Table of Contents

Jelajahi platform kami sekarang

Related Posts

Dapatkan Insights HR terbaru dengan berlangganan Newsletter Kami

Agreeableness dalam Big 5 Personality: Definisi dan Data

Pembahasan agreeableness dalam big 5 personality, 5 faktor pembentuk, data hasil tes para jobseeker di Indonesia, sisi challenging, dan cara HR menangani karyawan dengan agreeableness yang tinggi maupun rendah.

Five Factor Model of Personality yang lebih populer dengan nama Big 5 Personality merupakan teori yang umum digunakan dalam psikologi untuk menjelaskan tentang kepribadian manusia. Teori ini mengidentifikasi lima sifat utama yang membentuk kepribadian seseorang, yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience.

Dalam konteks dunia kerja, seorang karyawan memerlukan kemampuan bekerjasama dengan anggota timnya dalam menyelesaikan proyek yang terkadang kompleks serta menuntut waktu yang cepat untuk diselesaikan. Dalam situasi ini, agreeableness menjadi faktor penting karena melibatkan kemampuan untuk bekerja dalam tim secara efektif dengan menghindari adanya konflik.

Artikel ini akan membahas agreeableness dalam big 5 personality, disertai 5 faktor yang membentuknya, data hasil tes para jobseeker di Indonesia, sisi challenging dan cara HR menangani karyawan dengan agreeableness yang tinggi maupun rendah.

Apa itu Agreeableness?

Dalam konteks Big 5 Personality, agreeableness merujuk pada sifat kepribadian individu untuk bersikap kooperatif, ramah, dan memiliki empati terhadap orang lain. Sifat agreeableness ini mempengaruhi bagaimana seseorang berinteraksi dan berhubungan dengan rekan kerja di lingkungan kerja.

Dalam konteks dunia kerja, agreeableness yang tinggi membantu membangun hubungan kerja yang harmonis, meningkatkan kolaborasi tim, dan menciptakan iklim kerja yang positif serta menyenangkan.

Sikap kooperatif dan kepedulian terhadap kebutuhan rekan kerja  memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang profesional, responsif dan adaptif terhadap perubahan yang mungkin terjadi, yang akan  membantu perusahaan untuk tumbuh dan berkembang.

5 Komponen Agreeableness

Ketika dilperhatikan lebih detail, agreeableness memiliki lima sifat yang membentuknya yaitu altruism, compliance, modesty, tender-mindedness, dan trust yang secara spesifik memiliki arti:

1.   Altruism

Altruism dalam konteks dunia kerja adalah kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bantuan kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan yang sepadan. Contohnya, seorang karyawan yang memiliki sifat altruism akan dengan sukarela membantu rekan kerjanya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit atau memberikan dukungan saat ada yang mengalami kesulitan.

2.   Compliance

Sifat ini merujuk pada kecenderungan seseorang untuk mau berkompromi terhadap orang lain dengan cara menghindari konflik yang terjadi serta mudah untuk setuju dengan keputusan orang lain.

Sebagai contoh, seorang karyawan dengan tingkat compliance ketika menemui perbedaan pendapat dengan rekan kerjanya mengenai penyelesaian sebuah proyek tidak akan menimbulkan konflik atau memaksakan pendapatnya. Sebaliknya, karyawan tersebut akan mencoba mencapai kesepakatan dengan rekan kerjanya melalui diskusi yang konstruktif.

3.   Modesty

Modesty menggambarkan sikap rendah hati dan tidak sombong dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam dunia kerja, contohnya adalah seorang profesional yang tidak secara berlebihan memamerkan prestasinya, tetapi tetap mengakui kontribusi tim dan memberikan apresiasi kepada rekan kerja atas hasil kerja bersama.

4.   Tender-mindedness

Komponen ini mencerminkan perhatian dan kepekaan terhadap perasaan, kebutuhan, dan kesejahteraan orang lain disekitarnya yang membuat karyawan senantiasa berusaha untuk membantu mengurangi penderitaan yang dimiliki orang lain. Perilaku yang dimaksud di dalam indikator tender-mindedness adalah sikap tidak tega dan memiliki hati yang lembut . Contohnya, seorang manajer yang memiliki sifat tender-mindedness akan mempertimbangkan faktor emosional dan menyediakan lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan mental dan emosional bagi anggota timnya.

5.   Trust

Trust atau kepercayaan adalah kecenderungan untuk mempercayai dan mengandalkan orang lain dalam konteks kerja sama dan kolaborasi. Contohnya, seorang pemimpin yang memiliki sifat trust akan memberikan kepercayaan kepada timnya untuk menyelesaikan tugas dengan baik, memberikan keleluasaan, dan tidak terlalu mengontrol setiap langkah yang diambil oleh anggota tim.

Talentics Insight: Tingkat Agreeableness Jobseeker

200+ perusahaan telah mempercayakan Talentics untuk mengetes lebih dari 65 ribu calon karyawan untuk mengidentifikasi komposisi kepribadian mereka dalam Big 5 Personality. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa 50.3% dari partisipan adalah pria, sementara 49.7% sisanya adalah wanita. Analisis dan penyimpanan data dilakukan oleh praktisi Talentics yang memenuhi standar ISO 27001 dengan hasil:

1.   Rerata Tingkat Agreeableness Tinggi

Rata-rata skor agreeableness dari seluruh individu yang menjalani asesmen Talentics adalah sebesar 67 dari skala tertinggi 100. Hasil ini menunjukkan tingkat keseluruhan yang tinggi dan dapat disimpulkan bahwa para jobseeker di Indonesia secara keseluruhan cenderung bersikap kooperatif, ramah, dan memiliki empati terhadap orang lain.

2.   Altruism Tinggi, Compliance Rendah

Jobseeker di Indonesia memiliki tingkat altruisme yang tinggi pada skor rata-rata 73. Altruisme merujuk pada kemauan individu untuk membantu dan peduli terhadap kebutuhan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa para pencari kerja di Indonesia cenderung memiliki sikap yang peduli dan siap membantu orang lain.

Di sisi lain, hasil asesmen juga mengindikasikan tingkat compliance yang rendah dengan nilai rerata 59. Compliance mengacu pada kecenderungan seseorang untuk berkompromi dengan keadaan. Tingkat compliance yang rendah bisa menunjukkan bahwa individu di Indonesia memiliki sikap yang lebih mandiri dan mungkin lebih suka berpikir secara kritis terhadap aturan yang ada.

3.   Laki-Laki Unggul di Trust dan Tendermindedness

Meskipun selisihnya tidak begitu signifikan sekitar satu poin saja, Trust pada laki-laki berada pada poin 65 dan perempuan pada poin 64, sedangkan tendermindedness pada poin 69 dan 68 dengan urutan gender yang sama seperti kalimat sebelumnya.

Para jobseeker laki-laki sedikit lebih dominan pada aspek trust dan tendermindedness. Mereka cenderung mampu membangun hubungan kerja yang kuat dan saling percaya, serta memiliki kepekaan emosional yang tinggi untuk mendukung suasana kerja yang kondusif.

Di sisi lain, para perempuan sedikit lebih unggul pada aspek altruism, compliance, dan modesty  dimana mereka cenderung lebih peduli terhadap orang lain, mengikuti aturan yang ditetapkan, dan memiliki sikap rendah hati yang memperkuat kolaborasi tim.

Penting untuk dicermati bahwa tidak semua laki-laki atau perempuan akan sepenuhnya mencerminkan hasil asesmen ini. Setiap individu memiliki keunikan dan variasi dalam karakteristik kepribadian. Praktisi HR harus memahami kebutuhan dan preferensi individu untuk mengembangkan strategi employee engagement yang inklusif dan efektif.
Baca juga: Pengertian Employee Engagement dan Cara Meningkatkannya

Sisi Negatif Agreeableness

Meskipun tingkat agreeableness yang tinggi memiliki banyak kelebihan dalam konteks hubungan kerja, sifat ini juga memiliki sisi negatifnya yang perlu diperhatikan. Karyawan dengan agreeableness yang tinggi cenderung mengutamakan keharmonisan dan menghindari konflik, sehingga mereka mungkin enggan untuk menyampaikan pendapat yang berbeda atau menghadapi masalah secara langsung. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan inovasi di lingkungan kerja, karena kurangnya perdebatan dan sudut pandang yang beragam.

Selain itu, individu dengan agreeableness yang tinggi cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh orang lain dan sulit untuk menetapkan batas-batas yang jelas. Mereka mungkin terlalu memprioritaskan kebutuhan orang lain daripada diri sendiri, yang dapat menyebabkan kelelahan atau kesulitan dalam mengambil keputusan yang menguntungkan diri sendiri atau organisasi.

Praktisi HR perlu mengenali sisi positif negatif agreeableness secara komprehensif untuk selanjutnya mengembangkan strategi untuk membantu individu dengan tingkat agreeableness yang tinggi agar tetap dapat menyampaikan pendapat mereka, menghadapi konflik dengan bijaksana, dan menemukan keseimbangan antara kebutuhan diri dan kebutuhan orang lain dalam lingkungan kerja.

Strategi HR dalam Mengatasi Karyawan dengan Tingkat Agreeableness yang Beragam

Untuk mengatasi tantangan yang muncul dari karyawan dengan tingkat agreeableness yang tinggi, praktisi HR dapat menerapkan 2 strategi:

  • Mendorong komunikasi yang terbuka dan jujur: Penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang memfasilitasi diskusi terbuka dan jujur, di mana karyawan dengan agreeableness yang tinggi merasa nyaman untuk menyuarakan pendapat mereka yang berbeda. Ini dapat dilakukan melalui sesi pertemuan tim, forum diskusi, atau program pelatihan komunikasi yang mendorong karyawan untuk berbagi perspektif mereka.
  • Mendorong kolaborasi tim yang seimbang: Agar karyawan dengan tingkat agreeableness yang tinggi tetap berkontribusi secara efektif, penting untuk memastikan bahwa kerja tim melibatkan berbagai pandangan dan pendekatan. Praktisi HR dapat mengelola komposisi tim dengan bijak, memastikan keberagaman dalam hal kepribadian dan gaya kerja, sehingga karyawan dengan agreeableness yang tinggi dapat belajar dari karyawan lain yang lebih tegas dalam menyampaikan pendapat.

Sementara itu, untuk mengatasi tantangan dari karyawan dengan tingkat agreeableness yang rendah, berikut adalah 2 langkah yang dapat diambil:

  • Membangun kerja sama tim yang kuat: Karyawan dengan tingkat agreeableness yang rendah mungkin cenderung lebih individualistik. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk mendorong kerjasama dan kerja tim yang efektif melalui pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi. Pelatihan tim, proyek kolaboratif, dan kegiatan pengembangan diri dapat membantu karyawan dengan agreeableness yang rendah untuk memahami pentingnya bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama.
  • Memberikan feedback konstruktif: Karyawan dengan tingkat agreeableness yang rendah mungkin memiliki kecenderungan untuk bersikap tegas atau kurang sensitif terhadap perasaan orang lain. Penting bagi praktisi HR untuk memberikan feedback secara konstruktif dan membimbing karyawan dalam memahami pentingnya membangun hubungan yang positif dengan kolega dan pelanggan. Program pelatihan kepemimpinan dan komunikasi interpersonal dapat membantu karyawan untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam membangun hubungan kerja yang harmonis dan efektif.

Dalam dua kondisi yang berbeda ini, penting untuk memahami bahwa setiap karyawan memiliki keunikan dan kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan individual dan fleksibilitas dalam mengelola dan mendukung karyawan dengan tingkat agreeableness yang tinggi maupun rendah sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan produktif.

References:

Verywell Family – Agreeableness in the Big 5 Theory of Personality
Verywell Mind – What Are the Big 5 Personality Traits?
Wondrium Daily – Agreeableness: The Big Five Personality Types Explained

Image Copyright – Thirdman Via Pexels

Talentics Insight Internal Data

Apakah artikel ini membantu?
YaTidak

Share:

Leave a Reply

Scroll to Top

2024

Talentics

PT. Semesta Integrasi Digital.