Table of Contents

Jelajahi platform kami sekarang

Dapatkan Insights HR terbaru dengan berlangganan Newsletter Kami

Related Posts

Passion at Work

Apakah Passion at Work Menular?

Seperti yang telah dibahas pada artikel sebelumnya, ada dua jenis passion, yaitu harmonious passion dan obsessive passion. Harmonious passion adalah

Budaya Perusahaan dalam Sudut Pandang HR

Informasi tentang budaya perusahaan dan pertimbangan apakah diperlukan perubahan sebagai langkah yang bijak, atau mempertahankan budaya yang sudah ada pilihan yang lebih baik. 

Para praktisi HR yang mengakses pada artikel ini sejatinya telah memahami pentingnya budaya perusahaan dalam dunia bisnis. Terlepas dari seberapa klise terdengarnya, manfaat yang dihasilkan dari budaya perusahaan yang kuat dan positif sangatlah signifikan. Dari meningkatnya etos kerja yang positif hingga terbentuknya budaya kerja yang kolaboratif dan tim yang solid, dampaknya bisa dirasakan di berbagai aspek perusahaan. 

Artikel ini bertujuan untuk menelaah lebih dalam tentang budaya perusahaan dilengkapi pertimbangan mengenai diperlukannya perubahan budaya perusahaan yang telah ada saat ini menjadi langkah yang bijak, atau mempertahankan budaya yang sudah ada merupakan pilihan yang lebih baik. 

Definisi Budaya Perusahaan

Budaya perusahaan, berdasarkan etimologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merujuk pada sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dan sulit untuk diubah. Di sisi lain, sebuah perusahaan diartikan sebagai entitas yang melakukan kegiatan usaha secara teratur dengan tujuan mencapai keuntungan. Oleh karena itu, budaya perusahaan dapat diartikan sebagai kumpulan kebiasaan yang terstruktur dalam sikap, keyakinan, pola pikir, dan perasaan yang bertindak sebagai panduan, dasar, dan arah dalam bekerja guna mencapai tujuan perusahaan.

Perspektif Budaya Perusahaan Tidak Selalu Sama

Setiap perusahaan memiliki karakteristik, tujuan, dan nilai-nilai unik yang membedakannya dari yang lain. Dengan kata lain, budaya perusahaan tidak bisa disamakan untuk semua organisasi. Inilah mengapa kita perlu melihat perspektif beragam dari tokoh-tokoh seperti Harvard Business Review (HBR), Brian Chesky (Co-Founder dan CEO AirBnB), serta Brian Halligan (CEO HubSpot) untuk memahami bagaimana budaya perusahaan dapat menjadi kunci kesuksesan.

Perspektf Harvard Business Review

Dari perspektif Harvard Business Review (HBR), budaya perusahaan diibaratkan sebagai pondasi yang sangat penting bagi sebuah organisasi, mirip dengan pondasi yang mendukung gedung pencakar langit yang tinggi. Bahkan dalam situasi pertumbuhan yang pesat atau saat menghadapi tantangan besar seperti pemangkasan anggota tim, kekokohan budaya perusahaan ini akan berperan krusial dalam menjaga stabilitas perusahaan.

Hal ini menggambarkan bahwa HBR memiliki pandangan yang kuat mengenai peran penting budaya perusahaan dalam keseluruhan kesuksesan dan keberlangsungan perusahaan. Oleh karena itu, praktisi HR perlu menyadari bahwa membangun dan memelihara budaya perusahaan yang kuat bukanlah tugas yang sepele, melainkan merupakan salah satu fondasi terpenting dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan perusahaan. 

Perspektif Brian Chesky (Co-Founder dan CEO AirBnB)

Dalam visi Brian Chesky, Co-Founder dan CEO AirBnB, budaya perusahaan dianggap sebagai pengikat yang memprioritaskan kepercayaan antara perusahaan dan karyawan. Menurutnya, ketika budaya yang kuat telah meresap di seluruh divisi perusahaan, maka semua karyawan dapat diandalkan untuk menunaikan tugas-tugas mereka dengan profesionalitas yang tinggi.

Perspektif ini menyoroti bahwa AirBnB menganggap budaya perusahaan sebagai elemen yang sangat penting untuk memprioritaskan kepercayaan antara semua anggota tim. Dengan demikian, perusahaan ini menempatkan kepercayaan dalam budaya yang kuat sebagai prinsip utama dalam menjalankan operasionalnya. Bagi praktisi HR, pandangan ini menegaskan pentingnya membangun budaya perusahaan yang kuat dan kohesif untuk membantu memastikan bahwa setiap anggota tim dapat bekerja secara efektif dan profesional sesuai dengan nilai-nilai perusahaan.

Perspektif Brian Halligan (CEO HubSpot)

Pandangan lain dari Brian Halligan, CEO HubSpot, membawa perspektif yang berfokus pada rekrutmen karyawan. Baginya, budaya perusahaan bukan hanya sekadar hal internal yang memengaruhi kinerja dan suasana kerja, tetapi juga menjadi elemen vital dalam strategi perekrutan.

Halligan percaya bahwa memiliki budaya perusahaan yang kokoh adalah salah satu aset berharga dalam menarik para kandidat terbaik. Kandidat yang mencari pekerjaan tidak hanya melihat gaji atau fasilitas fisik perusahaan, tetapi juga budaya tempat kerja. Budaya yang positif dan kuat dapat menjadi daya tarik yang signifikan bagi individu yang berpotensi menjadi bagian dari tim. Ini menciptakan kecocokan yang lebih baik antara perusahaan dan karyawan, yang pada gilirannya dapat menghasilkan tingkat retensi yang lebih tinggi.

bagi praktisi HR, Halligan mengingatkan kita akan pentingnya mempromosikan dan menjaga budaya perusahaan sebagai bagian dari upaya merekrut bakat terbaik. Dengan begitu, budaya perusahaan bukan hanya menjadi sesuatu yang ada di dalam perusahaan, tetapi juga menjadi faktor strategis yang dapat membantu mencapai kesuksesan jangka panjang dalam merekrut dan mempertahankan karyawan yang tepat.

Tak ada yang benar atau salah dalam mendefinisikan budaya perusahaan. Setiap perusahaan memiliki karakteristik, tujuan, dan nilai-nilai unik yang membedakannya. Dengan demikian, budaya perusahaan tidak dapat menjadi "one-size-fits-all." Sebaliknya, setiap organisasi harus merangkul dan mengembangkan budaya yang sesuai dengan identitas dan visi mereka sendiri.

Praktisi HR memiliki peran penting dalam merancang, mengembangkan, dan memelihara budaya perusahaan yang sesuai dengan perusahaan tempat mereka bekerja. Dengan memahami beragam perspektif yang dihadirkan oleh tokoh-tokoh seperti Harvard Business Review, Brian Chesky, dan Brian Halligan, praktisi HR dapat menciptakan budaya yang unik dan menjadi ciri khas bagi organisasi mereka. Inilah kunci untuk memastikan bahwa budaya perusahaan tidak hanya ada, tetapi juga berfungsi sebagai pendorong keberhasilan, kesejahteraan, dan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang.

Dengan kata lain, budaya perusahaan bukanlah sesuatu yang diambil begitu saja dari luar, melainkan sesuatu yang dibentuk dari dalam organisasi, oleh orang-orang yang berada di dalamnya. Dan inilah yang membuatnya begitu berharga dan krusial bagi keberhasilan suatu perusahaan.

Perlukah Budaya Perusahaan Saat ini Dirubah? 

Tantangan yang sering dihadapi oleh praktisi HR adalah apakah budaya perusahaan yang sudah ada perlu diubah atau dipertahankan. Keputusan ini bukanlah hal yang sepele, dan perlu dilakukan dengan pertimbangan matang. Mari kita bahas beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan apakah perubahan budaya perusahaan diperlukan:

  • Perubahan Lingkungan Bisnis: Lingkungan bisnis adalah ranah yang selalu bergerak dan berubah, tak kenal henti. Dalam dunia yang terus berkembang ini, perusahaan harus peka terhadap perubahan lingkungan yang meliputi perkembangan teknologi, persaingan yang semakin ketat, serta pergeseran preferensi konsumen. Semua faktor ini memiliki potensi untuk mengubah cara perusahaan beroperasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Perubahan teknologi, misalnya, bisa memaksa perusahaan untuk mengadopsi alat-alat baru, proses kerja yang efisien, atau bahkan model bisnis yang berbeda. Persaingan yang makin ketat bisa mengharuskan perusahaan untuk berinovasi secara terus-menerus untuk tetap relevan di pasar. Perubahan dalam preferensi konsumen bisa memaksa perusahaan untuk menyesuaikan produk, layanan, atau bahkan pesan merek mereka.
    Menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang dinamis ini, budaya perusahaan yang telah ada mungkin perlu diperbarui agar tetap relevan. Praktisi HR memiliki peran yang sangat penting dalam membantu organisasi menyesuaikan budaya mereka dengan tuntutan baru ini. Mereka dapat membantu merancang program pelatihan yang memungkinkan karyawan untuk mengembangkan keterampilan baru yang diperlukan, mendorong inovasi dan kerja sama tim, serta menciptakan lingkungan yang mendukung adaptasi terhadap perubahan.
    Baca juga: Talentics Insight: Perubahan “Value” Job Seeker 2021 vs 2022
  • Evaluasi Kinerja: Satu pertimbangan penting dalam menentukan apakah perubahan budaya perusahaan diperlukan adalah dengan mengevaluasi sejauh mana budaya yang ada telah berdampak pada kinerja perusahaan. Budaya perusahaan yang kuat dan positif dapat menciptakan etos kerja yang positif, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan kepuasan karyawan.
    Namun, jika budaya saat ini menghambat pertumbuhan dan kinerja, maka perubahan mungkin perlu dipertimbangkan. Ini mungkin terjadi jika budaya saat ini tidak mendukung inovasi, kolaborasi, atau adaptasi terhadap perubahan. Praktisi HR dapat melakukan survei karyawan, mengumpulkan umpan balik, dan menganalisis data kinerja untuk membantu menentukan sejauh mana budaya saat ini memengaruhi perusahaan.
    Jika evaluasi ini menunjukkan bahwa perubahan diperlukan, praktisi HR dapat bekerja dengan manajemen senior untuk merancang strategi perubahan budaya yang tepat. Ini bisa melibatkan pelatihan karyawan, komunikasi yang lebih baik, atau bahkan perubahan dalam struktur organisasi.
    Baca juga: 
    9 Cara Melakukan Perfromance Appraisal yang Objektif dan Anti Bias
  • Pertumbuhan Perusahaan: Pertumbuhan adalah tanda positif bagi setiap perusahaan. Namun, seiring dengan pertumbuhan, perusahaan seringkali perlu melakukan perubahan dalam budaya mereka. Pada tahap awal, perusahaan mungkin menganut budaya yang lebih fleksibel dan kurang formal. Namun, seiring dengan pertumbuhan, lebih banyak struktur dan prosedur mungkin diperlukan untuk menjaga keandalan operasional.
    Selain itu, saat perusahaan berkembang, visibilitas CEO sering berkurang. Hal ini dapat mengurangi dampak langsung CEO terhadap budaya perusahaan. Pertumbuhan perusahaan juga bisa menghasilkan subkultur di berbagai departemen atau tim, dan dalam beberapa kasus, budaya toksik mungkin tumbuh tanpa terdeteksi. 
    Praktisi HR memiliki peran penting dalam membantu perusahaan mengelola perubahan budaya yang diperlukan seiring dengan pertumbuhan mereka. Ini termasuk memastikan bahwa budaya perusahaan tetap kohesif, meskipun perusahaan tumbuh dalam skala dan kompleksitas.
  • Merger dan Akuisisi: Ketika perusahaan mengalami merger atau diakuisisi, ini seringkali berarti perubahan budaya yang signifikan. Setiap perusahaan yang bergabung mungkin memiliki budaya yang berbeda, dan integrasi budaya ini adalah salah satu aspek paling menantang dalam manajemen perubahan budaya.
    Praktisi HR dapat memainkan peran penting dalam membantu perusahaan menghadapi perubahan budaya yang terjadi selama merger atau akuisisi. Mereka dapat bekerja dengan tim manajemen senior untuk merancang proses integrasi budaya yang efektif. Ini mungkin melibatkan penyatuan nilai-nilai, pengembangan komunikasi yang efektif, dan memastikan bahwa semua karyawan merasa diperhatikan dan terlibat dalam perubahan tersebut.
  • Krisis: Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, terkadang budaya perusahaan yang negatif atau toksik dapat menyebabkan masalah serius. Ini bisa termasuk keluhan pelanggan yang berkelanjutan, tingkat turnover yang tinggi, atau masalah hukum. Dalam situasi seperti ini, perubahan budaya perusahaan mungkin menjadi langkah yang diperlukan untuk menghindari masalah lebih lanjut.
    Penting bagi praktisi HR untuk dapat mengidentifikasi peringatan-peringatan dini bahwa budaya perusahaan mungkin bermasalah. Tanda-tanda seperti ketidakjelasan nilai inti perusahaan, manajer yang tidak mengikuti nilai inti, turnover tinggi, atau reputasi buruk perusahaan adalah sinyal peringatan. Ketika tanda-tanda negatif seperti ini terdeteksi, praktisi HR dapat membantu perusahaan dalam mengambil tindakan untuk memperbaiki budaya mereka dan menghindari dampak negatif yang lebih besar.
    Baca juga: 
    3 Langkah Mencegah dan Menanggulangi PHK bagi perusahaan dan Divisi HR
    Perubahan budaya perusahaan adalah langkah besar yang memerlukan perencanaan yang matang dan implementasi yang hati-hati. Namun, dengan peran penting praktisi HR dalam membantu mengidentifikasi kebutuhan perubahan budaya dan merancang strategi yang sesuai, perusahaan dapat menciptakan budaya yang mendukung pertumbuhan, kinerja, dan kesuksesan jangka panjang mereka.

Kesimpulan

Budaya perusahaan memegang peran vital dalam kesuksesan organisasi. Artikel ini membahas perspektif beragam terkait budaya perusahaan, dari Harvard Business Review hingga pandangan Brian Chesky (CEO AirBnB) dan Brian Halligan (CEO HubSpot). Semua menggarisbawahi pentingnya budaya yang kuat, baik sebagai fondasi, pengikat kepercayaan, maupun alat strategis dalam rekrutmen.

Apakah budaya perusahaan perlu diubah adalah pertanyaan yang kompleks. Itu harus dipertimbangkan dalam konteks perubahan lingkungan bisnis, evaluasi kinerja saat ini, pertumbuhan perusahaan, merger, atau krisis yang mungkin terjadi.

Praktisi HR memiliki peran penting dalam merancang, mengembangkan, dan menjaga budaya perusahaan yang sesuai. Setiap organisasi memiliki budaya unik, dan memahaminya adalah kunci sukses jangka panjang.

Dengan pemahaman mendalam tentang budaya perusahaan dan kebijakan perubahan yang tepat, praktisi HR dapat membantu perusahaan mencapai tujuan mereka, menjaga stabilitas, dan memastikan budaya perusahaan berfungsi sebagai pendorong keberhasilan dan pertumbuhan.

BambooHR – How to Successfully Manage Culture Change in the Workplace
Eagle Hill Consulting – How Organizational Culture Impacts Business Performance
Forbes – Understanding The Importance Of Corporate Culture After The Great Resignation
Grove HR – A startup's guide to amazing company culture
The Balance – What Is Company Culture?
We Work – What is company culture and why it’s important to build it

Image © Olia Danilevich Via Pexels

 
Apakah artikel ini membantu?
YaTidak

Share:

Leave a Reply

On Key
Scroll to Top

Talentics

PT. Semesta Integrasi Digital.