeten, namun akan memiliki performa yang baik ketika sudah mulai bekerja.
Daftar Isi
Bagaimana Calon High Performing Employee dapat Teridentifikasi?
Mengidentifikasi calon High Performing Employee atau karyawan berkinerja tinggi merupakan langkah penting dalam menghadapi tantangan talent shortage. Dalam proses ini, pemahaman yang komprehensif tentang kebutuhan hard skill (kemampuan teknis) dan soft skill (kemampuan kepribadian) sangat penting agar kandidat yang pada akhirnya terpilih memang yang benar benar sesuai baik secara hardskill, soft skill, maupun dengan budaya perusahaan.
Baca juga: Budaya Perusahaan dalam Sudut Pandang HR
Kebutuhan Hard Skill
Dan realisasinya, kebutuhan akan hard skill atau kemampuan teknis dalam setiap pekerjaan dapat bervariasi. Masing-masing jenis pekerjaan mungkin memerlukan tes atau ujian yang berbeda, seperti ujian pemrograman, kemampuan desain grafis, atau ujian lain yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang bersangkutan. Meskipun variasinya beragam, ada beberapa aspek dasar yang selalu perlu diperhatikan oleh perusahaan.
Baca juga: Apa Itu Technical Skills dan Bagaimana Cara Menilainya dalam Proses Rekrutmen?
Kecerdasan umum, kemampuan verbal, kemampuan numerik, logika, dan sistematika kerja adalah contoh-contoh kemampuan teknis yang mendasar. Kecerdasan umum memberikan gambaran tentang kapasitas berpikir kritis seseorang. Kemampuan verbal dan numerik mengukur kemampuan berkomunikasi dan memecahkan masalah secara tertulis dan verbal. Logika memastikan kemampuan seseorang dalam pemikiran logis dan analisis. Sedangkan sistematika kerja memeriksa sejauh mana seseorang dapat bekerja secara terorganisir dan efisien.
Kemampuan teknis bukan hanya sebagai hiasan, tetapi memiliki dampak signifikan pada kemampuan individu untuk melakukan pekerjaannya dengan baik. Semakin tinggi tingkat kemampuan teknis, semakin besar kontribusi individu terhadap keberhasilan perusahaan. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan hard skill ini sangat penting dalam mengidentifikasi calon High Performing Employee.
Kebutuhan Soft Skill
Selain kemampuan teknis, soft skill atau keterampilan non-teknis juga memainkan peran krusial dalam mengidentifikasi calon High Performing Employee. Soft skill mencerminkan karakteristik pribadi yang memengaruhi sejauh mana seseorang dapat berinteraksi dengan rekan kerja, mengatasi tantangan, dan berkontribusi pada lingkungan kerja yang positif. Dalam konteks ini, beberapa soft skill yang relevan mencakup:
- Inisiatif, kemampuan untuk mengambil tindakan tanpa harus diarahkan secara khusus, menunjukkan bahwa seorang karyawan memiliki dorongan untuk berkontribusi secara proaktif dalam mencapai tujuan perusahaan.
- Kecepatan kerja, kemampuan untuk menyelesaikan tugas dengan efisien tanpa mengorbankan kualitas.
- Ketelitian kerja, kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan akurat dan teliti.
- Ketelitian diperlukan terutama dalam pekerjaan yang melibatkan detail dan data penting. Ketahanan kerja,
- kemampuan untuk menjaga kinerja dan produktivitas dalam situasi yang menantang atau stres. Ketahanan kerja adalah aset berharga dalam menghadapi perubahan atau tekanan kerja.
- Motivasi berprestasi, kemampuan untuk memberikan hasil terbaik dan meraih kesuksesan. Karyawan yang memiliki motivasi berprestasi cenderung berusaha lebih keras dalam mencapai tujuan.
- Penyesuaian diri, kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan berbagai situasi. Penyesuaian diri penting dalam lingkungan bisnis yang dinamis.
- Kematangan emosi, kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik, terutama dalam situasi konflik atau tekanan.
- Kematangan emosi membantu menciptakan hubungan yang sehat di tempat kerja. Kemampuan komunikasi, kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan.
- Komunikasi yang baik memfasilitasi kerjasama dan pemahaman yang lebih baik. Kemampuan kerjasama, kemampuan untuk bekerja sama dalam tim dan berkontribusi pada tujuan bersama. Kemampuan kerjasama meningkatkan produktivitas kelompok kerja.
Penting untuk mencocokkan soft skill ini dengan budaya perusahaan karena budaya organisasi dapat mempengaruhi sejauh mana soft skill ini dapat diaplikasikan dengan efektif. Dengan memahami baik kebutuhan akan kemampuan teknis dan soft skill, perusahaan dapat mengidentifikasi calon High Performing Employee yang dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan pada kesuksesan perusahaan.
Baca juga: Solusi “Skill Based Hiring” untuk Proses Rekrutmen
Perbandingan Calon High Performing Employee
Dalam General Competency Test, yang merupakan salah satu produk unggulan dari Talentics, setiap kandidat menjalani tes secara individu dengan rentang waktu tertentu. Hasil tes kemudian dihitung dan disimpulkan apakah kandidat tersebut memiliki potensi sebagai karyawan berkinerja tinggi, yang disarankan untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.
Terdapat juga kemungkinan bahwa kandidat tersebut memiliki potensi sebagai karyawan berkinerja baik, namun dalam hal ini, mereka akan dimasukkan dalam daftar tunggu untuk tahapan selanjutnya.
Di sisi lain, ada juga kasus di mana kandidat tidak disarankan untuk melanjutkan ke tahap lanjutan karena tidak memenuhi persyaratan baik dari segi keterampilan maupun aspek softskill. Kesimpulan dari tes ini sangat penting untuk membantu dalam proses seleksi dan penempatan kandidat sesuai dengan potensi mereka.
Perbandingan 5 Jenis Pekerjaan
Admin, Akuntan, Banker, Management Trainee, Marketing
Sejumlah 7000+ data yang terkumpul selama rentang waktu Januari 2022 – Agustus 2023, ditemukan bahwa rata-rata job fit atau penemuan calon high performing employee berada pada presentasi 68%. Artinya apabila ada 10 orang yang dites, ditemukan sekitar 7 orang yang secara kompetensi hardskill dan softskill yang cocok, atau dapat disebut memiliki persentase job fit yang baik.
Ketika kita mempertimbangkan jenis pekerjaan secara khusus, terlihat bahwa beberapa pekerjaan memiliki tingkat calon high performing employee yang dapat diidentifikasi dari persentase job fit yang lebih tinggi daripada yang lain. Akuntan, dengan persentase job fit sebesar 70,94, merupakan salah satu pekerjaan yang lebih mudah menemukan kandidat yang sesuai untuk peran tersebut. Demikian pula, Marketing memiliki persentase job fit tertinggi sebesar 71,95, menunjukkan bahwa posisi di bidang pemasaran lebih mudah untuk menemukan calon karyawan berkinerja tinggi.
Di sisi lain, pekerjaan Admin dan Banking memiliki tingkat job fit yang sedikit lebih rendah daripada rata-rata secara keseluruhan, masing-masing sebesar 65,76 dan 66,86 yang mengindikasikan jenis pekerjaan ini sedikit lebih sulit dalam menemukan calon high performing employee. Posisi management trainee merupakan jenis pekerjaan yang paling challenging dalam menemukan calon karyawan berkinerja tinggi dengan tingkat penemuan job fit pada persentase 63,59 % saja.
Baca juga: Strategi Campus Recruitment untuk Program Management Trainee
Namun, penting untuk diingat bahwa tingkat job fit hanya satu faktor dalam proses penempatan kandidat. Aspek-aspek lain seperti pengalaman kerja, kemampuan individu, dan fit dengan budaya perusahaan juga perlu dipertimbangkan dan digali lebih dalam pada proses wawancara dengan cermat dalam menentukan kandidat untuk lolos atau belum sesuai dalam proses rekrutmen.
Baca juga: 6 Cara Melakukan Wawancara yang Efektif
Bagi beberapa perusahaan, berinvestasi pada platform pengetesan untuk mengetahui tingkat kecocokan kandidat pada suatu jenis pekerjaan mungkin dirasa cukup mahal, namun proses ini justru akan memberikan para praktisi HR keleluasaan untuk fokus pada tahap yang lebih memerlukan human touch seperti proses wawancara sebagai validasi tahap tes maupun kontak referensi kandidat pada perusahaan sebelumnya.
Kesimpulan
Mengidentifikasi calon High Performing Employee menjadi langkah penting dalam menghadapi talent shortage. Kebutuhan akan hard skill seperti kecerdasan umum, kemampuan verbal, kemampuan numerik, logika, dan sistematika kerja adalah esensial. Pemahaman yang baik tentang kebutuhan soft skill seperti inisiatif, kecepatan kerja, ketelitian, ketahanan kerja, motivasi berprestasi, penyesuaian diri, kematangan emosi, kemampuan komunikasi, dan kemampuan kerjasama juga diperlukan.
Dari identifikasi tahap awal, ditemukan bahwa kecocokan kandidat dengan berbagai jenis pekerjaan berada pada tingkat kecocokan 68%. Perlu dicatat juga bahwa pemahaman yang komprehensif dan holistik terhadap pekerjaan adalah kunci dalam mengatasi talent shortage dan mengidentifikasi calon High Performing Employee yang akan memberikan dampak positif pada perusahaan.